telusur.co.id - Forkopimda Jawa Timur melakukan pengecekan terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang berada di tempat isolasi di sanggar Pramuka, Kec. Jiwan, Kab. Madiun. Hal ini dilakukan guna memastikan kondisi PMI sebelum kembali ke keluarga masing-masing. 

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Pangdam V Brawijaya, Mayjend TNI Suharyanto, dan Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afinta bersama Sekda Prov Jatim, Pejabat Utama Kodam V Brawijaya dan Polda Jatim melakukan kunjungan di tempat isolasi PMI asal Madiun. 

Di tempat karantina ini telah dihuni oleh 69 PMI yang datang dari 5 negara, di antaranya Malaysia, Singapura, Hongkong, Brunei, dan Taiwan, mereka datang sejak Jumat (30/4) lalu, usai diisolasi dari Asrama Hajj Sukolilo, Surabaya. Saat ini tinggal 8 PMI yang masih berada di tempat isolasi ini. 

"Ini SOP secara nasional, bahwa seluruh Pekerja Migran Indonesia yang kembali ke tanah air mereka akan dipastikan dikarantina lebih dulu untuk di-swab PCR," beber Gubernur Jatim usai melihat tempat isolasi di Madiun. Sabtu, (08/5/2021).

Swab PCR ini sekitar dua hari, datang di-swab hari kedua hasil lab-nya keluar. Kalau negatif, petugas langsung berkoordinasi dengan kabupaten/kota, dan mereka hanya pulang kalau dijemput. Yang positif langsung dirujuk ke rumah sakit darurat lapangan. 

Setelah dari Asrama Haji, dimana karantina awal dilakukan, maka mereka akan masuk pada karantina berikutnya di masing-masing kabupaten/kota. Inilah karantina kedua yang dilakukan oleh Pemkab Madiun.  

Setelah itu, Pemkab Madiun akan merujuk lagi ke tingkat desa sampai dengan 14 hari. Pelapisan ini dilakukan untuk memberikan perlindungan, baik kepada PMI maupun kepada masyarakat dan keluarga, dimana mereka kembali. 

"Oleh karena itu, ini kewaspadaan yang dilakukan oleh pemerintah secara berlapis-lapis, tentu kami mohon tetap diikuti dengan kewaspadaan oleh seluruh lapisan masyarakat," lugas Khofifah. 

Lebih lanjut Gubernur mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan takbir keliling dan membatasi jumlah jamaah pada saat Shalat Id.  

"Hal-hal yang terkait nanti dengan shalat Idul Fitri, silaturahmi unjung-unjung pada saat Idul Fitri, takbiran, dan seterusnya. Mohon semuanya dijaga, kali ini tidak melakukan takbir keliling, kali ini semua masjid harus melakukan proses yang teridentifikasi memastikan bahwa, semua protokol kesehatan dilakukan dengan sangat teliti dan detail, dengan persentase tertentu," tegasnya.  

"Jadi kalau ini Zona Orange, maka maksimal 25%. Oleh karena itu, mendaftarkan lebih awal lebih baik. Masjid-masjid di Jawa Timur kita mohon menggunakan format dengan mendaftarkan para calon jamaahnya.  

Sehingga tidak tiba-tiba pagi kemudian yang berkeinginan Shalat Id banyak, lalu mereka akhirnya berhimpit. Sangat kita mohon semua kita lakukan kewaspadaan berganda," tukas Khofifah Indar Parawansa. (ari)