telusur.co.id - Komitmen PLN untuk melakukan transisi energi terus digencarkan dan mendapat perhatian penuh dari berbagai kalangan. Senior Manager Perencanaan PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, Agus Setiono memaparkan peluang dan tantangan PLN dalam menuju Net Zero Emission (NZE) pada seminar bertema "Paradoks Dekarbonisasi : Peluang dan Tantangan" di Universitas Airlangga, Kamis (27/6/2024). Seminar tersebut dihadiri akedemisi, asosiasi pengusaha, pelaku industri, hingga komunitas Energi Baru Terbarukan (EBT) yang menaruh perhatian penuh terhadap EBT.

Agus Setiono juga menjelaskan bahwa, sejak tahun 2021, PLN telah berkomitmen untuk mencapai NZE di tahun 2060 dengan berbagai aspirasi beralih dari pembangkit ber-emisi karbon ke pembangkit energi hijau melalui rencana jangka pendek hingga jangka panjang serta mengembangkan ekosistem teknologi baru. 

"PLN berinisiatif menetapkan RUPTL paling hijau, menekankan upaya dekarbonisasi pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil dan pengembangan EBT. Kami juga berkomitmen untuk mendukung transformasi sektor transportasi dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menuju kendaraan listrik (electric vehicles)," tutur Agus.

Untuk di Jawa Timur, PLN telah membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengakselerasi transisi energi. Upaya yang dilakukan antara lain ialah menggunakan pembangkit baru terbarukan seperti PLTA, PLTM, PLTS bahkan PLTSa. 

Sebaran pembangkit EBT di Jawa Timur terdapat 10 site plant utama termasuk kepulauan isolated dengan kapasitas total 46,02 MW yang terdiri dari PLTA/M sebesar 34,02 MW, PLTSa 10,65 MW dan PLTS 1,35 MW. Rencana pengembangan dan penambahan kapasitas EBT di beberapa kepulauan pun secara bertahap dilakukan hingga 2027.

Agus menambahkan, dalam menuju NZE bukan tanpa hambatan. Mulai dari persoalan TKDN, suplai and demand, teknologi, pendanaan hingga eksekusi. Tentunya prasyarat pada aspek teknis, finansial, just transition dan kebijakan pendukung harus dipenuhi agar dapat melaksanakan transisi energi.

"Tentunya serangkaian rencana dan upaya yang telah disusun tersebut tidak dapat terlaksana tanpa kolaborasi dan dukungan penuh stakeholder dan instansi terkait agar tantangan-tantangan yang muncul bisa terselesaikan bersama-sama," papar Agus.

Hadir sebagai pembicara, Dahlan Iskan berpendapat bahwa, terjadinya transisi energi harus ditopang bersama-sama, baik dari sisi regulator, operator dan juga pelaku bisnis. 

“Tidak bisa hanya membebankan perubahan itu pada PLN selaku operator sistem kelistrikan, dimana kita tahu bahwa karakteristik energi hijau sebagian besar memiliki kendala stabilitas pasokan, sehingga perlu juga dipikirkan solusi terbaik agar selaku operator dapat terjaga stabilitas pasokan listriknya," tegasnya. (ari)