telusur.co.id - Ditemui saat mobil diesel yang dikendarai tim Get Plastic dari Bali tiba di Jakarta, CEO Landscape Indonesia, Agus Sari menyatakan keyakinannya untuk bisa bersama-sama mengurangi plastik di seluruh Indonesia.
“Teknologi pirolisis yang dapat mengubah sampah plastik menjadi minyak setara diesel ini memiliki potensi yang sangat besar untuk menyelesaikan masalah sampah plastik di Indonesia,” terang Agus Sari. Senin, (30/11/2020).
Minyak setara diesel ini, pyro diesel dihasilkan dengan memroses sampah plastik dengan teknologi pirolisis. Get Plastic adalah organisasi lingkungan terdepan dalam mengembangkan teknologi pirolisis yang efektif dan efisien.
Indonesia menyumbang sekitar 10% polusi sampah plastik ke laut. Pada 2010, Indonesia membuang 5 juta ton sampah plastik. Pada 2015, sekitar 0,48-1,29 juta ton sampah plastik tersebut berakhir di laut.
Empat dari 20 sungai penyumbang sampah plastik ke laut terbesar adanya di Indonesia: Brantas (hampir 40.000 ton per tahun), Bengawan Solo, Serayu, dan Progo.
Indonesia telah menjadi penyumbang sampah plastik laut kedua terbesar dunia. Pemerintah telah mencanangkan target penurunan sampah plastik ke laut hingga 70% pada 2025 dan 100% pada 2040.
Landscape Indonesia, bersama dengan Get Plastic Indonesia dan Rumah Literasi Hijau, telah sepakat bergerak bersama untuk menggunakan teknologi pirolisis ini untuk memecahkan masalah sampah plastik, dimulai dengan pilot project di Pulau Pramuka.
Menurut Agus Sari, mesin pirolisis yang dikembangkan oleh Get Plastic ini merupakan mesin dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Pilot project perdana di Pulau Pramuka menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan perbandingan mendekati 1:1.
“Artinya, untuk setiap satu kilogram sampah plastik, kita hasilkan hampir satu liter bahan bakar setara diesel,” imbuhnya.
Minyak hasil pirolisis ini telah menjalani tes laboratorium yang menunjukkan kesetaraannya dengan minyak diesel.
Perjalanan kendaraan yang sepenuhnya menggunakan bahan bakar setara diesel hasil pirolisis sampah plastik ini, menempuh jarak 1.300 kilometer Bali-Jakarta, juga untuk menguji efektivitasnya sebagai bahan bakar pengganti diesel sepenuhnya. Di Pulau Pramuka, bahan bakar setara diesel ini juga telah diujicobakan untuk digunakan di kapal nelayan.
“Semoga ambisi kita untuk menggunakan teknologi karya anak bangsa ini di seluruh Indonesia bisa dilakukan dengan lancar,” tutup Agus Sari. (ari)