telusur.co.id - Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa dengan 110 etnis dan lebih dari 700 bahasa daerah. Namun dalam dua dekade ini Indonesia bagaikan dijajah Korea Selatan dalam bidang budaya. 

Korean Wave sejak tahun 1999 menyerbu seluruh dunia termasuk Indonesia, dan membius para generasi muda melalui produk drama Korea, KPop (musik) dan film Korea. 

Berangkat dari keprihatinan akan lunturnya rasa cinta pada budaya Indonesia di kalangan generasi muda dan upaya menjaga eksistensi budaya Indonesia, pada hari Kamis (29/2/2024), tepat tahun kabisat para pegiat budaya di provinsi Jawa Tengah berupaya menumbuhkan kembali rasa cinta masyarakat Indonesia pada budayanya dengan mendirikan Yayasan DAMARDJATI MASJARAKAT SEDJATI (DAMARJATI) di hadapan notaris di Semarang.

"Surat keputusan tentang pengesahan pendirian Yayasan DAMARDJATI MASJARAKAT SEDJATI (DAMARJATI) telah dikeluarkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasar SK MENKUMHAM NOMOR AHU-0003541.AH.01.04. tanggal 1 Maret 2024. 

“Bertindak sebagai Ketua Pembina Yayasan Damarjati adalah Dr. Jimin Budiyono, S.Sn, M.Sn., pencipta batik lukis motif novel MIJIL dengan anggota antara lain Rengga Dumadi atau biasa dipanggil mbah Rengga. 

“Sedangkan Ketua Umum Yayasan Damarjati adalah Erna Wiyati, ST.MM., yang dikenal dengan nama pena Ernawiyati - penulis novel MIJIL ini dibantu empat Ketua yaitu Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan : Irene Amrita Maheswasa Dharma Murti, S.Sn., yang merupakan generasi Z pencipta dan penari tarian MIJIL, Ketua Bidang UMKM dan Industri Ekonomi Kreatif : Muhadi pegiat UMKM Batik Blangkon, Ketua Bidang Kemanusiaan dan Tanggap Bencana : Agus Sunarto dan Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Jaringan : Woro Setianingsih. 

“Sekretaris Umum : Arief Rahmat, dibantu Sekretaris : Andi Triawan Priambodo yang juga pegiat seni sketsa, Bendahara Umum : Triyani, dibantu Bendahara : Eri Murgianik,” ucap Ketua Bidang Hubungan Masyarakat dan Jaringan Yayasan Damarjati,” Woro Setianingsih saat dihubungi. Minggu, (03/3/2024).

Woro Setianingsih yang juga merupakan pegiat kuliner pecel semanggi, lontong sumpil daun bambu, pepes daun semokan makanan asli lokal Ambarawa ini menambahkan bahwa dalam dialog Kebudayaan kawan-kawan dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 17 Februari 2024, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, Ph.D menyampaikan bahwa, Korea Selatan jauh lebih mudah mengelola kebudayaannya karena hanya memiliki satu jenis budaya. Tantangan bagi Indonesia selain keragaman budaya adalah luasnya area geografis wilayah Indonesia. 

Hilmar Farid mengingatkan perlunya berkepribadian dalam berkebudayaan yang merupakan salah satu isi Trisakti Bung Karno yang selengkapnya adalah : Berdaulat dalam politik, Berdikari dalam bidang ekonomi, dan Berkepribadian dalam berkebudayaan. Beliau juga menjelaskan rantai nilai (value chain) dalam industri kreatif bahwa penciptaan berasal dari ide. 

Pada saat masuk ke tahap produksi ada masalah sumber daya. Ide yang bagus jika tidak ditunjang sarana produksi yang lengkap akan menjadi karya yang sia-sia. Indonesia memiliki banyak creator tetapi kurang produser.

"Jadi mohon doa dan dukungannya semua pihak, semoga keberadaan Yayasan Damarjati yang memiliki visi meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bidang pendidikan, kebudayaan, usaha mikro, kecil, menengah dan industri ekonomi kreatif, kemanusiaan dan tanggap bencana berlandaskan Pancasila ini bisa melahirkan masyarakat Indonesia yang berkepribadian dalam berkebudayaan dan berdikari dalam bidang ekonomi. Terima kasih,” tutur Woro. (dam/ari)