telusur.co.id - Majelis Sinergi Kalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (MASIKA ICMI) Cabang Surabaya mengadakan diskusi yang membahas konflik Israel-Palestina dengan mengusung judul “Telaah Komprehensif Konflik Palestina-Israel”. 

Dalam diskusi tersebut, konflik Israel-Palestina ditelaah dengan menggunakan kacamata keamanan manusia, dipandu oleh Firsty Chintya yang merupakan Dosen Hubungan Internasional UPN Veteran Surabaya. Minggu, (30/5/2021).

Dalam diskusi kala itu, Firsty mengatakan bahwa, konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina akan lebih komprehensif jika dilihat menggunakan sudut pandang keamanan manusia. 

Ini karena kemanusiaan adalah bahasa universal yang tidak lagi memandang manusia berdasarkan agama, suku, budaya, maupun negara, tapi sebagaimana manusia utuh yang hak-haknya dijamin oleh dunia internasional lewat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 10 Desember 1948.

Bersamaan dengan diskusi tersebut, Firsty menyampaikan bahwa Indonesia, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, telah membuat kesepatakan dengan Malaysia untuk mendesak DK PBB dan dunia internasional untuk bertindak konkret atas apa yang terjadi di Palestina. 

Firsty juga mengatakan bahwa, yang bisa dilakukan saat ini adalah mengesampingkan urusan retorika konflik agama (Yahudi-Islam) dan mengedepankan pemahaman bahwa Palestina-Israel adalah persoalan konflik humaniter dan narasi persatuan.

“Dengan berkembangnya diplomasi trek sembilan yang bertumpu pada media dan opini publik, sebisa mungkin seluruh anggota MASIKA ICMI Orda Surabaya dapat berdiplomasi dengan membagikan dukungan di platform-platform media,” ucapnya. 

Formatur MASIKA ICMI Surabaya, Akhmad Hani Nadif menambahkan bahwa sebagai Cendekiawan muslim, pembelaan terhadap hak azasi manusia harus tetap diperjuangkan, khususnya bagi rakyat Palestina yang hak-haknya sebagai manusia telah banyak dirampas. 

“Semoga Palestina dan Israel segera diberi titik terang atas konflik yang terjadi, dan sebagai cendekiawan Muslim pembelaan terhadap hak-hak Palestina tetap harus diperjuangkan, dan sebagai cendekiawan, semoga dengan adanya diskusi-diskusi komprehensif seperti ini membuat kita dapat menganalisis peristiwa internasional dengan tetap mengedepankan objektivitas dan kehati-hatian,” terang Nadif menutup diskusi malam itu. (ari)