Anomali, Sebuah Tantangan di Masa Pandemi Covid-19 - Telusur

Anomali, Sebuah Tantangan di Masa Pandemi Covid-19

Peluncuran Buku Kumpulan Cerpen PadMedia #3, ANOMALI

telusur.co.id - Anomali, sebuah kata yang bermakna anti mainstream atau sesuatu yang tidak biasa, menjadi sebuah tantangan bagi peserta kelas menulis Batch 3 Padmedia Publisher. 

Di masa pandemi Covid-19, kelas menulis daring menjadi salah satu solusi bagi mereka yang terjebak di rumah saja. Anomali menjadi judul sebuah buku kumpulan cerpen, dimaksudkan sebagai tantangan dari para guru dan pihak penyelenggara kelas menulis cerpen daring ini. 

Ketika sebuah buku anatologi menjamur, kemudahan menerbitkan buku terbuka lebar, maka tantangan bagi para penulis, apalagi yang baru belajar menulis, adalah bagaimana menemukan sesuatu yang tidak biasa, baik ceritanya, cara berceritanya, sudut pandangnya, maupun eksekusinya.

Kelas menulis cerpen batch 3 ini sebenarnya berlangsung hanya sepuluh minggu tatap muka melalui aplikasi Zoom, dengan menghadirkan 8 guru atau narasumber penulis skala nasional, antara lain : Damhuri Muhammad, Sunlie Thomas Alexander, Yanusa Nugroho, Kurnia Effendi, Ni Komang Ariani, Yusri fajar, Mashdar Zainal, dan Wina Bojonegoro. 

Namun di tangan para mentor, kelas yang seharusnya hanya 10 minggu itu bisa menjadi 4 bulan karena proses pematangan naskah, kurasi dan editing. 

Kelas yang diikuti oleh 26 peserta dari berbagai kota dan belahan dunia ini akhirya menghasilkan 22 tulisan yang dinilai anomali, dan peluncuran bukunya akan dilakukan secara daring pada hari Minggu (04/4) melalui aplikasi Zoom dan Youtube. 

Menurut CEO Padmedia Publisher, Wina Bojonegoro hadir sebagai pembicara utama dalam peluncuran buku adalah Prof. Djoko Saryono yang membedah dunia sastra perempuan serta Sunlie Thomas Thomas Alexander yang akan membedah karya hasil murid kelas menulis tersebut.  

Dan pada kesempatan tersebut para murid membacakan cuplikan karya dengan dramatic reading agar acara ini menjadi hiburan tersendiri di saat pandemi. 

Berikut adalah nama para penulis beserta judul cerita pendek mereka yang dihasilkan dengan memerah segala kemampuan, melalui riset beberapa bulan dan pembantaian antar sesama murid dan guru. 

NO

NAMA

JUDUL 1

JUDUL 2

 

 

 

 

1

AdeKaArt

Celung

 

2

Dian KD

Takdir Kacong

 

3

Doan Widhiandono

Cerita Pendek Tentang cerita-cerita Pendek

 

4

Endang P.Uban

Dunia Tanpa Tuan

Buku Resep untuk Palupi

5

Eva K. Sundari

Tulah Asmara

 

6

Evi Suryani Pohan

Qui Vadis Justicia

 

7

Hanuta

Memahat Ibu

 

8

Iva Hasyim

Perempuan Gua Garba

 

9

Jani P. Jasfin

Bidang Berwarna

Kesempatan Kedua

10

Lala Khansa

Lukisan Sukma Maya

Nefertiti, Wanita Bersayap Buku.

11

Lenny Milla

Pada Sebuah Ujung

Senja di Galata

12

Made D. Adnjani

Mirat bagi Dia

 

13

Metta Mevlana

Nukilan dari Bab XI/21 :Hudhud

 

14

Rie Blora

Sampur

 

15

Sari Sahara

Penakata

 

16

Tedy Heryadi

Dua Penulis Jasa di Insulinde

 

17

Winda Listyani

Candala, Sepasang Pembunuh Bayaran.

Bumi Gu 

Sinopsis Cerita

Doan Widiandhono dalam Cerita Pendek Tentang Cerita-cerita Pendek adalah cerita fantasi tentang catatan kehidupan seorang moralis yang ternyata tidak lolos menju pintu surga, hanya karena persoalan selilit.  

Mirip dengan cerita Quo Vadis Justitia yang ditulis Evie Suryani, akankah kita lolos dari api neraka jika di dunia kita tidak berlaku adil pada sesama manusia?  

Cerita senada ditulis oleh Tedy Heryadi, Dua Penulis Jasa di Insulinde, menggunakan metafor malaikat yang bertukar peran dalam mencatat kebaikan dan keburukan, ternyata manusia hanyalah hamba-hamba yang pamrih. 

Kisah-kisah fantasi juga dapat ditemukan di buku ini, antara lain Celung karya Adekaart.  

Kisah anomali tentang pesugihan, kita biasa mengenal tuyul atau babi ngepet, di cerpen ini pesugihannya adalah kucing hitam. Candala Dan Sepasang Pembunuh Bayaran adalah karya Winda Listyani yang juga kategori fantasi, bagaimana sepasang sepatu dapat menjadi pembunuh.  

Dunia Tanpa Tuan sebagai karya utama Endang P. Uban merupakan sebuah anomali POV, di mana yang menjadi narator adalah sifat-sifat di dalam diri manusia.  

Dunia psikologi yang bertautan dengan legenda atau mitos dibahas dalam Tulah Asmara karya Eva K. Sundari yang mengangkat kehidupan anak-anak mongolid. 

Sementara benda-benda bicara juga ditemukan dalam memahat Ibu karya Hanuta.  

Bidang Berwarna adalah ruang-ruang dan tembok yang berbicara dan melakukan pengakuan, merupakan karya Jani P. Jasfin yang pertama.  

Serupa dengan karya Made D. Adnjani yang diwakili sebuah cermin untuk bertutur tentang manusia.  

Karya Sari Sahara, Penakata pun merupakan benda bicara penuh kritik bagi manusia yang rakus dan penuh intrik.  

Seperti yang ditulis oleh Rie Blora, benda berupa Sampur bicara soal sisi gelap laki-laki dalam dunia Tayub. 

Metta Mevlana menulis benar-benar anomali, yaitu merangkai cerita hanya dengan satu titik dalam judul Nukilan dari Bab XI/21 :Hudhud sementara. 

Iva Hasyim mencatat perjalanan anomali seorang perempuan yang dinilai baki namun kuasa Tuhan akhirnya takdir bicara lain.  

Lala Khansa adalah peserta termuda di kelas ini, usianya baru 22 tahun, ia menorehkan kisah seorang pelukis yang mengalami kebimbangan dalam menemukan tujuan hidup.  

Sementara Pada Sebuah Ujung karya Leny Milla justru mengisahkan seseorang yang ingin segera menemukan akhir, Pada Sebuah Ujung.  

Sementara Dian KD menuliskan nasib para sapi aduan yang berakhir di tangan jagal di Madura, Takdir Kacong. (ari)


Tinggalkan Komentar