Rahasia Malakutiyah - Telusur

Rahasia Malakutiyah


Oleh : Nur Kholis

“Allah SWT mengasihi hamba-Nya dalam ragam cara. Kadang, lewat berkah rasa sakit. Inilah rahasia illahiyah. Sakit hanyalah gerbang bagi sementara orang untuk mengarungi samudra spiritual, juga menjamkan mata batin. 

Dalam sakit, manusia mudah dihamparkan pengetahuan malakutiyyah. Itulah jalan baginya untuk menyatu dalam lahitiyyah. Selamat menjalankan ibadah puasa ramadlan. 1 ramadlan 1442 H / 13 April 2021,” mengutip kata Prof. Maftukhin.

Dalam sebuah Hadits shohih Bukhori nomor 6104, dan shohih Muslim nomor 2725, dari Abu hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkan kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. 

Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan, Allah SWT mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hambanya pada hari kiamat”.

Rahmat merupakan bentuk kasih sayang dari Allah swt kepada semua hamba-Nya. Rahmat demikian memantul kepada pola pikir, pola bicara, pola sikap, dan pola perilaku antara orang-orang yang berkarater kuat. 

Orang-orang yang berkarakter inilah yang dapat menjaga hubungan baik dengan lingkungan sosial dan/atau alam sekitarnya. Karena rahmat itulah, orang-orang disekitarnya bergembira dan terinspirasi untuk saling mengasihi.  

Dalam kontek ini, relevan dengan QS Yunus: 58, “Katakanlah, dengan karunia dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira”. 

Rahmat yang dihamparkan oleh Allah swt dibumi ini bereseonansi keseluruh makhluk-Nya sehingga mereka dapat saling menebar rasa kegembiraan dan mengasihi. Sekejamnya singa pasti tetap memiliki rasa kasih sayang, terutama kepada anaknya.  

Begitu juga, seseorang yang telah melakukan penganiayaan terhadap orang lain, pasti akan ada rasa penyesalan. Nabi saw menggambarkan secara sederhana, “Allah swt telah menciptakan rahmat yang terbagi menjadi 100 bagian. Di akhirat ada 99 dan Allah swt menahannya hingga hari akhir. Sedangkan satu bagian Allah swt turunkan di dunia ini.  

Maka dengan satu bagian di dunia setiap makhluk seluruh alam semesta berkasih sayang saling mencintai. Sehingga seekor kuda-pun atas rahmat Allah swt seketika mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya ketika berada di bawahnya”. (HR. Bukhori dari Abu Hurairah). 

Rahmat, juga dapat dimaknai sebagai bersikap lemah lembut, sebagaimana firman Allah SWT, dalam QS al-Fath: 29, “Muhammad SAW itu adalah utusan Allah swt dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, namun mereka bersikap lemah lembut sesama mereka...”.  

Rahmat, selain dapat beresonansi kesemua alam jagat raya, juga beresonansi di masing-masing komunitas, sebagaimana ayat di atas; sikap lemah lembut dipraktekkan di komunitas muslim. Begitu hal dengan komunitas-komunitas lainnya, tentu mereka saling mengasihi.  

Oleh karena itu, semua komunitas, baik komunitas formal maupun non formal terdapat etika, nilai-nilai, dan norma untuk saling menjaga kebaikan diantara mereka.   

Makna rahmat juga dapat ditelusuri dari kalimat, “bismillahirrohmanirrohim”. Dalam kalimat tersebut terdapat dua kata yang memiliki semakna dengan rahmat, yaitu al-Rohman dan al-Rohim.  

Al-Rohman merupakan kasih sayang Allah swt yang dicurahkan kesemua makhluk di dunia, sedangkan al-Rohim adalah kasih sayang Allah swt yang diberikan di akhirat, terutama untuk para hamba yang meyakini-Nya.  

Kedua kata ini sejalan dengan hadits di atas, yaitu; satu rahmat diberikan di dunia dan 99 rahmat lainnya akan diberikan oleh Allah swt di akhirat. Tentu, kita perlu merenungkan bahwa hanya satu rahmat saja yang diberikan Allah swt dapat menghidupi seluruh alam jagat raya, bagaimana dahsyatnya jika 99 rahmat Allah SWT dicurahkan kelak di akhirat.  

Sebagian para ahli ada yang berpendpat bahwa kelak dengan rahmat Allah SWT pada akhirnya semua makhluk-Nya akan mendapat ampunan-Nya. Rahmat pada dasarnya merupakan cara bagi Allah swt untuk mendidik hamba-Nya agar memiliki karakter yang berkualitas.  

Karenanya, wujudnya bisa berbeda-beda sesuai kondisi dan tujuan “pembelajaran” illahiyah. Ada yang diberi kemudahan, kegembiraan, dan kesenangan dalam hidupnya, sementara lainnya ada yang tenggelam dalam kesulitan, kesedihan, dan rasa sakit. Rahmat, dalam konteks ini merupakan instrument bagi setiap individu dan alam jagat raya untuk menjadi sempurna, dan seimbang.  

Kemudahan dan kesulitan selalu dialami seorang individu secara bergantian dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda. Said Nursi menjelaskan bahwa, semua penyakit merupakan alat agar setiap orang selalu bersikap waspada dari kematian dan larut dari kemaksiatan. Teguklah pengobatan suci yang tercermin dalam keimanan disertai taubat, istighfar, dan ibadah. 

Penyakit-penyakit jasmani sesungguhnya penyembuh dari penyakit-penyakit rohani. Kebanyakan manusia selalu disibukkan mencari obat penyakit jasmani, sementara sakit rohani yang dialaminya tidak dirasakan dan dianggap sepele.  

Dalam konsep Islam semua penyakit jasmani pada dasarnya bersumber dari penyakit rohani. Menyadari, menginsyafi dari segala penyakit rohani akan menyelamatkan jasmani dan tentu, semakin dekat dengan Allah SWT. 

Penyakit dalam kehidupan manusia jika dihadapi dengan ketenangan, kesabaran, kepasrahan bahkan rasa syukur maka akan menjadi mahkota kebesaran, keagungan, dan kemuliaan sebagai bentuk kasih sayang illahi.  

Penyakit, kesedihan, kesulutan, kemudahan, dan kegembiraan dalam hidup adalah selalu bersifat relatif, serelatif kualitas keimanan seseorang terhadap Allah SWT.  

Semuanya tidak ada yang abadi, datang silih berganti, yang abadi hanyalah buah kedekatan dan keimanan seseorang terhadap Allah SWT. 

Akhirnya, kita semua perlu merenungkan ucapan Sayyidina Ali ra, “Sungguh aku tidak pernah menyaksikan sesuatu yang pasti akan tersentuh kepunahan tetapi dianggap abadi sebagaimana halnya kehidupan duniawi, dan aku tidak pernah pula menyaksikan sesuatu yang memiliki kepastian mutlak namun disangka tidak akan datang seperti halnya kematian”. 

*Penulis adalah Dosen IAIN Tulungagung.


Tinggalkan Komentar