telusur.co.id - Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menyampaikan terdapat dua poin penting praktik komunikasi. Dua poin tersebut efektif menjawab tantangan di berbagai bidang.

"Komunikasi dan Public Relations (PR) ini definisinya adalah ikhtiar dari entitas untuk menjaga image publiknya. Bagian paling mendasarnya meningkatkan kesadaran bahwa, komunikasi itu penting," tukasnya saat menjadi narasumber International Association of Business Communicators (IABC) Indonesia Mid-Year Conference 2023 di The Westin Jakarta, Jumat, (14/7/2023).

Di sini, poin pertama menurut Wagub Jatim itu dalah mengidentifikasi bentuk informasi, komunikasi, dan kanal-kanal yang digunakan.

"Dalam mengatur komunikasi perlu ditentukan apa yang mau disampaikan dan bentuk komunikasinya. Hari ini di era informasi, di era digital, kanal-kanal dan strategi komunikasi semakin berkembang pesat," tandasnya.

Ia melanjutkan, poin kedua adalah efektivitas teknologi dan komunikasi. Hal ini bersangkutan dengan bagaimana pemanfaatan teknologi dan strategi komunikasi yang tepat, digabungkan dengan idealisme, dapat menjawab masalah-masalah seputar isu terkini yang dihadapi suatu entitas.

Karenanya, PR didukung untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi untuk menentukan kanal-kanal komunikasi sesuai dengan informasi yang ingin mereka sampaikan.

"Nomor dua ini adalah efektivitas teknologi atau komunikasi. Kalau tidak terus terus aktif tentu kita akan ketinggalan cara yang paling efektif untuk berkomunikasi sebagai PR. Tapi titik berat dari efektifitas komunikasi ini adalah idealisme kita untuk tentunya juga menjawab masalah-masalah, misalkan pembangunan," tukasnya.

Emil juga menyebutkan bahwa, Generasi Z memiliki peran besar dalam komunikasi atau public relation. Baik sebagai komunikator itu sendiri atau sebagai para penerima informasi.

Ia juga berpendapat bahwa, turut andilnya Gen Z dalam bidang PR dapat menghindarkan mereka dari sikap apatis.

"Para profesional ini bisa mengkomunikasikan pada Gen Z isu-isu terkini. Dan Gen Z dengan gara-gara mereka yang up to date dan idealis dapat menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh tim PR suatu entitas. Apalagi sekarang kanal digital menjadi salah satu sarana PR," bebernya.

Mantan Bupati Trenggalek ini berharap kedua poin yang disebutkan dapat menjawab tantangan terkini suatu badan usaha, entitas bisnis, pemerintahan, bahkan politisi. Ini terkait bagaimana unggahan di media sosial bisa menjadi sarana komunikasi publik.

"Sekarang ini ruang publik begitu luas. Postingan menjadi bentuk exposure kepada publik, sehingga muncul pertanyaan siapa PR-nya karena setiap orang bisa menjadi PR bagi dirinya sendiri. Ini merubah definisi apakah PR kanalisasinya hanya satu entitas atau menyebar, dan karenanya perlu ditentukan," urainya.

Di akhir, Emil mengapresiasi adanya forum yang menyatukan para praktisi komunikasi pada bidangnya. Ia berharap IABC dapat menentukan strategi komunikasi yang sesuai bagi asosiasi terkait.

"Saya senang sekali bagaimana conference IABC ini menyoroti apa yang bisa dilakukan dalam konteks komunikasi sehingga pelaku komunikasi dapat memilih strategi yang efektif. Saya yakin ini akan memiliki dampak yang sangat besar dan semoga menemukan strategi sesuai untuk asosiasi atau para pelaku atau praktisi komunikasi," tuturnya. (ari)