telusur.co.id - Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss telah memperingatkan bahwa, negara-negara yang berdiri bersama melawan agresi harus bersiap untuk lebih keras demi mendapatkan perdamaian, dalam pidato di Mansion House di London pada 27 April (pagi 28 April waktu Indonesia).
Perang di Ukraina adalah perang semua orang karena kemenangan Ukraina adalah keharusan strategis bagi kita semua. Perang ilegal Rusia melanggar prinsip-prinsip dasar kedaulatan, fair play, dan supremasi hukum. Para penyerang menjadi semakin berani, sehingga negara-negara yang menghargai hukum dan ketertiban internasional harus lebih berani untuk mengamankan hadiah era baru perdamaian, keamanan, dan kemakmuran.
Inggris / United Kingdom (UK) telah beberapa kali mengungkapkan bahwa mereka ingin membangun hubungan yang lebih erat dengan Indonesia melalui perdagangan dan investasi, sama dengan India dan Jepang.
Hal itu dilakukan tak lama setelah Menlu Retno Marsudi dan Menlu Liz Truss bertemu di London pada 19 April lalu. Mereka menyetujui sebuah Peta menuju “kemitraan strategis”, termasuk peningkatan kerjasama di bidang perdagangan, investasi, pertahanan, keamanan, pengembangan rendah karbon, pembuatan vaksin, kesehatan, pendidikan, dan masih banyak lagi.
Dalam pidatonya di Mansion House, Truss mengatakan, “Kami ingin melihat jaringan kemitraan yang terbentang di seluruh dunia, membela kedaulatan, dan membangun kemakmuran bersama,” ucapnya.
Menlu menegaskan kembali dukungan Inggris terhadap pengelompokan regional untuk mencapai hal ini, termasuk ASEAN, mengingatkan bahwa, selama Kepresidenan Inggris dari G7 tahun lalu bahwa ASEAN diundang untuk bergabung dalam diskusi G7 untuk pertama kalinya.
“Negara-negara yang menghormati nilai-nilai umum kedaulatan dan integritas teritorial, hampir semua negara di dunia dapat bekerjasama menggunakan kekuatan bersama mereka dalam keamanan dan diplomasi, ekonomi kita,” ujarnya pada keterangan resminya yang diterima. Kamis, (05/5/2022).
Truss berpendapat bahwa, meningkatkan keamanan berarti meningkatkan pengeluaran untuk pertahanan, karena untuk menahan dan mencegah agresi “tidak ada yang menggantikan kekuatan militer yang keras, yang didukung oleh intelijen dan diplomasi”.
Truss menjelaskan bahwa, demi keamanan dan keselamatan global, Putin harus terlihat gagal di Ukraina, atau penyerang di mana-mana dapat melihatnya sebagai lampu hijau untuk menyerang.
“Karena itu, kita harus siap untuk jangka panjang. Kami harus menggandakan dukungan kami untuk Ukraina,” tegasnya.
Mengutip Presiden Zelenskyy, “Kebebasan harus dipersenjatai dengan lebih baik daripada tirani.” Truss menekankan investasi dalam pertahanan dunia maya, luar angkasa, darat, udara dan laut.
“NATO adalah aliansi defensif, dan bukan merupakan ancaman bagi negara mana pun. Kebijakan pintu terbuka NATO adalah suci dan jika Finlandia dan Swedia memilih untuk bergabung dalam menanggapi agresi Rusia, kita harus mengintegrasikan mereka sesegera mungkin. Ada jaminan juga untuk negara-negara di kawasan Pasifik yang harus dilindungi, dan untuk negara-negara demokrasi seperti Taiwan, yang harus mampu membela diri,” bebernya.
Mungkin perubahan terbesar yang dikemukakan Menteri Luar Negeri Inggris Truss adalah di bidang ekonomi. Truss mengatakan, Putin telah memperlakukan ekonomi sebagai alat kebijakan luar negeri menggunakan patronase, investasi dan utang sebagai sarana untuk melakukan kontrol dan paksaan melalui penciptaan ketergantungan strategis.
Sebaliknya, negara-negara bebas di dunia sampai sekarang masih memisahkan ekonomi dari keamanan, dan belum menggunakan tuas ekonomi mereka, perdagangan, sanksi, investasi dan kebijakan pembangunan dengan cara yang tegas.
“Dengan Ukraina, ini telah terbukti sebagai kesalahan, kita perlu mengakui pentingnya peran yang dimainkan ekonomi dalam isu keamanan, dan bahwa perdagangan bebas dan pasar bebas adalah mesin kemajuan manusia yang paling kuat. Kami akan selalu memperjuangkan kebebasan ekonomi,” lugas Truss.
Negara-negara sekarang harus memanfaatkan kekuatan ekonomi mereka untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan global. Negara-negara G7 sendiri mewakili setengah dari ekonomi global.
