telusur.co.id - Pada saat ini, semua tenaga pendidik baik guru maupun dosen berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu upaya yang dilakukan oleh para guru dan dosen dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan menyelenggarakan suasana pembelajaran yang kolaboratif dan partisipasif. Model pembelajaran yang relevan untuk untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kolaboratif dan partisipasif adalah Project Based Learning (PjBL).
PjBL merupakan merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan siswa akan mendapat pengalaman secara langsung yang nantinya dapat membantu siswa untuk menemukan konsep-konsep baru, pengalaman baru serta ru meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah.
Namun berdasarkan wawancara dengan Kepala SMK 2 Muhammadyah Surakarta (22/3), belum semua guru di SMK khususnya SMK swasta di Kota Surakarta memiliki pemahaman dan keterampilan dalam mendesain, melaksanakan dan melalkukan penilaian dengan menggunakan model PjBL, termasuk dalam hal ini adalah menyusun LKPD.
PjBL adalah model pembelajaran yang didasarkan pada proyek, di mana siswa dihadapkan dengan masalah yang ada di dunia nyata yang dianggap bermakna, kemudian bertindak secara kolaboratif untuk menciptakan solusi dari masalah tersebut.
Pembelajaran berbasis proyek membuat pembelajaran menjadi sesuatu yang lebih “hidup” bagi siswa. Siswa akan mengerjakan proyek dalam waktu tertentu, di mana mereka terlibat langsung dalam proses pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kompleks. Siswa dapat menunjukkan pengetahuan dan kemampuan mereka melalui presentasi atau produk yang dihasilkan untuk publik secara nyata.
Selain itu, PjBL juga dapat mengembangkan pengetahuan konstan yang mendalam serta keterampilan berpikir yang kritis, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi. Agar guru mampu memahami, merencanakan, melaksanakan, dan melakukan penilaian dengan menggunakan PjBL dosen-dosen dari Program Studi S3 Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan (S3 TP FIP UNESA) menyelenggakan pelatihan menyusun LKPD Model PjBL.
Pelatihan ini diperuntukkan bagi 50 guru SMK swasta di kota Surakarta dalam naungan organisasi Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BPMS). Prosedur pelatihan ini terdiri dari 5 tahapan, yakni (1) analisis kebutuhan pelatihan, (2) desain, (3) pengembangan, (4) implementasi, dan (5) evaluasi.
Pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan dengan moda blended training yakni kombinasi antara tatap muka dan online. Pelaksanaan pelatihan secara tatap muka dilasanakan Sabtu (29/7) di SMA Batik Surakarta.
Pelatihan lanjutan dilaknasakan secara online yang secara sinkronaus menggunakan aplikasi Zoom, sedangan yang asinkronnsus menggunakan apilkasi Google Classroom.
Dengan antusiasme yang tinggi, para guru SMK dari berbagai sekolah di wilayah Surakarta hadir untuk memperdalam ilmu tentang mengimplementasikan LKPD PJBL dalam proses pembelajaranPelatihan penyusunan lembar kerja peserta didik model Project Based Learning
Koordinator Program Studi S3 TP FIP UNESA Prof. Dr. Mustaji, M.Pd mengatakan bahwa, PjBL adalah model inovatif, kontekstual dengan kegiatan kompleks.
“Pembelajaran ini berfokus pada pelibatan peserta didik dalam memecahkan masalah dan tugas-tugas bermakna, sehingga peserta didik bekerja dan mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, untuk mencapai goal menghasilkan produk nyata,” urainya.
Mustaji juga menyatakan bahwa, pembelajaran berbasis proyek memiliki kriteria: “centrality, driving question, constructive investigation, autonomy, and realism”.
Dalam pembelajaran berbasis proyek, pusat dari strategi pembelajaran merupakan proyek dimana mahasiswa belajar konsep dari suatu pengetahuan atau keilmuan melalui kerja proyek. Pendidik berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
“Pendidik harus dapat merancang proses pembelajaran yang nyata. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa termasuk dalam memilih tugas, topik, konteks kerja, kolaborasi, dan lain-lain,” tambah Prof Mustaji.
Sementara itu, Ketua BPMS Kota Surakarta, Trijono mengatakan bahwa Pendidikan harus terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Project Based Learning adalah salah satu cara untuk memberikan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi peserta didik.
“Kami berharap para guru yang mengikuti pelatihan ini dapat menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan,” tukas Trijono.
Guru SMK Tunas Pembangunan 3 Surakarta, Sri Lestari menjelaskan, melalui pelatihan ini, pihaknya memperoleh manfaat yang baik bagiamana tugas guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan dan evaluasi.
“Saya belajar tentang model pembelajaran, discovery learning, problem basic learning, work based learning, project basic learning, dan direct intration,” ungkap dia.
Pihaknya belajar bahwa, pembuatan kelompok yang baik itu berjumlah 3 atau 5 orang agar efektif dan efisien. PjBL adalah pembelajaran yang berlusat pada peserta didik melalui tugas proyek berupa kasus atau masalah yg umum sehingga peserta didik diajak berpikir aktif, kreatif, kritis dan inovatif.
“Jadi PjBL bisa saya aplikasikan untuk mengisi pembelajaran. Ini sangat bermanfaat bagi saya dan lebih mengerti dan mudah dipahami oleh peserta didik,” urai Lestari.
Sedangkan Nova, salah satu peserta pelatihan dan guru mata pelajaran Teknik Elektronika di SMK Wijaya Kusuma Surakarta, mengungkapkan kesan positifnya tentang pelatihan ini.
“Saya merasa terbantu dengan adanya pelatihan ini. LKPD Project Based Learning akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka dan mempersiapkan mereka untuk tantangan di dunia nyata,” papar Nova.
Selama pelatihan, para peserta diajarkan langkah-langkah praktis dalam menyusun dan membuat lembar kerja peserta didik untuk berbagai jenis proyek, serta teknik efektif untuk memfasilitasi pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan peserta didik secara aktif.
“Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan bertukar ide dengan para rekan sejawat, menciptakan lingkungan yang inspiratif yang saling berkolaborasi. Dengan semangat pengabdian dan semangat inovasi, para guru SMK di Surakarta menegaskan komitmen mereka untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan,” tutur Mustaji.
Melalui pelatihan LKPD Project Based Learning ini, diharapkan para guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang inspiratif dan memberdayakan peserta didik untuk menjadi generasi unggul, siap menghadapi tantangan masa depan, serta berperan aktif dalam memajukan bangsa.
“Pelatihan ini memberikan harapan baru bagi pendidikan di Surakarta dan menjadi contoh bagi wilayah lainnya. Dengan guru-guru yang berdedikasi dan terampil dalam menerapkan pendekatan inovatif seperti LKPD Project Based Learning, sehingga masa depan pendidikan Indonesia akan semakin cerah dan terlihat jelas,” tutup Guru Besar FIP Unesa tersebut. (ari)