Tahun Kedua Ramadhan Bersama Pandemi - Telusur

Tahun Kedua Ramadhan Bersama Pandemi


Oleh : Mahira Wijaya Bekti Artadi

Nuansa bulan suci Ramadhan tahun ini masih sama dengan tahun kemarin, suasana sakral dalam beribadah masih belum bisa kita rasakan. Rasa was-was masih menghantui pikiran kita. Kerinduan umat muslim untuk bisa beribadah dengan bebas di masjid masih harus ditahan. Salah satunya ialah menjalankan sholat tarawih secara berjamaah. 

Dimana shalat berjamaah ini menanamkan rasa sosial dan kekuatan umat muslim, ditambah lagi semaraknya muda-mudi yang melantunkan tadarus di setiap masjid atau mushola di lingkungan masing-masing. Keindahan bulan Ramadhan juga terbentuk di dalam setiap keluarga, dimana seluruh anggota keluarga menikmati kebersamaan dengan sahur dan berbuka bersama.

Di sisi lain, penyebaran Covid-19 di bulan Ramadhan ini masih cukup tinggi, data terakhir yang diunggah oleh Jatim tanggap Covid-19 menunjukkan adanya 237 kasus positif terakumulasi pada tanggal 27 April 2021 dan 253 pasien sembuh. Akan tetapi, apabila ditinjau dari data statistik, maka kasus positif masih tergolong tinggi. Kota-kota di Jawa Timur mayoritas masih dalam status resiko sedang (Zona Orange).

Pertambahan kasus positif corona ini akan semakin meningkat, apabila masyarakat lengah dalam menjalankan protokol kesehatan. Meskipun sudah memasuki era new normal, namun pemerintah masih mengimbah agar masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan, membatasi kegiatan keagamaan dengan kapasitas 50% dari kapasitas ruangan, serta menganjurkan untuk tidak melakukan kegiatan keagamaan di masjid atau mushola bagi daerah yang memasuki Zona Merah. 

Penyebaran virus corona ini harus segera dihentikan, agar ibadah-ibadah di bulan Ramadhan ini dapat berjalan dengan baik. Caranya ialah dengan membatasi kerumunan terutama ketika menjelang waktu berbuka, dimana sering kita jumpai banyak orang-orang sedang ngabuburit, membeli takjil dan buka bersama teman. Kita dapat mengganti kegiatan semacam itu dengan menyiapkan menu berbuka di rumah dengan ibu dan berbuka bersama keluarga. 

Dalam menghadapi musibah kali ini, kita selaku umat muslim perlu untuk berikhtiar dan bertawakal agar kita menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah SAW. Ikhtiar dilakukan dengan mengikuti anjuran pemerintah, seperti mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga kebersihan, berdiam di rumah, serta menghindari kegiatan yang memicu adanya kerumunan. Sementara tawakal dilakukan dengan memperbanhak berdoa, memohon ampunan, ibadah, dan berserahkan diri kepada Allah SWT. 

Momentumnya seperti ini, tentu akan mengingatkan kembali kepada kita bahwa, telah mengeksploitasi alam secara besar-besaran tanpa memperhatikan keseimbangan alam demi kepentingan pribadi. Pandemi juga mengingakan betapa pentingnya hidup bersosial.  

Akhir-akhir ini kita terlalu mengutamakan individualisme sebagai pendorong kemajuan ekonomi. Ini tentu akan menjadi sebuah refleksi diri yang dapat mengubah mindsetkitauntuk menata visi baru yang lebih substansial bagi kita sebagai individu muslim. 

*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.


Tinggalkan Komentar