telusur.co.id - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyebut, potensi konflik antar kelompok masyarakat terjadi sejak polarisasi masyarakat menguat. Hal ini, salah satu akibat kontestasi pemilihan langsung presiden yang disertai dengan ambang batas pencalonan atau Presidential Threshold. 

"Kita semua pasti mengenal istilah Presidential Threshold. Di sinilah akar masalahnya. Karena akibat aturan ambang batas inilah pasangan calon yang dihasilkan terbukti sangat terbatas," ucap LaNyalla saat memberikan sambutan dan membuka Rapat Kerja Nasional DPP Pemuda Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) secara virtual. Jumat (26/11/2021) dari kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. 

Celakanya, kata dia, dari dua kali pemilihan presiden, negara ini hanya mampu menghasilkan dua pasang calon yang head to head. Sehingga dampaknya terjadi polarisasi masyarakat yang cukup tajam.

"Puncaknya, anak bangsa ini secara tidak sadar membenturkan vis-à-vis Pancasila dengan Islam hanya karena semangat melakukan apapun yang bersifat antitesa untuk menjelaskan identitas dan posisi. Padahal tidak satupun tesis yang bisa menjelaskan pertentangan antara Pancasila dengan Islam," tutur LaNyalla.

Padahal, politik aliran yang terjadi di masa lampau, antara kaum nasionalis dan agama, hanya bersaing dalam perolehan kursi partai politik. 

“Pembelahan itu tidak dibarengi dengan polarisasi yang begitu tajam sampai ke akar rumput dan menahun," lugasnya.  

Hal inilah yang menurut LaNyalla harus menjadi perhatian Pemuda LIRA dalam Rakernas hari ini.  

"Sehingga Pemuda LIRA dapat mengambil peran kebangsaan yang besar untuk Indonesia yang lebih baik. Kita harus berani melakukan koreksi untuk tujuan Indonesia yang lebih baik, untuk Indonesia yang lebih berdaulat dan berdikari, serta mampu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," tutupnya. (ari)