“Perempuan di Pusaran Politik”, Elok Cahyani: Perempuan Harus Bertindak ‘Sirotol Mustaqim’ - Telusur

“Perempuan di Pusaran Politik”, Elok Cahyani: Perempuan Harus Bertindak ‘Sirotol Mustaqim’

Tangkapan layar Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Elok Cahyani dalam acara “Rumah Demokrasi” by TVRI Jawa Timur

telusur.co.id - Dalam acara Rumah Demokrasi (Live) by TVRI Jawa Timur dengan tema “Perempuan di Pusaran Politik”, dengan dipandu oleh host Dimas Prakoso, menghadirkan narasumber Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Elok Cahyani dan Pengamat Politik, Yuni Lestari.

Menurut Elok, sapaan akrabnya, posisi perempuan welcome pada politik, sangat dicari-cari dalam minat berpolitik. Terbukti ada 17 perempuan Anggota DPRD Kota Surabaya, lebih dari kuota 30%. Setiap partai ada landing jadi dewan untuk kepentingan masyarakat.

“Saat memperjuangkan kepentingan masyarakat, perempuan lebih kuat sense of belonging. Contoh misalnya saat menggodok Raperda, para perempuan hatinya yang bicara ‘sakno ya nanti kek begini’ (kasian ya nanti misalnya seperti ini -red). Kalau ada penggusuran lahan misalnya, penggantinya kayak gimana ya, jangan sampai ada yang dirugikan. Jadi perempuan lebih terikat pada solusinya terlebih dahulu, baru kita buat Raperda-nya,” ujarnya lewat YouTube berjudul ‘Siaran TVRI Jawa Timur 15 Juni 2023’.

Saat ditanya Host mengenai konflik batin pada menjalankan fungsi Anggota Dewan, Elok menjawab, apa yang harus ditegakkan, maka harus ditegakkan, tetapi setelah hati kita bicara, dan kita ucapkan dengan tegas, jadi bisa balance.

Lanjut Host menanyakan kepada Politisi Demokrat ini soal tantangan apa saja yang sudah dan akan dihadapi. Elok menjawab, tantangan apa pun harus dijalankan dengan baik, dinikmati semua proses, kita antusiasme pada itu. Tokoh politik sukses dan berhasil seperti Tri Rismaharini, Khofifah Indar Parawansa, dan tokoh yang mendunia Menkeu RI, Sri Mulyani.

“Jadi sebenarnya tidak ada masalah di lapangan, kita diterima popularitynya dengan keluwesan turun ke masyarakat, humble, memberi kasih sayang, menyapa dengan hati ke hati. Hanya kendala teknis saja, seperti pulang malam, apapun yang sudah kita lakukan itu positif, semuanya akan mengikuti positif juga,” papar Anggota Dewan yang sudah 2 periode ini.

Selanjutnya aksesbility, diterima setelah segmen popular, masyarakat merasa cocok dalam penerimaannya kepada politisi, sebagai perempuan itu jauh lebih baik, lewat sentuhan dan salaman dua tangan. Ibaratnya politisi tersebut mengajukan proposal kepada masyarakat, mengabdi kepada rakyat untuk duduk dalam parlemen mewakili keluh kesah rakyat.

“Akibatnya, hati masyarakat bisa luluh kepada kita. Pendekatan personal sering saya lakukan, duduk ngopi di tempat RT, makan dan sholat Maghrib bersama mereka, kita datangi rumah mereka, jadi itu salah satu kunci aksesbility yang baik dari masyarakat. Jadi peribahasanya mereka itu kita dan kita itu mereka, sehingga tidak ada batasan dalam melakukan hal-hal positif seperti normal biasanya,” beber Caleg DPRD Kota Surabaya Dapil 2 tersebut.

Disinggung Dimas, tantangan yang dihadapi saat pandemi Covid-19, Elok mengutarakan, “Saat turun ke masyarakat sementara hanya bisa lewat Zoom Meeting, belum bisa bertemu, kita selalu kirim doa, kalau ada yang sakit kita kirim obat, kirim makanan. Jadi misal seperti Google Maps, hanya satu yang diperintahkannya, tapi ada pilihan lewat jalan lain. Jadi semua hal yang terbatas, pasti ada alternatifnya untuk bertemu,” ucapnya.

