telusur.co.id - Badan Pengurus Pusat (BPP) Majelis Ilmuwan Muslimah (Majelis Alimat Indonesia/MAI) menggelar Musyawarah Nasional ke 6 di Gedung Sriwijaya, komplek DPR/MPR RI, Jakarta Pusat pada Sabtu (07/10/2023) mengusung tema “MAI Perkokoh VIsi, Menjaga Legasi”. Agenda Munas ini antara lain dalam rangka menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban, sidang komisi hingga pemilihan Ketua umum yang baru.

Ketua Umum MAI, Prof. Dr. Amany Lubis dalam sambutannya menyampaikan, tema munas kali ini diharapkan menjadi pemicu bagi MAI untuk dapat menjaga legasi dan kepercayaan melalui program kerja, menjaga akhlak umat dan mengedukasi bangsa Indonesia dan warga dunia.

“Rasul bersabda, Ista’in billah wala ta,jiz, al-mukmin al-qawiy ahsan min al-mukmin al-dhaif. Istiqamah penting dipegang dalam rangka komitmen melakukan penguatan dan persatuan umat Islam. Mari kita bersyukur dan melanjutkan apa yang diletakkan pimpinan MAI terdahulu,” terang Amany Lubis. Sabtu, (7/10/2023).

Sebagai informasi, MAI merupakan organisasi resmi yang tercatat di Kementerian Hukum dan HAM yang memiliki jaringan struktur organisasi dari tingkat nasional hingga internasional. 

MAI memiliki visi “Berkontribusi dalam kajian keislaman, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemberdayaan masyarakat serta memberi solusi terhadap permasalahan umat dan bangsa. 

Selama periode 2020-2023, BPP MAI telah melaksanakan berbagai program kerja internal mapun eksternal, diantaranya pembentukan 12 Pengurus Wilayah hingga pembuatan media publikasi.

Munas MAI ke-6 kali ini pun sekaligus momentum pemilihan Ketua Umum BPP MAI Periode 2023-2027. Ketua Terpilih untuk periode selanjutnya adalah Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil DKI Jakarta, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH,. M.Si. 

Dalam pidato pertamanya, Sylviana Murni menyampaikan beberapa rencana program kerja ke depan. Sylviana Murni komitmen untuk lebih meningkatkan lagi hubungan internasioal antara lain bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga.

“Alhamdulillah dan Innalillahi. Alhamdulillah karena MAI memberikan kepercayaan, meskipun ini amanah yang luar biasa harus saya jaga. Innalillahi karena Khalifah pertama Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq mengajarkan bahwa saat menerima amanah jabatan, beliau berucap inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, karena semua berawal dari ketetapan Allah, harus dikembalikan juga kepada Allah karena kita tidak punya kuasa apapun,” urai Sylviana Murni ditemui usai kegiatan.

Sylviana Murni mengatakan, pihaknya menargetkan terbentuknya program Sains Taklim, yakni kegiatan majelis taklim berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurutnya, kiprah MAI harus menyentuh kelompok muslimah sampai akar rumput. 

Ia menyebut bahwa, Sains Taklim merupakan gerakan dakwah intelektual yang relevan bagi semua kalangan, dari komunitas masyarakat tingkat RW sampai dengan lembaga tingkat internasional. Sylviana Murni pun menuturkan berbagai sasaran yang ia bidik untuk memajukan organisasi.

Sasaran tersebut yakni meningkatkan peran muslimah intelektual di bidang penelitian, terjemahan dan penerbitan pendidikan; Memperkenalkan Islam yang sejuk dan damai; Mencari solusi bagi problem muslimah dalam berbagai aspek kehidupan; Menggiatkan kajian fiqih kontemporer dalam menjawab persoalan modern; Mengaktifkan dialog pemikiran dalam budaya; Mendokumentasikan dan menyebarluaskan pengalaman kerja muslimah serta menyebarluaskan karya-karya pemikiran Islam di tingkat nasional dan internasional.

“Islam telah memberikan tempat istimewa bagi kaum perempuan, karena sejatinya perempuan sebagai figur ibu memiliki peran penting untuk menyiapkan generasi emas untuk masa yang akan datang. Syaikh Shaleh al-Fauzan dalam kitab Makaanatul mar-ati fil Islam menyebutkan bahwa Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya, Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya,” paparnya.

“Mengingat betapa besar tugas dan tanggung jawab seorang ibu sebagai madrasah pertama bagi anaknya, maka para perempuan harus memiliki wawasan, kemampuan dan pengetahuan yang luas. Maka dari itu, MAI ke depan akan mengambil bagian penting dari ruang lingkup pendidikan serta penguatan nilai dan moral generasi penerus dengan mengoptimalkan peran majelis taklim melalui kerjasama dengan Kementerian/Lembaga,” tandasnya.

Pimpinan Komite I DPD RI ini menjelaskan, program kerja yang baik adalah program yang dikerjakan secara kontinyu dengan target yang jelas. Ia menyebutkan, program Sains Taklim merupakan agenda besar yang bisa mensinergikan berbagai instrumen masyarakat dengan kementerian atau dengan organisasi dunia. 

MAI sendiri memiliki beberapa bidang garapan antara lain: Bidang Agama, Bidang Pendidikan, Bidang Pendidikan Sosial Budaya, Bidang Ekonomi, Bidang Sains dan Teknologi, Bidang Kesehatan, serta Bidang Dakwah dan Komunikasi.

“Visi muslimah tauladan dalam ilmu dan taqwa, ilmu, amal intelektual dalam mengkaji, dan damai bagi keluarga, bangsa dan dunia, kita harapakan dapat menjadi tujuan bersama seluruh pengurus BPP MAI ke depan. Dan misi kepemimpinan saya adalah menghimpun muslimah intelektual dalam mengkaji, meneliti, mengamalkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan untuk kemajuan agama, bangsa dan dunia,” tukasnya.

Tokoh perempuan Jakarta ini juga menjabarkan strategi kolaborasi kementerian maupun lembaga dunia untuk menyukseskan agenda kerja MAI tiga tahun ke depan. Ia mengatakan akan membangun kerjasama dengan Kementerian Agama (Kemenag); Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikburistek); Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM); Kementerian Kesehatan (Kemenkes); Kemeteian PPA; Lembaga internasional dan lain-lain.

"Prinsipnya kita membangun kolaborasi dengan Pemerintah, apakah nanti melalui pemanfaatan hubah APBN atau yang lainnya. Contoh di Jakarta banyak program kolaboratif yang bisa disupport oleh Pemda DKI. UMKM, Kesehatan, Pendidikan dan lainnya dapat kita bangun dengan Pemprov DKI," sebutnya.

“Kita berharap bahwa, intelektual muslimah Indonesia bisa berdaya saing dengan masyarakat dunia melalui hubungan kerjasama dan perluasan jaringan internasional. Misalnya bagaimana kita kolaborasi dengan diaspora Indonesia di berbagai negara sehingga agenda kita perluasan struktur luar negeri bisa terwujud,” tutupnya. (ida/ari)