telusur.co.id - Oleh : Denny JA
- Catatan Perjalanan dari London
Kastil Windsor, kediaman kerajaan di Windsor di daerah Inggris Berkshire, tetap tegak berdiri di sana. Ia dibangun di abad ke 11, setelah invasi Norman ke Inggris oleh William Sang Penakluk.
Dari bentuk bangunannya langsung terasa, ia datang dari zaman yang sangat jauh. Kastil itu dalam diam menjadi saksi berubahnya peran kerajaan dalam sejarah 1000 tahun.
Ini dunia dan tradisi kerajaan yang semakin unik dan memperkaya budaya. Namun kerajaan itu juga semakin memudar pengaruh politiknya.
Itulah kesan paling kuat selama seminggu saya napak tilas perjalanan Elizabeth, dan kerajaan Inggris, dari Wesminster Abbey ke King George VI Chappel.
Di Westminster Abbey Elizabeth diseremonikan sebagai ratu (crowned), 2 Juni 1953. Di King George VI Chappel, 70 tahun kemudian, 19 September 2022, Elizabeth dimakamkan.
Hari itu, 25 september 2022, 2 minggu sudah Ratu Elizabeth 2 wafat.
Di Windsor, 45 menit kami naik mobil dari central london. Ratusan orang dari berbagai negara, berdiri di depan pagar.
Hari minggu, pagar tertutup untuk pengunjung. Bahkan di hari biasa pun, pengunjung tak bisa melihat makam Elizabeth yang tertutup di dalam King George VI Chappel.
Banyak karangan bunga masih memenuhi pagar itu.
Berdiri di pagar utama, saya melihat ke belakang. Nampak jalan lurus panjang sekali, sejauh mata memandang. Kanan dan kiri jalan itu hanya rumput hijau dan taman.
“Dari ujung sana, peti jenazah Ratu Elizabeth datang. Ia terlebih dahulu dilepas dari Westminter Abbey di kota Landon.” Demikian tour guide saya memberi penjelasan.
Saya melihat seorang ibu, usia 50an, berdiri di pagar menatap ke arah King George VI Chappel. Ia menangis pelan, ditahan, yang mendalam.
Ibu itu dari Australia. Sempat saya bicara dengannya. “Ratu Elizabeth juga ratu kami di Australia,” ujarnya.
Memang Elizabeth menjadi ratu bagi 15 negara yang terhimpun dalam commonwealth. Australia, Kanada, Jamaica termasuk dalam commonwealth itu.
Selama 70 tahun Elizabeth menjadi ratu. Ia mewarnai sejarah sepanjang itu. Total sebanyak 170 perdana menteri dalam commonwealth yang bersentuhan dengannya.
Elizabeth adalah penguasa terlama sepanjang sejarah. Ia hanya kalah dari Lois XIV yang menjadi raja Perancis selama 72 tahun, karena ia sudah menjadi raja sejak usia 4 tahun.
Sejarah kerajaan Inggris sudah sangat panjang. Sejarahwan merujuk akar dinasti ini sejak abad ke 11, dengan pendirinya: William The Conquer (1066-1087).
Dari begitu banyak peristiwa sejarah, dua hal ini yang paling menentukan nasib Elizabeth.
Pertama, peristiwa unik di tahun 1936, 11 desember. Raja saat itu, kakak Ayahnya, Edward VIII mengundurkan diri sebagai raja. Daya tarik cinta baginya lebih kuat dibandingkan mahkota raja.
Sebagai raja, karena protokoler kerajaan yang panjang, Edward VIII dilarang menikahi rakyat biasa yang janda: Wallis Simpson.
Seorang janda dengan dua mantan suami tak bisa diterima menjadi permaisuri seorang raja inggris. Apalagi sebagai raja, Edward VIII juga menyandang kepala Church of England. Keyakinan agamanya tak bisa menerima pernikahan kembali seorang wanita yang janda karena perceraian.
Tak terduga, Edward VIII memilih menikahi kekasih hatinya. Ia rela melepas atribut kekuasaannya sebagai raja.
Akibatnya, adik Edward VIII, George VI didaulat menjadi raja. Elizabeth yang menjadi anak tertua George VI otomatis menjadi ratu ketika ayahnya mangkat.
Hidup Elizabeth pun berubah. Ia yang tadinya hanya menjadi keluarga samping dari raja, lalu menjadi ratu. Kisah cinta tak biasa sang Raja, yang juga kakak ayahnya, membawa hidup baru Elizabeth.
Ini sejenis kecelakaan sejarah yang menguntungkan Elizabeth.
Peristiwa sejarah kedua yang mengubah Elizabeth terjadi ratusan tahun lalu. Ini juga peristiwa yang tak biasa. Setelah peristiwa itu, kekuasaan politik kerajaan Inggris berubah selamanya.
Di dekat Windsor, di Runnymade, 15 Juni 1215, lebih dari 800 tahun lalu, ditanda tangani dokumen yang mengubah wajah dunia. Khususnya ia mengubah kerajaan Inggris.
Magna Carta (Piagam Besar) sebuah piagam pembatasan kekuasaan kerajaan yang disetujui secara terpaksa oleh Raja John dari Inggris.
Pertama kali, piagam ini dirancang oleh Uskup Agung Canterbury, Kardinal Stephen Langton. Ia menengahi konflik yang ada.
Kompromi harus ditegakkan antara raja yang tidak populer dan sekelompok bangsawan pemberontak.
