telusur.co.id - Konveksi SIMPATI, yang berdiri sejak tahun 1992, kini dikelola oleh M. Khoirul Umam, M.Pd. sebagai generasi kedua. Usaha ini berawal dari passion orang tua Umam dalam usaha jahit menjahit, yang kemudian memutuskan untuk mendirikan konveksi bersama. 

“Usaha yang dirintis pertama kali oleh orang tua saya yang didasari oleh kesamaan passion dalam bidang penjahitan akhirnya mereka memutuskan untuk mendirikan usaha konveksi bersama,” tandas Umam, sebagai direktur dari usaha Konveksi SIMPATI yang berlokasi di Jl. Jeruk III No. 20, Jatiagung, Kel. Wage, Kec. Taman, Kab. Sidoarjo.

Seiring dengan perkembangan usaha, Konveksi SIMPATI menjadi lebih terstruktur di bawah pengelolaannya. Pekerja yang sebelumnya mengerjakan semua bidang kini dikelompokkan berdasarkan divisi pekerjaan, seiring dengan meluasnya penyebaran produk konveksi ke berbagai daerah di Indonesia.

Dengan meningkatnya permintaan konsumen, beliau menyadari pentingnya penggunaan teknologi dalam proses produksi. Namun, pengenalan teknologi baru juga memicu tantangan terkait keselamatan kerja, seperti kebisingan, penerangan, dan ergonomi.

Menanggapi hal ini, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) tergerak untuk membantu Konveksi SIMPATI. Senin (22/7/2024), yang berisikan kolaborasi dosen dan mahasiswa antara lain Aditya Maharani, Dewi Kurniasih, Mochamad Luqman Ashari, Mochammad Choirul Rizal, Imam Mahfudzi, Desi Tri Cahyaningati dengan 10 Mahasiswa Teknik K3 melakukan program pengabdian masyarakat untuk mengukur tingkat kebisingan dan pencahayaan serta memberikan edukasi mengenai pentingnya ergonomi kepada karyawan.

Pada pelaksanaannya, melibatkan sebanyak 20 pegawai Konveksi SIMPATI yang terdiri dari 11 orang di divisi produksi, 3 orang di divisi Bordir, 5 orang di divisi Finishing, 1 orang di divisi admin.

Ketua Pengabdian Masyarakat PPNS, Aditya Maharani menjelaskan, Program diawali dengan penyebaran kuesioner serta pengukuran pencahayaan, kebisingan, dan ergonomi di area konveksi beserta rekomendasi penanganannya, lalu dilanjutkan dengan sosialisasi ergonomi kepada para pegawainya.

“Materi sosialisasi kali ini berkaitan erat dengan permasalahan dan keluhan penyakit yang sering terjadi di bidang konveksi. Seperti contohnya yaitu rasa pegal yang sering dirasakan oleh pegawai di sana,” jelas Aditya.

Antusiasme peserta sangatlah tinggi, masing-masing peserta mempraktekkan secara langsung terkait peregangan dan postur tubuh yang benar. Praktik ini didampingi langsung oleh dosen dan mahasiswa yang bertugas. Beberapa peserta sosialisasi pun mengungkapkan manfaat yang ia diperoleh dari mengikuti kegiatan ini. 

“Saya akhirnya tahu terkait gimana cara duduk yang benar saat bekerja, serta saya dapat mengetahui peregangan apabila tubuh saya terasa pegal-pegal,” ungkap salah satu peserta.

Selain Sosialisasi Ergonomi, peserta juga diberitahukan juga terkait kondisi kebisingan dan pencahayaan yang ada di area konveksi. Pengenalan ini dilakukan supaya para pegawai mengetahui kondisi area konveksi yang setiap harinya mereka buat bekerja, mulai dari penyetelan musik dengan sound yang terlalu keras hingga kondisi pencahayaan di ruang produksi. Semua kondisi yang dirasa memiliki potensi Penyakit Akibat Kerja (PAK) diberikan rekomendasi yang sesuai.

Di akhir sesi, dilakukan penyerahan doorprize dan 2 barang hibah berupa kotak P3K dan APAR, serta terdapat pemberian poster yang sesuai potensi bahaya yang sering terjadi dikonveksi.

Kegiatan ini mendapatkan feedback positif dari pemilik dan pegawai. Umam menyatakan, ini merupakan pertama kalinya terdapat pendampingan dari Dosen dan Mahasiswa terkait evaluasi kerja. Ia sadar bahwa, aspek K3 juga diperlukan dalam bidang jasa konveksi. 

Harapannya, Konveksi SIMPATI bisa menjadi lebih baik bukan hanya dari segi kualitas barang produksi, tetapi juga dari kualitas pekerjanya dan Khoirul berharap, semoga kegiatan seperti ini bisa dilanjutkan ke depannya, supaya dapat membantu usaha-usaha di luar sana dalam penerapan K3 di perusahaannya.

“Dengan inisiatif ini, Konveksi SIMPATI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas produksi dan keselamatan kerja, serta menjadi contoh bagi industri konveksi lainnya di Indonesia,” tutup Umam. (ari)