telusur.co.id - Menurut penelitian, 90% orang kreatif lebih berisiko mengidap penyakit mental seperti bipolar dan depresi.
Studi yang dilakukan para peneliti dari King’s College ini menyatakan bahwa penyakit mental tersebut sering dialami oleh orang-orang yang berprofesi di bidang seni.
Beda cara berpikir
Penelitian menunjukkan, otak orang-orang kreatif memang bekerja dengan cara berbeda. Peneliti menduga, inilah yang membuat mereka rentan terhadap penyakit mental.
Dr. James McCabe, pemimpin penelitian ini, mengatakan: “Kreativitas sering melibatkan ide atau konsep yang tidak pernah dipikirkan orang lain. Itu mirip dengan bagaimana halusinasi bekerja.”
Ia menambahkan, susunan genetik yang membuat seseorang menjadi kreatif, mungkin terkait dengan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan mental.
Lebih lanjut, studi ini menunjukkan bahwa 62% orang-orang kreatif lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena gangguan bipolar. Sementara, 39%-nya karena depresi. Rawat inap untuk kondisi tersebut biasanya terjadi pada mereka yang berusia 30-an.
Meskipun begitu, ada kekhawatiran mengenai definisi orang-orang kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini.
“Saya rasa kurang ideal karena banyak orang-orang kreatif justru tidak mempelajari seni,” ucap dr. Shelley Carson, dari Harvard University.
Menurut McCabe, oang-orang yang tertarik pada hal artistik – meskipun bukan seniman – juga berisiko mengalami ketidakstabilan emosi.
“Seseorang yang mudah tersentuh hatinya atau menangis ketika melihat lukisan, memiliki kepekaan artistik yang lebih tinggi. Namun, ia juga rentan terhadap depresi,” terang dr. McCabe.
Penelitian ini dipublikasikan di The British Journal of Psychiatry. (zid/zam)