telusur.co.id - Tingkat Literasi Keuangan Syariah masyarakat Indonesia masih rendah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa, indeks literasi keuangan syariah pada tahun 2019 adalah sebesar 38,03%. 

Artinya dari 10 masyarakat Indonesia, hanya 3 sampai 4 orang yang memahami dan terliterasi produk keuangan syariah. Data menunjukkan bahwa, mayoritas masyarakat Indonesia masih belum memahami berbagai macam karakteristik dan produk keuangan syariah dengan baik. 

Hal ini patut menjadi perhatian khusus, mengingat potensi pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia yang juga merupakan negara dengan populasi mayoritas muslim terbesar di dunia.

Lebih dari itu, dengan semakin maraknya kasus penipuan yang dilakukan oleh beberapa influencer untuk berinvestasi pada sekuritas dengan volatilitas yang tinggi, investasi pada produk keuangan syariah menjadi jalan keluar. 

Prinsip profit and loss sharing (PLS) menjadikan produk keuangan syariah lebih stabil dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap gejolak perubahan atau krisis. Hal ini menjadi solusi berinvestasi yang cerdas, terutama untuk para investor baru. 

Dalam rangka meningkatkan literasi keuangan syariah, Program Studi Sarjana Ekonomi Islam Universitas Airlangga menyelenggarakan seminar Pasar Modal Syariah. Dengan mengangkat tema “Kiat Cerdas Berinvestasi Pasca Pandemi Covid-19”. 

Dihadiri oleh lebih dari 70 peserta yang datang dari berbagai kalangan termasuk siswa SMA, mahasiswa, ibu rumah tangga dan para investor muda. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari Riset Mandat Khusus Covid-19 yang berjudul “Islamic Stock Return and Commodities Nexus during Financial and Non-Financial (COVID-19) Crisis”.

Seminar ini menghadirkan 3 narasumber yang merupakan pakar dan trader aktif di pasar modal Syariah. Narasumber pertama adalah Ahmad Fadlur Rahman Bayuny, seorang akademisi dan dosen pasar modal syariah dari Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga (Unair).

Ia membagi tips memilih saham dengan menggunakan analisis teknikal dan fundamental, khususnya pasca pandemi Covid-19. “Membeli saham itu sama dengan membeli perusahaan, sehingga diperlukan analisa untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut pantas untuk kita beli,” jelasnya pada keterangannya. Kamis, (06/10/2022).

Adapun narasumber kedua merupakan perwakilan dari Bursa Efek Indonesia, Rosyidah. Dalam kesempatan ini, Rosyidah yang juga merupakan alumni Program Studi Sarjana Ekonomi Islam (Ekis) Universitas Airlangga, menjelaskan perbedaan antara saham Syariah dan saham Non-Syariah. 

Seminar ini ditutup oleh pembicara ketiga yang datang dari perusahaan sekuritas Indo Premier,, Isa Martian, yang berbagi bagaimana melakukan investasi di pasar modal syariah, robot trading serta aplikasi yang mudah digunakan untuk berinvestasi di pasar modal syariah. 

Antusiasme para peserta pada kegiatan ini sangatlah tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya interaksi peserta dengan para narasumber. Ada yang menanyakan teknis dan tips mendapatkan keuntungan yang tinggi pasca Covid-19. Ada pula yang menanyakan terkait dengan masa depan pasar modal syariah di Indonesia. 

Dalam rangka bagian dari evaluasi, dilakukan pre dan post test, untuk mengukur pemahaman peserta terkait dengan materi yang disampaikan. Hasil evaluasi kemudian dijadikan bahan penelitian lanjutan. 

Selain itu, seminar ini diharapkan mampu memberi kontribusi dalam rangka meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah masyarakat Indonesia. (ari)