telusur.co.id - Pada Konferensi Pers Pra Pengukuhan 7 Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) di Balai RUA Gedung Manajemen Kampus Merr-C Unair, Selasa (25/7/2023) akan dikukuhkannya Gubes baru dalam 2 hari (Rabu-Kamis 26-27/7/2023).

Di antaranya; Prof Dr drg Taufan Bramantoro MKes, Prof Dr drg Muhammad Luthfi MKes, Prof Dr Tintin Sukartini SKp MKes, Prof Dr Ir Gunanti Mahasri MSi, Prof Iman Harymawan SE MBA PhD, Prof Dr Phil Toetik Koesbardiati, dan Prof Dr Joni Wahyuhadi dr SpBS(K) MARS.

“Jadi guru besar adalah suatu penghargaan Unair dan pemerintah (Kemenristekdikbud -red) atas akademis tertinggi ini. Terimakasih pak Dekan, pak Rektor, dan Mendikbudristek memberikan apresiasi kepada kami tentang jenjang akademis ini,” ujar Prof Joni saat ditanya awak media tentang Orasi Ilmiahnya pada pengukuhannya Kamis (27/7/2023).

Konsen bidang yang akan disampaikan pada Kamis besok yakni, bedah syaraf tumor otak. Ada 4 orang dalam bidang ini, dirinya paling tua (senior) dari keempat orang tersebut, ada dr. Adrian Salim, dr. Mochammad Sri Arya Heriawan, dan dr. Tedy Apriawan. Keempat dokter tersebut merupakan dokter di RSUD Dr. Soetomo yang sama-sama mendalami kritis di bagian tumor otak.

“Nah.. kita meneliti dan bekerja menangani Glioma, yang ganas itu sekitar 35%, ada 100, 1000 rata-rata 60%nya ganas, angka kematian tinggi. Jadi rata-rata 12 bulan pada penderita itu meninggal, baik kita dokter sudah melalukan berbagai operasi, sinar laser, dan kemoterapi,” ujar Joni yang juga Direktur Utama RSUD Dr. Soetomo tersebut.

Ditambahkan Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Unair ini, “Kita ingin kontribusi meningkatkan Glioma Survival Rate yang bisa umur penderita tumor otak itu bisa bertambah. Saya melakukan riset, luar negeri juga, pemakaian sistem imun kita jadi tumbuh sendiri. 

“Kita pacu tumor kita. Dulu S3 saya audah terbukti, sel-sel yang mematikan Glioma kita identifikasi. Glioma itu sel yang pinter, percobaan membunuh sel tumor itu, ternyata mekanisme pertahanan dirinya kuat, namanya Imono Escape. Kita terus kejar, dimana titik lemahnya sel itu,” ucapnya. 

Setelah tingkat Glioma yang ganas itu, kata Joni, kita tingkatkan kemampuannya imunnya dengan vaksin. Seperti dengan vaksin Covid-19 itu yang virusnya harus dilawan. Ada vaksin aktif dan vaksin pasif. Vaksin aktif ada 2 yakni Dendrimer dan DNA molekul plasmin; tubuh kita memproduksi banyak, yakni sistem imun natural dengan sel Interferon Gamma. 

“Terbukti, riset kita kerjakan sejak tahun 2010, luar negeri juga terus mengerjakan dengan vaksin melawan Glioma. Target saya pribadi dengan hal tersebut, mampu memperpanjang umur sebanyak 30%, itu sudah luar biasa, dari masa penanganan 12 bulan penderita tumor otak tersebut,” paparnya.

Ditanya mengenai vaksin belum ditemukan, Prof Joni mengungkapkan untuk melawan tumor yang ganas itu,  sistem imun kita harus kuat, makan sehat, pola hidup sehat, berfikir sehat (positif thinking) itu penting. 

“Jadi jika seseorang yang selalu negatif thinking, sistem imun pertahanan kita juga bisa turun drastis, bisa under stress, atas lika-liku pekerjaan kita. Semua harus diambil positif, diambil hikmahnya. Maka, imunitas kita bisa naik, ndak perlu vaksin. Tetapi Glioma tak cukup dengan vaksin saja,” tutupnya. (ari)