telusur.co.id - Kedutaan Besar Kerajaan Inggris di Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan perusahaan bidang perubahan perilaku, Nudgeplus telah memberikan serangkaian pelatihan dan lokakarya berbasis ilmu perilaku.
Lima (5) bulan setelah peluncuran project pelatihan ini, terlihat menuai keberhasilan atas upaya bersama Pemerintah Inggris, Pemprov Jatim, dan Nudgeplus. Berbagi hasil dan pelajaran sehingga organisasi lain bisa mendapatkan manfaat.
Diskusi hasil dan pelajaran pelatihan berbasis ilmu perilaku ini dipaparkan Duta Besar Kerajaan Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, dan Co-Founder Nudgeplus, Dimas Prasetyo melalui Daring. Senin, (01/3/2021).
Owen Jenkins mengatakan, “The Nudge Unit” menjadi terkenal di Inggris karena merancang kebijakan yang dapat mengubah perilaku melalui sebuah intervensi atau pesan sederhana.
Ia menjelaskan bahwa, sejak Oktober 2020, dengan pendanaan dari pemerintah Inggris, provinsi Jawa Timur mengambil langkah progresif dengan menggandeng Nudgeplus dan telah melakukan hal yang serupa di sini.
“Saya senang mendengar tentang dampak positif dari inisiasi ini, dan mengetahui bahwa, hasil terbesar dari program ini adalah pengetahuan, pendekatan, dan teknik yang digunakan dapat berguna untuk jangka panjang, meskipun pendanaan dari program ini telah berakhir,” papar Owen.
Wagub Emil mengungkapkan bahwa, perubahan sikap masyarakat dapat dilihat dari angka Covid-19 yang terus menurun di Jawa Timur.
“Bisa kita lihat, antara lain dengan membangun wastafel di kawasan pelayanan publik, dan menempelkan poster yang mudah dipahami," ungkap Mantan Bupati Trenggalek ini.
Emil Dardak menambahkan, upaya bersama seperti ini, mamlu membangkitkan perubahan perilaku di masyarakat dan meningkatnya kesadaran mengenai mencuci tangan dengan sabun.
“Pemprov Jatim mencatat, angka Covid-19 menurun 30-40% saat ini. Tetapi, masyarakat juga harus tetap patuh protokol kesehatan (Prokes),” tegas suami Arumi Bachsin tersebut.
Dimas Prasetyo menjelaskan, hasil dari program ini telah menunjukkan bahwa, penerapan intervensi perilaku untuk mendorong perilaku mencuci tangan terbukti sangat penting.
“Menyediakan infrastruktur fisik yang relevan tidak cukup dalam hal membangun perilaku baru. Intervensi yang lebih menonjol dan tepat sasaran dengan memanfaatkan wawasan perilaku perlu dimasukkan untuk membantu kebijakan dalam menangani permasalahan perilaku masyarakat yang kurang tepat selama pandemi,” tutur Dimas Prasetyo. (ari)