telusur.co.id - Polemik yang tengah terjadi antara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Jenderal (Purn) Moeldoko semakin panjang. Setelah AHY melakukan konferensi pers terkait dugaan upaya pengambil alihan kekuasaannya di Partai Demokrat oleh beberapa oknum. 

Hal tersebut mendapat sorotan dari berbagai kekalangan termasuk Aktivis Milenial Jawa Timur, Cahya Nugeraha. Cahya menyoroti perihal surat yang dilayangkan AHY kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Cahya menyayangkan sikap putra sulung Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu yang tidak bisa membedakan urusan pribadi dan urusan negara.

Sebagaimana telah diberitakan, AHY menuding beberapa pihak yang terlibat dalam upaya pengambil alihan kekuasaannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Salah satu pihak yang di tuding tersebut mengarah kepada Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko.

“Dinamika yang terjadi antara mas AHY dan Pak Moeldoko harusnya tidak dilebih-lebihkan, sampai melibatkan Presiden (Jokowi -red). Jika dugaan terhadap Pak Moeldoko benar, itu urusan pribadi beliau yang tidak dapat dicampurkan dengan urusan antara Presiden dan KSP,” ujar Cahya dalam keterangannya. Sabtu, (06/2/2021).

Cahya menilai, jika ada beberapa kader atau simpatisan yang ingin mengambil alih kekuasaan AHY, menurutnya itu mestinya dijadikan bahan evaluasi oleh AHY.

“Seyogyanya mas AHY yang merupakan pimpinan tertinggi dapat lebih bijak dalam menyikapi isu ini. Berita ini seakan menjadi sorotan nasional bahkan internasional.  

Dalam hal ini, berarti mas AHY kurang dapat meredam sampai orang awam tahu urusan internal partai. Reaksi yang berlebihan tersebut malah menampakkan kelemahan manajerial sekaligus komunikasi publik dari Partai Demokrat di bawah kepemimpinan mas AHY,” imbuh Cahya. 

Cahya menyampaikan pesannya kepada seluruh kader partai di Tanah Air untuk cermat dalam bersikap. Tidak melibatkan urusan internal partai dengan urusan kenegaraan.  

“Pesan saya, agar tetap cermat dan bijak dalam melakukan sikap. Dan mari jadikan hal tersebut sebagai evaluasi untuk perbaikan,” tandas Cahya Nugeraha. (ari)