telusur.co.id - Pandemi Covid-19 telah menggerakkan banyak pihak untuk melakukan terobosan dan inovasi. Baik dalam mengendalikan, penanganan, hingga pencegahan.
Hal itulah yang terus dilakukan oleh Universitas Airlangga (Unair) dari saat awal pandemi muncul hingga saat itu. Perihal itu, Rektor UNAIR Prof Moh. Nasih di hadapan awak media pada Senin (19/4), memberikan beberapa papaaran sebagai berikut:
“Berkaitan dengan Covid-19, sejak awal UNAIR secara komprehensif terlibat di dalamnya. Sebagaimana diketahui, dari segi rancangan UNAIR terlibat dari proses tes, hingga dengan penanganan jenazah,” ujarnya.
Sebelum yang lain mengulas tentang reagen, UNAIR lebih awal melakukan proses tes dengan swab PCR. Bahkan, RSUA sebelum rumah sakit yang lain terlibat dalam penanganan krisis pandemi, RSUA sudah siap. Artinya dari sisi manajemen UNAIR sudah sangat siap dari awal.
“Dari sisi program, UNAIR telah melahirkan banyak inovasi. Baik dari jangka pendek hingga jangka panjang. Dalam jangka pendek, banyak tim dosen yang menghasilkan produk untuk peningkatan imun dan berbagai inovasi untuk mengendalikan pandemi,” tambahnya
Selain itu, ujar Nasih, kombinasi obat juga sudah dihasilkan yang digunakan banyak dalam berbagai kalangan. Tercatat ada 80 lebih RS milik TNI AD.
“Karena sudah setahun lebih, program jangka panjang juga terus dioptimalkan. Salah satunya program pengadaan vaksin. Dalam hal ini UNAIR sebagai tim peneliti tidak berdiri sendiri. Banyak pihak yang terlibat. Antara lain Kemenristek BRIN,” ungkapnya.
Dari program ini, kata Prof Nasih, artinya vaksin ini adalah bagian dan komitmen program jangka panjang UNAIR dalam penanganan Covid ini. Proses panjang, jalan berliku, dan beberapa kali berganti metode.
“Dari semua proses ini, yang terpenting UNAIR tidak akan terlalu jauh ikut dalam proses produksi masalnya. Posisi UNAIR berada dalam proses penyiapan dan semua dilakukan dengan benar dan mendapatkan rekomendasi dari BPOM,” tegasnya.
Perihal kapan waktu vaksin bisa digunakan, diprediksi sekitar 10 hingga 11 bulan lagi. Mengingat tahap praklinis bukanlah tahap yang sederhana dan sebentar. Jadi proses ini masih panjang agar evektivitas vaksin bisa benar-benar maksimal.
“Mohon doanya, semua harap bersabar dan semoga vaksin merah putih bisa segera dimanfaatkan oleh semua kalangan,” harap Prof Nasih.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Koordinator Produk Riset Covid-19 Unair, Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengatakan, perjalanan riset vaksin merah putih UNAIR merupakan perjalanan panjang dengan tim besar.
Ada tiga platform yang dikembangkan oleh UNAIR. Dalam mengumpulkan kandidat vaksin setidaknya ada 8 platform. UNAIR mengambil 3 yakni classical dan next generation.
Semuanya intinya untuk mendapatkan bagian protein bagian virus yang merupakan bagian antigen dan disuntikkan untuk tubuh kita mendapatkan antibodi.
“Dari tiga platform, ada satu yang sudah jalan sampai uji praklinik. Maka ini yang dipercepat. Namun yang lain tetap terus berjalan. Karena kita tidak tahu ke depannya, jadi tetap kita jalankan,” tegasnya.
Inactivited (yang sudah jalan) ini, kata Prof Ni Nyoman, tidak sembarangan. Meski sering digunakan, atau virus dimatikan juga tidak mudah. Dalam melakukan hal ini, perlu terobosan teknologi. Dan Alhamdulillah berhasil dengan banyak sampel dari RSUD dr. Soetomo, RSUA, dan LPT.
Menurutnya, tahapan panjang ini dari laboratorium, uji praklinik ini juga butuh waktu yang panjang, dan masuk dalam ranah industri.
“Semua tahapan itu kita lalui dengan arahan dari BPOM dan Kemenkes. Ini tahapan yang sudah kita lalui dalam setahun ini. Mudah-mudahan semua proses bisa berjalan dengan baik,” sebutnya.
Terkait evektivitas vaksin terhadap variasi baru Covid-19, lanjut Prof Ni Nyoman, desain vaksin sudah disiapkan untuk menyikapi varian baru yang muncul dari berbagai negara.
“Munculnya varian baru di tempat lain, sudah diantisipasi oleh tim peneliti. Stren kita sudah siapkan agar evikasi vaksin tinggi dan bisa antisipasi dengan varian baru. Mohon doanya semoga preklinik memberikan hasil yang bagus,” tutup Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih. (ari)