“Kami telah menunjukkan kepada Rusia konsekuensinya ketika aturan internasional dilanggar. Kami telah menunjukkan bahwa, kami siap untuk memprioritaskan keamanan dan menghormati kedaulatan di atas keuntungan ekonomi jangka pendek. Paling tidak, karena kita tahu bahwa, dampak dari tidak mengambil tindakan lebih tinggi. Semua negara harus bermain sesuai aturan,” tambah Truss.
Mengorbankan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek sangatlah setimpal untuk menghalangi diktator imperialis ekspansionis di masa depan. Itulah sebabnya negara-negara yang sebelumnya tidak pernah menjatuhkan sanksi bergabung dengan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia, tidak ingin menyerahkan tanggung jawab kepada orang lain.
Truss berpendapat bahwa, ada bukti kuat bahwa sanksi bekerja dengan efektif, dan bahwa tidak mendanai Putin adalah pilihan etis untuk menghindari pendanaan perangnya.
“Sanksi kami telah membuat Rusia menghadapi kegagalan membayar hutang luar negeri pertamanya selama satu abad. Kita perlu melangkah lebih jauh. Seharusnya tidak ada tempat bagi Putin untuk mendanai perang yang mengerikan ini. Itu berarti memotong impor minyak dan gas untuk selamanya,” ungkap Liz Truss.
Inggris menyerukan koalisi mitra yang luas, yang dibutuhkan karena dunia sangat saling terhubung saat ini. 141 negara telah menentang tindakan Putin di Ukraina, dari Afghanistan hingga Yaman, Arab Saudi hingga Myanmar.
Truss mengatakan bahwa, “Di dunia saat ini kita membutuhkan keamanan Euro-Atlantik dan Indo-Pasifik. Kita membutuhkan NATO dengan pandangan global, siap untuk mengatasi ancaman global. Kami menyayangkan hal ini karena geopolitik telah kembali,” bebernya.
Invasi Putin ke Ukraina, berarti sistem saat ini telah gagal untuk mencegah agresi, dan sebuah perubahan diperlukan. Kita tidak bisa mempertaruhkan hasil yang serupa.
Melanjutkan arsitektur Internasional, Menteri Luar Negeri, Liz Truss mengatakan bahwa, Uni Soviet berperilaku lebih baik daripada Rusia sekarang.
“Uni Soviet secara teratur menggunakan hak veto PBB mereka, tetapi, untuk semua kejahatan yang mereka lakukan, bahkan mereka berperilaku dengan semacam rasionalitas di panggung dunia. Mereka dapat tetap berpegang pada kesepakatan ketika mereka melihat risiko terhadap stabilitas strategis, seperti yang mereka lakukan dengan Perjanjian Rudal Anti-Balistik.
“Mereka akan mengurangi eskalasi ketika mereka dihadapkan dan dipanggil, seperti Krisis Rudal Kuba 60 tahun yang lalu. Dan mereka memperhatikan reputasi global mereka. Tak satu pun dari faktor-faktor ini berlaku untuk Putin,” imbuhnya.
Truss menyesalkan bahwa, G20 akan merasa lebih sulit untuk berfungsi sebagai badan ekonomi yang efektif sementara Rusia tetap berada di meja, karena Putin adalah oknum yang tidak tanpa memperhatikan memperdulikan norma-norma internasional.
Sekarang arsitektur internasional tidak memfasilitasi perdamaian dan keamanan, karena Rusia dapat memblokir tindakan efektif apa pun di Dewan Keamanan PBB. Putin melihat vetonya sebagai lampu hijau untuk barbarisme. Dia meninggalkan Undang-Undang Pendiri NATO-Rusia dan Perjanjian tentang Angkatan Bersenjata Konvensional di Eropa. Dia telah melanggar berbagai tindakan pengendalian senjata.
“Meskipun ini sangat disesalkan, ini tidak akan menghentikan sebagian besar komunitas internasional untuk bekerja sama. Di dunia di mana aktor jahat mencoba melemahkan institusi multilateral, kita tahu bahwa kelompok bilateral dan plurilateral akan memainkan peran yang lebih besar.” G7, NATO, ASEAN dan banyak lagi – semuanya akan bertindak.
“Upaya Bank Dunia untuk mengumpulkan $ 170 miliar minggu lalu untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah adalah contoh dari upaya global yang berhasil untuk mengatasi badai melonjaknya harga pangan dan energi,” papar Truss.
Meskipun kita dihadapkan pada pilihan yang sulit sekarang, membuat pilihan yang sulit dan mengambil tindakan akan membawa manfaat jangka panjang.
Pidato Truss berakhir positif, “Dengan itu cara kami akan memastikan bahwa, kedaulatan Ukraina dipulihkan. Dengan itu cara kita akan memastikan bahwa, agresi dan pemaksaan gagal. Dengan itu, di seluruh dunia, kita akan memenangkan era baru ini untuk perdamaian, keamanan, dan kemakmuran,” tutup Menlu Inggris, Liz Truss. (ari)