telusur.co.id - Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sehan Salim Landjar, angkat bicara soal Bupati Lumajang, Thoriqul Haq yang mengomentarinya saat mengkritik bantuan pemerintah pusat kepada masyarakat yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19). Sehan mengatakan tindakan Thoriq tidak pantas.

"Saya kan kritik menteri atas urusan rakyat saya. Saya dipilih warga Boltim, dia dipilih rakyat Lumajang. Nggak pantas kan. Saya marah ke menteri karena ada aturan tak sesuai daerah saya," ucap Sehan seperti yang dilansir detik.com. Kamis, (07/5/2020).

Sehan mengatakan, sama sekali tidak menyinggung bupati manapun termasuk Thoriq selaku Bupati Lumajang. Dia mengkritik pemerintah karena ada kebijakan yang tidak sinkron antara menteri yang satu dengan yang lain.

Pertama dia menyorot Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, yang pernah mengeluarkan surat meminta daerah hanya menggunakan Dana Desa untuk padat karya. 

Sehan menyatakan, Pemkab Boltim saat itu sudah melakukan realokasi anggaran untuk penanganan COVID-19 yang salah satunya berasal dari Dana Desa.

Saat itu Pemkab Boltim ingin membeli persediaan makanan untuk masyarakat selama tiga bulan dalam menghadapi masa pandemi corona. Namun setelah surat Mendes turun, rencana tersebut ditunda.

"Beras premium 600 ton beras premium kualitas 1, kemudian 60 ton gula pasir, 60 ton minyak kelapa, 109 ribu kaleng ikan kaleng. Ini akan dibagikan ke 20 ribu kepala keluarga dari penduduk kami sebanyak 28.753 KK," katanya.

"Makanya kita persiapkan anggaran dan langsung tanggal 25 (Maret) berbicara dengan pihak Bulog. Saat terjadi order dengan Bulog muncul surat Menteri Desa nomor 8, di mana intinya Dana Desa hanya untuk padat karya, tidak untuk macam-macam. Sehingga rencana kita pakai Dana Desa batal setelah surat itu turun," lanjut Sehan.

Setelah itu, lanjutnya, keluar surat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang meminta kepada desa menggeser Dana Desa untuk kepentingan Covid-19 termasuk kebutuhan sosial dan sembako. Tak selang berapa lama, Mendes mengeluarkan lagi surat yang isinya Dana Desa bisa dipakai untuk padat karya dan BLT.

Sehan juga mengkritik soal mekanisme pemberian BLT dari Kementerian Sosial (Kemensos). Dia mengatakan mekanisme penyaluran bantuan dari Kemensos tidak efisien karena tiap warga harus membuka rekening untuk menerima bantuan.

"Saya kaget, kenapa pembantu presiden dalam hal ini menteri kok tidak koordinasi. Padahal kita di daerah harus ambil langkah cepat Covid-19 ini. 

Makanya saya lihat surat menteri ini tanpa kajian, sementara ini masalah Covid masalah emergensi. Itu yang bikin saya mencak-mencak," ungkapnya.

Lalu Sehan kembali menanggapi Thoriq. Sehan mengatakan sudah membagikan bantuan berupa beras premium, minyak, hingga ikan kaleng kepada masyarakat Boltim sejak 4 April.

Dia mengatakan pembagian beras minimal 15 kg bagi keluarga yang hanya terdiri dari 2 anggota keluarga. Bantuan terbanyak diberikan kepada keluarga yang punya 12 anggota keluarga dalam satu rumah. Bantuan itu diberikan tiap bulan.

Selain itu dia juga mengaku memberikan jaminan hari tua kepada lansia perempuan yang berusia di atas 65 tahun dan pria berusia di atas 70 tahun sebesar Rp 2 juta tiap bulannya. Pemkab Boltim juga menanggung ongkos kuliah pemuda daerahnya yang berkuliah selama 8 semester.

"Kalau Bupati Lumajang bilang 'kerja, kerja', opo e? Sembilan tahun saya, tinggal 3 bulan jabatan saya di sini. Penduduk 85% saya kenal nama dan keturunan, dan cipika-cipiki dengan saya. Yang nggak kenal Salim Landjar siapa sih? Dia cari viral, cari panggung. Salah, kebablasan," ujar Sehan.

"Jadi kalau bicara program jangan kecilinsaya. Kan nggak etis antar bupati saling koreksi. Saya cuma berharap, ya mudah-mudahan Thoriq dicintai rakyatnya. Nggak usah urusi daerah lain. 

Kita di Sulawesi saja tidak saling komentari. Kok dia bisa dari daerah sana mencak-mencak. Kalau saya salah, kan nanti dikoreksi menteri," tutup Sehan. (jbr/tor/ari)