telusur.co.id - Pesisir Pantai Kabupaten Situbondo didominasi oleh pemanfaatan budidaya hasil laut dan sektor pariwisata. Pemanfaatan budidaya hasil laut sangat dipengaruhi oleh kondisi alam, lain halnya dengan masyarakat yang bergerak dalam sektor pariwisata, beberapa dari masyarakat tersebut tetap memiliki penghasilan harian dari produk produk yang mereka kerjakan, seperti para pengerajin souvenir.
Namun produk yang mereka jual memiliki nilai jual yang tidak sebanding dengan proses pengerjaan yang mereka lakukan. Contohnya adalah pembuatan miniatur kapal, dimana proses pengerjaannya membutuhkan ketelitian dan kesabaran untuk mendapatakan produk yang baik.
Proses yang panjang dan rumit ini tidak sebanding dengan harga jual miniatur kapal yang sangat murah di pasaran. Beberapa penyebab dari permasalahan tersebut adalah meningkatnya harga kayu yang digunakan sebagai material pembuatan miniatur kapal karena semakin minimnya kayu yang dapat ditebang, proses pengerjaan dengan menggunakan material kayu membutuhkan keahlian khusus dan waktu yang lama, dan perhitungan material yang digunakan kurang baik sehingga menyebabkan margin pendapatan tipis.
Dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat wilayah pantai kabupaten Situbondo tersebut maka dilakukan pengabdian masyarakat, dimana pengabdian masyarakat tersebut bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat mitra mengenai dampak dan pengaruh desain serta material baru terhadap proses produksi pembuatan kapal yang nantinya akan di aplikasikan dalam bentuk sebuah miniatur kapal. Nantinya, masyarakat akan diberikan bimbingan mengenai efisiensi jam kerja yang baik dan desain kapal yang sesuai standar desain.
Selain itu, dilakukan sosialisasi mengenai perhitungan kebutuhan material produksi yang benar. Dalam pengabdian masyarakat ini juga diperkenalakan inovasi material miniatur kapal yang berbeda dari yang digunakan masyarakat pesisir tersebut yaitu berbahan FRP (fiber reinforced plastic).
Kegiatan ini diketuai oleh Agung Prasetyo dengan beberapa anggoa tim di antaranya; Mirna Apriani, I Putu Arta Wibawa, Ruddianto, Gaguk Suhardjito, Anggara Trisna dari Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Teknik Permesinan Kapal, Teknik Kelistrikan Kapal serta Neilani Fanisa, Rosdiyantoro, Risky Anggorojati dan Muhammad Akbar dari tim mahasiswa yang terlibat pada kegiatan ini.
“Sasaran utama dari kegiatan Pengabdian Masyarakat yakni para pemuda, pengerajin dan masyarakat pesisir pantai pasir putih Situbondo. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, masyarakat secara umum dapat memiliki kemampuan dalam pembuatan miniatur kapal menggunakan bahan FRP sebagai souvenir daerah wisata tersebut,” ujar Agung.
Langkah-langkah kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi kegiatan persiapan dan pelaksanaan. Pada kegiatan persiapan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: :
a. Mengunjungi lokasi dan mendata kebutuhan peningkatan keahlian masyarakat pesisir.
b. Sosialisasi pengabdian kepada masyarakat tentang cara pembuatan kapal sesuai dengan standart yang berlaku.
c. Menyusun jadwal kegiatan pelatihan
d. Menghubungi peserta untuk pelaksanaan pelatihan.
e. Melakukan kegiatan pelatihan.
Kegiatan dimulai dengan proses persiapan yakni studi literatur dan proses pengumpulan data terkait daerah yang akan dikunjungi, desain kapal yang sesuai ditinjau dari aspek kerumitan desain, waktu pelaksanaan dan peluang bisnis sebagai keberlanjutan program yang berguna bagi masyarakt sekitar.
“Proses persiapan ini dilakukan oleh tim pengabdi beberapa bulan sebelum pelaksanaan desiminasi kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 Agustus 2023,” ungkap dia.
Kegiatan sosialisasi pembuatan miniatur kapal dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2023, dengan menghadirkan pada pengrajin miniatur kapal kayu, pengrajin produk kerang, pemilik kapal FRP, Pokmaswas, hingga perangkat desa di wilayah pantai Situbondo.
“Kegiatan ini dilakukan dengan memperkenalkan beberapa jenis kapal, desain kapal, konstruksi dari kapal, material pembuatan kapal, hingga dilanjutkan dengan desain kapal dan material yang akan digunakan pada pelaksanaan pembuatan miniatur kapal yang akan dilaksanakan pada kegiatan ini,” paparnya.
Setelah materi pembuatan miniatur kapal sesuai dengan kaidah desain, maka langkah selanjutnya para peserta yang hadir (20 peserta) bersama tim pengabdi (dosen dan mahasiswa) bersama-sama membuat cetakan non permanen.
“Pembuatan cetakan non permanen ini dilakukan setelah ditentukan jenis kapal serta design yang telah dibahas sebelumnya, sehingga proses pembuatan cetakan ini sejalan dengan materi yang telah dibahas,” tambahnya.
Kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul pelatihan pembuatan miniatur kapal berdasar standar desain berbahan Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) di wilayah pantai Situbondo dapat berjalan dengan baik dan lancar, hal ini bisa dilihat dengan jumlah peserta yang hadir dari hari pertama dan kedua sesuai undangan serta waktu yang ditentukan.
“Keaktifan peserta dalam menerima materi singkat, diskusi bersama serta proses praktek pembuatan minatur menjadi salah satu capaian yang sangat baik dalam proses kegiatan pengabdian masyarakat ini,” tuturnya.
Penyampaian informasi terkait materi desain kapal, material baru serta proses pembuatan minatur dapat tersampaikan dengan baik sehingga transfer pengetahuan dapat diterima masyarakat, diaplikasikan serta dapat menjadi nilai tambah dari produk yang sebelumnya dihasilkan.
“Perlunya tindak lanjut terkait hasil produksi yang dihasilkan, jenis dan macam dari minatur kapal yang akan diproduksi serta bantuan dalam proses pemasaran sehingga produk yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bisa diakses bukan hanya warga/wisatawan sekitar, namun pemasaran secara luas,” tutup Agung. (ari)