Raja yang semena-mena dengan kekuasan tak terbatas tak lagi bisa diterima. Perlu ada kesepakatan yang membatasi kekuasan raja.
Dalam kesepakatan itu, hak-hak gereja dilindungi. Para bangsawan juga dilindungi dari penangkapan dan penjara yang semena- mena.
Para bangsawan saat itu berkumpul menghimpun. Kekuatan. Terlibat di sana sebanyak 25 baron.
Walau raja awalnya menerima kesepakatan, tapi sungguh bukan perkara muda mengubah tradisi kekuasaan raja yang sudah berlangsung ratusan tahun.
Tapi spirit yang membatasi kekuasaan raja itu terlalu kuat untuk dilawan. Perlahan dan pasti, spirit membatasi kekuasaan raja berkembang menjadin monarki konstitusional.
Kerajaan pun berubah signifikan. Raja yang tadinya punya kekuasaan absolut perlahan hanya menjadi raja seremonialnya. Ia berkuasa tapi tidak memerintah. Ia reign tapi tidak govern.
Pengaruh raja terhadap pemilihan perdana menteri secara bertahap menurun. Raja William IV menjadi raja terakhir yang memberhentikan perdana menteri, ketika pada tahun 1834 ia mencopot Lord Melbourne.
Ratu Victoria adalah ratu terakhir yang melawan kehendak parlemen dalam memilih perdana mentri, pada tahun 1839.
Namun, pada akhir masa kekuasaannya, ia tidak dapat melakukan apa pun melawan kehendak parlemen.
Dengan segala cara awalnya raja dan ratu ingin tetap memiliki kekuasaan untuk ikut memerintah.
Tapi gerak sejarah mengallir lebih kuat lagi. Raja harus menyerahkan kekuasaan untuk memerintah kepada perdana menteri dan parlemen.
Pembatasan kekuasaan raja dan ratu ditradisikan turun temurun, hingga akhirnya sampai ke Ratu Elizabeth.
Di samping kastil windsor, ada pedestrian yang lebar dan panjang. Kanan dan kirinya penuh toko dan kafe yang ditata indah.
Di satu spot, seorang gadis usia dua puluhan bermain gitar sambil menyanyi. Ada pula yang hanya menggunakan iringan musik dari komputer. Ia hanya menyanyi saja dengan pengeras suara.
Di depan kakinya, ada box. Mereka yang lewat dapat memberikan tips seikhlasnya.
Saya menikmati suasana yang berbeda di Windsor, dibandingkan di London.
Poster wajah Elizabeth terpampang di banyak toko. Banyak pula owner toko itu langsung menulis singkat kesan dan pesan untuk Elizabeth.
Pesan owner toko itu dicetak menjadi poster dan dipasang di depan toko. Ada yang ditempel di kaca depan. Ada yang menjadi banner, diberi tiang.
Menyusuri pedestrian itu, terasa betapa pemilik toko dan penduduk setempat mencintai ratunya. Mereka bangga dengan ratunya.
Di sisi lain, media online juga banyak yang bergunjing. Mereka membicarakan prilaku raja yang baru: Charles 3. Betapa sang raja ini ingin berpergian hanya jika ada yang menyetrika tali sepatunya. “Bahkan tali sepatu saja perlu diseterika!”
Banyak pula yang mengeksplor bagaimana warisan yang diterima oleh Charles 3.
Menurut Forbes, keluarga kerajaan Inggris memilki begitu banyak properti dan real estate. Total nilainya hampir $28 miliar. Ini setara dengan 440 trilyun rupiah.
Saya tak pernah berjumpa dengan Elizabeth. Bahkan tak juga pernah melihatnya langsung dari jauh. Tapi saya merasa dekat sekali dengannya.
Dibanding dengan semua pemimpin dunia, tak ada yang ikatan emosionalnya lebih dekat dibandingkan dengan Elizabeth.
Saya renungkan dimanakah akar kedekatan itu? Saya mengenal Elizabeth sejak ia masa kecil. Seolah saya juga di sana saat Elizabeth mengalami apa yang ia sebut tahun paling horor dalam hidupnya: 1992.
Pernikahan Charles dan Diana terus memburuk. Pada tahun 1992 mereka mengumumkan keputusan mereka untuk berpisah.
Di tahun yang sama, pangeran Andrew, putra kedua ratu, dan istrinya, Sarah Ferguson, juga berpisah.
Di tahun itu juga, Anne, adiknya ratu Elizabeth menceraikan suaminya, Mark Phillips.
Akhir tahun itu, kebakaran terjadi di Kastil Windsor, menghancurkan lebih dari 100 kamar.
Dalam pidato yang disampaikan untuk menandai peringatan 40 tahun suksesi, Ratu Elizabeth mengatakan bahwa 1992 "telah menjadi 'Annus Horribilis.” Itu bahasa Latin untuk "tahun yang mengerikan. (1)
Akar dari rasa dekat itu karena intens sekali saya menonton serial The Crown di Netflix sebanyak 40 episodes. Selama total seminggu saya menyediakan waktu khusus menontonnya.
Dari kejauhan, sambil menatap The King George VI Chappel, bangunan yang menyimpan jazad Elizabeth 2, saya berziarah, nyekar padanya.
Dalam hati, saya mengirimkan doa sambil mengucapkan terima kasih padanya selama 70 tahun ikut mewarnai peradaban.
CATATAN
1. Momen yang paling kuat dalam hidup Elizabeth https://www.history.com/.amp/news/queen-elizabeth-ii-key-moments