telusur.co.id - Penderita Covid-19 dengan kategori anak ternyata semakin banyak dan kasus di Indonesia merupakan jumlah tertinggi di ASEAN. 

Hal itu menunjukkan bahwa, tingkat kerentanan penularan Covid-19 ke anak cukup tinggi dan masih rendahnya pemeriksaan kepada anak. Biasanya anak akan diperiksa jika orang tua dari anak yang bersangkutan terindikasi terpapar Covid-19.

Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan masker, namun masker anak juga masih terbatas produknya. Kebutuhan akan masker anak juga dialami oleh para santri yang berada di pondok pesantren Al-Chusnaini Sidoarjo. 

Pondok pesantren Al-Chusnaini Sidoarjo saat ini juga mengalami hambatan pada proses pembelajaran. Sehingga anak-anak diharapkan mampu mengisi waktu luangnya dengan tepat dengan menghasilkan masker tematik.

Sejauh ini pesantren ini juga belum mendapatkan pelatihan pembuatan masker anak, karena kedepannya ada harapan ponpes dapat memproduksi untuk memenuhi kebutuhan masker pada anak saat ini. 

Hal ini dalam rangka pembinaan sejak dini sangat perlu dilakukan guna mendukung kemandirian pada santri tersebut. Masker tematik merupakan masker yang dimodifikasi dengan hiasan yang modelnya disukai anak.

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang peduli terhadap sikon tersebut, akan memediasi kebutuhan tersebut dalam program PKM ini dengan prinsip trust building, equal pathnership, participation, accountable dan mutual benefit kepada mitra akhirnya memberikan pelatihan pembuatan masker tematik kepada anak pesantren Al Chusnaini.  

Pelatihan dan pendampingan program yang diketuai oleh Musdholifah ini dilaksanakan pada 27 Oktober 2020 dengan metode pelatihan online dengan menonton video youtube dengan narasumber ahli tata busana. 

Pelatihan ini diikuti 30 peserta dengan antusias dan dikemas menarik. Salah satu santri memaparkan bahwa, pelatihan ini bermanfaat untuk santri dalam menambah skill dan menggali kreasi masing-masing santri untuk menghasilkan model hiasan masker yang berbeda-beda.  

Program dengan anggota Dewie Tri Wijayati, Andre Dwijanto Witjaksono, Ulil Hartono, dan Achmad Kautsar ini diharapkan dapat diterapkan di beberapa ponpes lainnya, pungkas Pengelola Ponpes Al Chusnaini.  

Selain kegiatan pelatihan, tim juga memberikan bantuan sembako kepada pondok pesantren untuk menambah ketahanan pangan di kala pandemi ini. (ari)