telusur.co.id - Pemprov Jatim terus berupaya lepas dari middle income trap. Salah satunya yang digalakkan adalah pembangunan kawasan desa. Dalam hal ini pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) ini dapat menunjang pembangunan desa yang akan berimbas pada peningkatan perekonomian masyarakat.
 
Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak dalam Seminar Nasional Administrasi Bisnis (SINABIS) Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPN-V) Jatim dengan tema "Sinergi Pemerintah, Bisnis dan Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Taraf Ekonomi Masyarakat" di The Southern Hotel, Surabaya. Rabu, (01/11/2023).

Menurut Emil panggilan akrab Wagub Jatim itu, potensi untuk memperbaiki perekonomian tidak hanya di kota karena pandemi Covid-19 telah menciptakan urban poverty. Sehingga strategi yang perlu dilakukan adalah membangun desa.

"Jawa Timur memiliki potensi untuk lepas dari middle income trap. Kita bangun betul dulu core economy-nya. Dan membangun ruang untuk nilai tambah ini harus dari SDM atau value added. Human input lebih tinggi inilah yang akan menciptakan pertumbuhan. Mau tidak mau kuncinya human capital," tandasnya.

Melihat kondisi desa di Jatim, Emil mengatakan bahwa berbagai potensi desa dapat menjadi referensi bagi SDM untuk mengembangkan usaha produk dan jasa.

“Masih ada ruang untuk hidup lebih sejahtera di desa. Ini membuka peluang, infrastruktur juga makin baik. Dengan aksesibilitas yang baik, tinggal di desa bukan penghalang untuk menjadi sukses,” tegasnya.

Lebih lanjut disampaikan Wagub Emil, sektor produk dan jasa dapat meningkatkan perekonomian di desa, bahkan menjadikan suatu desa sebagai Desa Mandiri. Hal ini dikarenakan hampir 1/3 masyarakat Jawa Timur bekerja di bidang pertanian. Meski demikian, sumbangsih pertanian pada perekonomian hanya 10%.

"Infrastuktur pedesaan sekarang sudah semakin baik dan ini diperlukan agar lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian dapat dibuka guna menghidupkan daerah pedesaan," bebernya.

Terbukanya lebih banyak lapangan pekerjaan, terutama dari sektor industri sekunder dan tersier di pedesaan, juga akan mendukung kolaborasi antara SDM kota dan SDM desa melalui Milenial Job Center (MJC).

"Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mau migrasi ke digital membutuhkan talenta untuk membangun ekosistem digitalnya. Sektor sekunder dan tersier membutuhkan penguatan SDM untuk bisa meningkatkan perekonomian. Nah disinilah MJC dapat masuk, baik dengan membantu desain, foto, dan video, atau memberikan pelatihan," tegasnya.

Sehubungan dengan ini, Emil pun menekankan pentingnya penggunaan produk dalam negeri untuk membangkitkan perekonomian rakyat. Mulai dari ciptaan UMKM, Bumdes, hingga industri manufaktur merk dalam negeri.

"Makanya Pak Presiden bilang harus bangga buatan Indonesia. Orang-orang cenderung mau menggunakan produk dalam negeri jika harganya murah, anggapannya karena buatan sendiri. Padahal yang berkualitas pun ada harganya. Jika cari yang murah, akan sulit untuk memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat," ucapnya.
 
Di akhir, Emil juga berpesan agar perguruan tinggi dapat mempersiapkan lulusan dengan kompetensi dan karakter siap kerja. Para lulusan PT diharapkan memiliki ready touse skill melalui berbagai macam pelatihan dan program kerja lapangan.

"Peran perguruan tinggi di sini adalah menyiapkan lulusan yang punya kompetensi dan karakter siap kerja. Harus ada exposure terhadap keterampilan kerja. Di sini kita bangun ekosistem ketenagakerjaan juga. Semisal di SMA, Ada namanya double track, jadi kita menyiapkan kelas-kelas keterampilan. Peran perguruan tinggi sangat penting dalam sinergi hexahelix ini," tutupnya. (ari)