telusur.co.id - Penguatan peran pendidikan keagamaan Islam dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi kunci penting mewujudkan Indonesia Emas 2045. 

Demikian benang merah dari Focus Group  Discussion (FGD) Peningkatan Peran Pendidikan Keagamaan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional yang dilaksanakan oleh Kementerian PPN/Bappenas RI yang digelar di Surabaya. Kamis, (13/6/2024).

FGD ini merupakan rangkaian kegiatan penyusunan Peta Jalan Pendidikan Indonesia (PJPI) sebagai penjabaran dari pelaksanaan kebijakan pembangunan pendidikan yang tertuang di dalam RPJPN 2025-2045.

Selain sebagai sinkronisasi dan harmonisasi pelaksanaan kebijakan di tingkat pusat dan daerah, FGD yang mengundang para praktisi pendidikan Islam ini juga bertujuan untuk menemukenali persoalan seputar pendidikan keagamaan Islam, terutama terkait akses dan kualitas pendidikan pesantren.

”Peran dan fungsi pesantren sebagai pusat pembelajaran Islam perlu terus diperkuat sebagai ikhtiar menciptakan SDM yang unggul, inklusif, dan berorientasi kepada kemaslahatan. Untuk itu, perlu adanya perluasan akses layanan pendidikan pesantren, penguatan rekoginisi lulusan, serta peningkatan jaminan mutu layanan pendidikan pesantren,” urai, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami, Ph.D.

Menurut Amich, pesantren perlu terus terlibat dalam proses pembangunan dan kemajuan bangsa, beradaptasi dengan perkembangan zaman, memberi sumbangsih prestasi dan inovasi, serta menjadi kekuatan penggerak dalam transformasi sosial-ekonomi.

Plt. Direktur Pendidikan Dhiniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Waryono, M.Ag. menekankan pentingnya pesantren sebagai komponen penting yang mewarnai arah pembangunan pendidikan di Indonesia. 

“Pesantren telah berkontribusi besar dalam mencerdaskan anak bangsa, bahkan sebelum negara ini merdeka. Kehadiran UU No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren menjadi momentum untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pesantren sebagai lembaga dan model pendidikan unggulan, destinasi pendidikan khas Indonesia yang menjadi rujukan dunia,” lugas Waryono.

Optimisme atas kiprah krusial pesantren di masa mendatang juga diutarakan oleh Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas RI, Didik Darmanto, S.Sos, MPA.

“Pesantren telah membuktikan peran pentingnya dalam pembangunan nasional, tidak hanya sebatas mencetak pribadi unggul, berkarakter, dan bertaqwa, tapi juga membangun pondasi bagi pembentukan masyarakat madani. Karena itu, penguatan peran dan fungsi pesantren dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia perlu terus dilakukan, terutama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” jelas Didik.

Direktur Program INOVASI, Mark Heyward turut menegaskan kontribusi pendidikan keagamaan Islam dalam sistem pendidikan Indonesia. 

“Sistem pendidikan di Indonesia sangat menarik, terutama dengan kehadiran pesantren. Lembaga pendidikan Islam ini terus beradaptasi dengan zaman. Meski berciri khas Islam, pesantren tetap memasukkan kurikulum nasional dalam mendukung proses pembelajaran. Kondisi ini sangat baik dalam rangka memperkuat integrasi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional,” sebutnya.

FGD ini juga menghadirkan beberapa narasumber, antara lain: Ketua Majelis Masyayikh, KH Abdul Ghaffar Rozin, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., Pengajar Pondok Pesantren Sidogiri, Ustadz M. Syamsul Arifin Munawwir, S.Psi, M.Psi., dan Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur'an wal Hadits, Badriyah Fayumi, Lc., M.A.

Bertindak sebagai pemandu diskusi adalah Perencana Ahli Utama Kementerian PPN/Bappenas RI, Dr. Ir. Subandi Sarjoko, M.Sc. Penyelenggaraan FGD ini didukung oleh Kemenag RI, Kemendikbudristek RI, dan INOVASI (Program kemitraan pendidikan antara Australia-Indonesia). (ari)