Kembali disinggung Host soal posisi dan peran perempuan di lingkungan yang berbeda dari kota, misal dari daerah desa terpencil, jauh, dan tertinggal. Elok menjelaskan, para perempuan harus memiliki kesadaran, keberanian, dan kesempatan. Misalnya banyak strategi dalam belanja kebutuhan rumah tangga, pasti mereka cari yang murah dan enak, hal sekecil itu saja perbuatan politik yang melakukan suatu perubahan.

“Perempuan itu, sejatinya dia bisa, keberanian apa saja nginjak besi panas jadi terasa dingin juga bisa. Perempuan itu kuat seperti Dewi Durga, apa yang dibutuhkan itu pondasi awalnya adalah kesadaran dan berani melewati segala tantangan, pasti dilibas semuanya. Apalagi kalau jiwa Wonder Woman-nya keluar, pasti ‘hajar…!!’, semua teori jadi mentah saat di lapangan,” tegasnya.

Ditambahkan Anggota Dewan yang rajin turun ke masyarakat ini, “Kalau keadaan bagaimanapun baik di kota/desa atau kondisi alam yang kurang memungkingkan, jika perempuan sudah berani, mempunyai tekad, tindakannya bisa ‘tak tuku kabeh iki (aku beli semuanya -red). Kita libas semuanya, seperti pahlawan Cut Nyak Dien, dia di tengah hutan dan hujan, nyalinya tak pernah surut, penuh keberanian dan perjuangan.

“Maka, perempuan saat ini, kita harus download sikap pahlawan seperti itu, kita tawassul, kita tunjukkan perempuan itu bisa, seolah kita injak bumi, ‘jedder.., gass.., hati bicara, ucapan dan tindakan. Perbuatan itu kan ‘Sirotol Mustaqim’, tegak lurus. Ada problem, segera cari solusi, bukan membedah terus akar permasalahannya,” sebutnya.

Pada edukasi politik saat ini, Elok mengungkapkan bahwa, “Apa yang bisa diperbuat segera dilakukan untuk kebaikan sesama. Misal bantuan sosial, apakah sudah benar-benar sampai di masyarakat, kira-kira itu bermanfaat tidak, butuh atau tidak, segini atau tidak, cukup dipotong atau ditambah. Jadi sense of belonging perempuan itu sangat tajam, dan ini jadi highlight diskusi kita kali ini ya,” sambungnya.

Pertanyaan terakhir dari Host soal kolaborasi gender antara perempuan dan laki-laki, Elok mengutarakan, “Bolehlah perempuan menganggap dirinya strong, tapi tetap harus ada balancing-nya, stabilizer-nya, ibarat mesin kalau gak ada stabilnya, bisa panas itu mesin. Jadi laki-laki dan perempuan ini saling membutuhkan. Bukan posisi perempuan itu di belakang / di depan laki-laki, tetapi yang benar di sampingnya. 

“Inilah perlunya soal pendamping, saling mengarahkan, jikalau perannya ‘membabi buta’, ini ada peredamnya, tidak ‘meledak’. Saling memberi kekuatan, pengertian, mengisi keterkosongan, jadi ini stabilizer satu sama lain. Ibaratnya kalau mau beli ‘Gunung Emas’, bakal bisa kebeli atas kolaborasi seperti itu. Nah ini contoh di rumah tangga, baik bisa di pemerintahan ataupun di kantor, kalau semuanya ada stabilizernya, bos iya, anak buah iya, maka pekerjaan semuanya tidak akan ada gejolak, bakal enak, harmonis, dan kerja enak itu pasti bisa sampai tujuan,” jelas perempuan yang berhijab cantik tersebut.

Dimintai closing statment oleh Host pada diskusi “Perempuan di Pusaran Poltik” tersebut, Elok menegaskan, perempuan harus berani, mau gerak kemana saja, maju, lurus dan niat, ikuti kata hati, bersikap, bertindak 'Sirotol Mustaqim'. (ari)


Tinggalkan Komentar