telusur.co.id - Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak mengatakan, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) semester I Tahun 2023 terus meningkat.
Ia menyebut, realisasi investasi PMA tahun 2022 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 25,42 persen menjadi 29,6 persen. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 2021 sebesar 31,5, naik di tahun 2022 menjadi 31,5 persen.
“Mulai menunjukkan bahwa Jatim dilirik menjadi rujukan destinasi favorit untuk investor. Mudah-mudahan forum seperti ini semakin menambah gairah para pelaku usaha untuk terus berinvestasi di Jatim,” terang Wagub Emil dalam acara investor appreciation di Surabaya. Jumat, (11/8/2023).
“Selain itu, realisasi investasi Jatim pada SM I – 2023 menduduki peringkat ketiga nasional dengan kontribusi 9,0 persen terhadap realisasi nasional,” paparnya.
Sementara serapan tenaga kerja selama 5 tahun terakhir atas realisasi investasi menunjukkan tren positif. Di tahun 2022, serapan tenaga kerja mencapai 147.149 orang sekaligus menjadi serapan tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
“Serapan tenaga kerja tahun 2022 atas realisasi PMA meningkat sebesar 3,1 persen sedangkan PMDN terkontraksi 0,5 persen,” bebernya.
Upaya menjaga dan meningkatkan kondusivitas tersebut, Emil mengatakan harus menjadi wasit yang baik dan adil antara para pekerja dengan dunia usaha. Artinya, harus menjaga kesejahteraan dari para pekerja, tetapi di sisi lain juga harus memastikan bahwa pelaku usaha bisa menjalankan dunia usahanya dengan fair.
“Menjaga kondusivitas, termasuk ketersediaan infrastruktur, memastikan perizinan semua bisa diproses dengan baik dan efisien serta menjaga stabilitas makro menjadi langkah yang kemudian kita lakukan untuk menjaga momentum ekonomi sehingga ada kepercayaan dari dunia usaha untuk berinvestasi,” jelasnya.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Jatim y-o-y pada triwulan II tahun 2023 tumbuh positif 5,24 persen di atas nasional sebesar 5,17 persen. Angka ini, kata Emil, menunjukkan Jatim penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 25,23 persen. Sedangkan inflasi m-o-m di atas 0, 15 persen atau dengan kata lain lebih tinggi dan lebih rendah dibandingkan nasional.
“Jadi, inflasi rendah sedangkan pertumbuhan ekonomi tinggi. Tentu ini momentum bagi perekonomian Jatim. Mari kita syukuri, sebagai suatu basis untuk kita optimis menumbuhkan perekonomian Jatim yang baik,” sebutnya.
Menurutnya, sektor yang masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Jatim adalah manufaktur. Sebab, dalam memilih lokasi pabrik orang mencari akses, mencari SDM serta mencari aglomerasi. Artinya, agomerasi harus dekat dengan industri-industri lain karena mereka saling berkaitan satu sama lain.
“Kenapa banyak yang berinvestasi di Jatim karena keterkaitan antar industrinya terbangun sangat baik sehingga berinvestasi di Jatim merasa tenang,” tukasnya.
Lebih lanjut, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Jatim saat ini ada dua, Gresik dan Malang. Dua KEK tersebut dinilai Emil bagus menarik investor untuk berinvestasi dan mendorong hilirisasi dari berbagai macam komoditas unggulan nasional. Khusus untuk KEK Singhasari fokus mendorong ekonomi digital di bidang animasi dan cloud computing.
“Tidak menutup kemungkinan akan ada tambahan KEK lain di Jatim. Bahkan sekarang sedang ada pembicaraan penting dengan salah satu universitas terbaik di dunia yang ada di Eropa untuk membuka program,” lanjutnya.
Selain investasi, Emil menambahkan pekerjaan rumah selanjutnya di sektor infrastruktur di Jatim adalah pembangunan jalan tol Gresik – Lamongan – Tuban segera diwujudkan untuk memperlancar logistik.
“Jalan tol di Lamongan harus segera dibangun oleh PUPR karena sebagian besar tanahnya sudah dibebaskan dan kalau sudah dibangun akan sangat membantu untuk bisa melakukan by pass,” sebutnya. (ari)