telusur.co.id - Para pemimpin agama bertemu untuk membuat terobosan baru dengan meluncurkan “gerakan ekologi spiritual” global untuk mendorong keseimbangan dalam alam dan masyarakat. 

Acara digelar di Puja Mandala, Badung, Bali kompleks keagamaan yang terdiri dari lima rumah ibadah yang dibangun berdampingan, antara lain candi Hindu, masjid, gereja Protestan dan Katolik, serta vihara Buddha. 

Pertemuan dimulai dengan upacara penyucian ritual dan persembahan yang dilakukan oleh para pendeta Hindu Bali sebelum penanaman 20 pohon yang dianggap suci dalam kosmologi Hindu. Senin, (31/10/2022).

Upacara dan penanaman pohon ini diyakini dapat menghidupkan kesatuan spiritual yang menghubungkan semua ciptaan dan dengan demikian mengamankan harmoni dan keseimbangan antara dunia yang terlihat dan yang tidak terlihat. 

Swami Bhadreshdas, seorang biksu Hindu yang ditahbiskan dari Bochasanwasi Akshar Purushottam Swaminarayan Sanstha (BAPS), terbang ke Indonesia untuk berpartisipasi dalam R20 setelah tur Afrika. Dengan jutaan pengikut di seluruh dunia, BAPS (perkiraan 1905) telah membangun lebih dari 1.100 kuil Hindu dan 3.400 pusat keagamaan di enam benua. 

“Dharma dan ekologi tidak terpisah, melainkan membentuk semacam ‘ekologi dharma’. Keberlanjutan kehidupan di bumi dimungkinkan jika kita menerima kesucian alam dan keterkaitannya dengan kemanusiaan,” jelas Swami Bhadreshdas.

Setelah upacara Hindu, R20 co-chair H.E. Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia yang berbasis di Mekah, datang dengan sambutan antusias oleh anak-anak sekolah, tokoh Muslim setempat, dan pemusik tradisional yang berkumpul di masjid Puja Mandala. 

Ditemani oleh para pemimpin Muslim terkemuka, Syekh Al-Issa memimpin pertemuan dalam doa berbahasa Arab sebelum menanam, dengan tangannya sendiri, salah satu dari 20 pohon suci di halaman masjid. Usai upacara, Syekh Al-Issa berkeliling kompleks Puja Mandala, dan memasuki Pura Jagatnatha untuk menyambut para pendeta Hindu Bali. 

Syekh Al-Issa dan Swami Bhadreshdas kemudian melanjutkan ke pelataran dalam halaman kuil di mana, bergandengan tangan, mereka menanam pohon lain sementara pemimpin Hindu India membacakan ayat-ayat Sansekerta. Acara ini diselenggarakan oleh Lesbumi (Lembaga Seniman Budaya Muslim Indonesia), sebuah cabang otonom dari organisasi Muslim terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama Indonesia, yang mendirikan R20. 

“Partisipasi Syekh Al-Issa dan Swami Bhadreshdas dalam acara ini merupakan perkembangan signifikan dalam hubungan Muslim-Hindu, membuka pintu untuk kerjasama lebih lanjut antara dua komunitas agama besar dunia,” papar C. Holland Taylor, Wakil Ketua dan CEO Center for Shared Civilizational Values (CSCV), yang berfungsi sebagai Sekretariat Tetap R20. 

Taylor melanjutkan, pada saat wacana lingkungan dan diskusi kebijakan terkait didominasi oleh perspektif yang sangat sekuler, sangat penting bahwa forum internasional seperti G20 terbuka untuk suara para pemimpin agama dan komunitas mereka, yang merupakan sekitar 85% dari populasi dunia. 

“Acara ini menunjukkan bahwa, agama-agama besar dunia memiliki potensi dan keinginan untuk bekerja sama dalam merevitalisasi tradisi ekologi spiritual asli, yang dapat membantu memulihkan keseimbangan alam dan masyarakat manusia di seluruh dunia,” tegas Taylor. (ari/gus)