telusur.co.id - Salah satu penguatan pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni, melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat (Abdimas). Dosen UT Surabaya telah mengangkat observasi dan wawancara yang dilakukan pada warga dan pengelola posyandu Desa Kesiman, Kec. Trawas, Kab. Mojokerto menunjukkan bahwa, angka stunting pada balita di Desa Kesiman mencapai angka 21%. Angka tersebut cukup tinggi dan ada pada urutan keempat di Kabupaten Mojokerto.

Menurut WHO, suatu negara dikatakan memiliki masalah stunting bila kasusnya mencapai angka di atas 20%. Di Indonesia menurut data Kemenkes tahun 2021, kasus balita stunting mencapai 24,4%. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak di bawah 5 tahun dan akan berdampak terhadap pertumbuhan fisik pada anak. 

Sebagian orang, mungkin belum familiar dengan istilah ini, tetapi stunting sering terjadi di Indonesia. Stunting merupakan masalah kesehatan anak akibat gizi buruk, terutama jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama. 

Dalam jangka panjang dampak stunting adalah: anak mengalami kesulitan belajar, kemampuan perkembangan kognitif menurun, dan daya tahan tubuh melemah sehingga mudah terkena infeksi berbagai penyakit. Faktor penyebabnya dapat berasal dari malnutrisi pada ibu hamil atau selama masa pertumbuhan anak.

Hasil analisis tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Terbuka Surabaya (UTS) yang diketuai Dwi Iriyani beserta anggotanya; Ita Fatkhur Romadhoni, Siti Yuliana, dan Asrul Bahar menegaskan bahwa. orang tua penderita stunting membutuhkan suplemen tambahan untuk menurunkan angka stunting, dan tidak semua orang tua memahami cara mengolah makanan yang terdapat di lingkungannya untuk dimasak menjadi makanan sehat yang tinggi nilai gizinya untuk anak balita. 

“Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka permasalahan yang akan dipecahkan adalah bagaimana cara memberdayakan orang tua penderita anak stunting di Desa Kesiman melalui pelatihan membuat olahan makanan tinggi protein berbasis sumber daya sekitar,” ucapnya pada keterangannya. Senin, (05/8/2024).

Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat (Abdimas) skema PKM Dosen Teknologi Terapan UTS tahun 2024, telah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2024 di Desa Kesiman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto yang diikuti oleh 44 orang tua balita dan 44 anak balita bertempat di Pendopo Kantor Desa Kesiman, Trawas, Mojokerto. 

Tim pengabdian kepada Masyarakat terdiri dari Dosen Agribisnis FST UT dan Dosen Tataboga Universitas Negeri Surabaya (Unesa) diterima oleh Kepala Desa Kesiman, Helmi Affandi dan Ketua Tim Penggerak PKK Desa Kesiman, Tuty Hidayati.

Dalam sambutannya Kades Helmi, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada Universitas Terbuka yang telah memilih Desa Kesiman sebagai Lokasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat dimana tingkat stunting untuk balitanya cukup tinggi. 

“Melalui pelatihan membuat olahan makanan tinggi protein ini diharapkan ibu-ibu balita bisa membuat variasi makanan lebih baik dan memenuhi nilai gizi untuk tumbuh kembang anak anak balita sehingga bisa menurunkan angka stunting di Desa Kesiman,” ujar Helmi.

Tim pengabdian kepada masyarakat mendemokan cara membuat setup dari bahan dasar susu UHT, susu formula, santan, keju, gula, daun kelor yang telah dikeringkan dan dihaluskan, roti tawar dan air menjadi makanan sehat yang disukai anak-anak balita. 

Setelah setup kelor matang maka dibagikan kepada 44 orang ibu-ibu untuk diberikan kepada putra balitanya. Tim Abdimas juga menyerahkan bingkisan susu Chil Go dan telur ayam serta makanan sehat kepada orang tua balita yang diundang. 

“Pada kesempatan tersebut, juga diberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak balita dari petugas Puskesmas Desa Kesiman, yang intinya imbauan agar orang tua rutin membawa balitanya untuk ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badannya di Posyandu setiap bulan agar mengetahui grafik pertumbuhan anaknya termasuk normal apa tidak,” ungkap Dwi.

Gejala stunting paling umum terlihat pada anak adalah tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak sebaya. Meskipun postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, stunting menunjukkan adanya keterlambatan pertumbuhan yang memerlukan perhatian serius.

“Stunting dapat dicegah, untuk itu orang tua harus mengupayakan hal-hal berikut ini: (1) Orang tua khususnya ibu-ibu diimbau agar memberikan makanan yang sehat dan mencukupi nilai gizinya sejak dalam kandungan hingga anak usia 2 tahun harus betul betul diperhatikan; (2) Ibu-ibu untuk memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan dan mengusahakan anak mendapatkan imunisasi lengkap,” tutup Dwi. (ari)