telusur.co.id - Research Group Tobacco Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) bekerjasama dengan Tobacco Control Support Center (TCSC) IAKMI Jawa Timur menggelar kegiatan Workshop dan Diseminasi hasil penelitian riset grup Tobacco FKM Unair via Zoom. Kamis, (17/6/2021).

Narasumber yang dihadirkan : 

1.  Dr. Arief Hargono, drg., M.Kes : Sistem Aplikasi Mobile Upaya Berhenti Merokok.

2.  Kurnia Dwi Artanti, dr., M.Sc. : Beban Penyakit Akibat Rokok

3.  Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si. : Perilaku Merokok pada Tenaga Kesehatan

4.  Dr. Siti Rahayu Nadhiroh, S.KM., M.Kes : Stunting dan Perilaku Merokok

5.  Hario Megatsari, S.KM., M.Kes : Keberadaan Iklan Rokok di Sekitar Kawasan Tanpa Rokok

Pembahas : 

1. Dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes (Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI)

2. Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A (FKKMK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)

3. Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti., M.Sc., Ph.D.AAK (BPJS Kesehatan Pusat)

4. Dr. Abdillah Hasan, S.E., M.S.E. (PEBS Universitas Indonesia)

5. dr. Theresia Sandra Diah Ratih, M.HA (Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI)

6. Pembahas 2 : dr. Herlin Ferliana, M.Kes. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur)

7. Pungkas Bahjuri Ali, S.TP., M.S. (Kementerian PPN/BAPPENAS)

8. Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS (Pergizi Pangan Indonesia)

9. Drs Supomo, MM (Dinas Pendidikan Kota Surabaya)

10. drg. Febria Rachmanita, MA (Dinas Kesehatan Kota Surabaya) 

Kegiatan ini diadakan dalam rangka  Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia “Commit to Quit” yang jatuh pada tanggal 31 Mei 2021. 

Dalam materi “Beban Penyakit Akibat Rokok di Jawa Timur” dengan narsum, Kurnia Dwi Artanti, dr., M.Sc. (FKM UNAIR), dan Penanggap, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti., M.Sc., Ph.D.AAK (BPJS Kesehatan Pusat), dan Dr. Abdillah Hasan, S.E., M.S.E. (PEBS Universitas Indonesia). 

Kurnia Dwi Artanti menjelaskan, latar belakang penelitian dilakukan adalah karena Penyakit akibat rokok semakin banyak setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah perokok.  

“Hilangnya biaya yang dihabiskan untuk mengobati penyakit akibat rokok sebanyak 18,5 milyar USD. Studi terkait beban penyakit akibat rokok beberapa sudah dilakukan di level nasional. Akan tetapi di level daerah khususnya Jawa Timur belum ada data tersebut,” ungkapnya. 

Tembakau adalah faktor risiko utama penyakit tidak menular dan ini dibuktikan di Atlas Tobacco 4th Edition Tahun 2015, bahwa orang yang mengkonsumsi tembakau memiliki resiko tinggi terkena penyakit kardiovaskuler, komplikasi diabetes mellitus, kanker dan penyakit paru kronis.  

“Data menyebutkan bahwa kesakitan terbesar 2.120.000 jiwa atau 33% menderita kanker ganas, 1.870.000 jiwa atau 29% menderita penyakit pernafasan, 1.860.000 jiwa atau 29% menderita kardiovaskular atau penyakit jantung dan diikuti penyakit yang lain yaitu penyakit pencernaan, diabetes mellitus, penyakit saluran nafas bawah dan TBC,” paparnya. 

Tujuan dari penelitian ini, kata Artanti, dilakukan saat itu adalah untuk menganalisis burden of disease pada penyakit akibat rokok di Jawa Timur. Mengidentifikasi karakteristik penderita penyakit akibat rokok, episode sakit dari penderita penyakit akibat rokok, faktor risiko penyakit akibat rokok serta Menghitung beban penyakit akibat rokok. 

Harapan dari dipaparkannya studi ini kepada pemangku kebijakan 

“Monitoring penggunaan tembakau dan pencegahannya yang digunakan untuk kepentingan penyusunan kebijakan. Perlindungan terhadap paparan asap rokok dengan menciptakan Kawasan Tanpa Rokok,” kata Artanti. 

Mengoptimalkan dukungan untuk berhenti merokok dengan menyediakan bantuan konsultasi upaya berhenti merokok atau terapi obat. Memberikan edukasi kepada masyarakat akan bahaya tembakau dengan mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar (pictorial health warning) pada bungkus rokok.  

“Perlunya eliminasi iklan, promosi, dan sponsor terkait tembakau dalam bentuk larangan terhadap promosi produk tembakau serta perlunya kenaikan cukai tembakau untuk mengontrol daya beli masyarakat,” tuturnya. 

Hasil Penelitian 

Artanti mengungkapkan, karakteristik penderita penyakit akibat rokok paling banyak yaitu Stroke, berjenis kelamin laki-laki, usia penderita paling banyak antara 17-55 tahun dan pendapatan responden sebagian besar sejumlah > Rp. 2.500.000.

Episode sakit dari penderita penyakit akibat rokok paling sedikit < 1tahun yang lalu. Beban biaya langsung terbesar dikeluarkan melalui BPJS baik rawat inap maupun rawat jalan.  

“Beban ekonomi paling besar terdapat biaya langsung 4.845.168.400 sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk 202 orang selama 1 tahun adalah sebesar 5.349.529.967,” tutup Kurnia Dwi Artanti. (ari)