telusur.co.id - Tanaman porang tengah jadi perbincangan. Dahulu, tanaman jenis umbi-umbian ini hampir tak dilirik untuk dibudidaya. Bahkan di beberapa daerah, porang sering dianggap sebagai makanan ular.
Umbi dari porang banyak dicari di pasaran luar negeri, seperti Jepang dan Korea. Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik dan obat.
Saat ini di Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo sudah mulai banyak masyarakat yang membudidayakan Porang. Salah satunya yakni di Desa Ngrayun.
Masyarakat mulai memperhatikan tanaman ini setelah mengetahui harganya yang selangit. Disini Porang seringkali dijuluki sebagai Emas Bumi Ngrayun.
Jumelang (22), seorang mahasiswa asal desa Ngrayun menjadi pelopor bagi masyarakat desanya untuk mendirikan sebuah perkumpulan bagi petani Porang.
Ia menamainya Asosisasi Petani Porang. Asosiasi ini ia dirikan bersama denga para petani setempat dengan maksut agar para petani tidak lagi bergantung pada pengepul.
"Biasanya, selama ini banyak petani yang dirugikan karena mereka hanya menjual ke pengepul. Maka disini dibentuklah asosiasi ini dengan tujuan barang kirim langsung ke pabrik. Dan juga untuk memperoleh paten nama produk ngrayun,” terangnya saat ditemui di rumahnya, di Desa Ngrayun. Senin, (29/6/2020).
Ia juga sadar akan pentingnya pengakuan atau paten bahwa porang yang dikirim adalah Porang hasil petani Ngrayun asli. Sehingga jelas asal usulnya, dan yang eksis di pasaran adalah Desanya.
Itulah kenapa ia berusaha agar Porang di Desanya bisa sampai langsung kepada pabrik pabrik, yang di luar negeri sekalipun. "Kalau lewat pengepulkan yang dapat nama pemasaran kan pengepulnya,” tambahnya.
Selain itu, edukasi kepada para petani terkait bagaimana cara menghasilkan Porang dengan kualitas standar mancanegara, agar mampu bersaing terus ia usahakan.
Beberapa kali ia secara mandiri, bersama dengan beberapa petani lain mencoba-coba pupuk pupuk yang dibeli dengan dana pribadi untuk diuji coba.
Jumelang mengaku kesulitan untuk mencari informasi mengenai cara bertani Porang yang baik kepada pihak-pihak terkait karena keterbatasan jaringan.
“Gimana mas, mau tanya-tanya ke dinas atau apalah itu, juga bingung jalurnya. Saya hanya tanya tanya ke teman yang punya kenalan orang yang faham Porang." ujarnya.
Kedepan, ia dan anggotanya berharap agar pemerintah mau melirik dan mendukung apa yang menjadi harapan Asosiasinya. Sehingga para potensi yang dimiliki oleh desanya mampu dikelola dengan baik dan mandiri guna memajukan desanya agar menjadi lebih maju. (hnf)