telusur.co.id - Majelis Sinergi Kalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia atau MASIKA ICMI Surabaya menggelar Musyawarah Daerah (Musda) di tengah aksi teror. Dalam Musda kala itu, mereka mengecam aksi terorisme yang terjadi di Indonesia.

Mantan Ketua Umum MASIKA ICMI Surabaya, Achmad Thufeil Efendy menyampaikan duka atas masalah yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, yaitu terorisme. Ia mengatakan, kecewa terhadap aksi tidak bertanggung jawab kelompok radikal yang merugikan dan mengancam ketentraman masyarakat.

“Sedih ya, karena menjelang puasa, momen suci, justru bangsa Indonesia dihadapkan dengan masalah terorisme. Beberapa waktu lalu di Makassar, bertepatan dengan Musyawarah Daerah MASIKA ICMI Surabaya. 

Kemarin ada lagi di Mabes Polri, melibatkan perempuan pula. Tadi, baru saja, saya baca berita, ada teroris ditangkap di Surabaya, di Simo. Ini kan meresahkan masyarakat. Mencoreng agama yang mereka bela juga,” ujar Thufeil. 

Thufeil menyatakan bahwa, dalam Musda MASIKA ICMI Surabaya lalu (Minggu, 28/3), terorisme menjadi salah satu isu yang dibahas. Ia mengatakan, telah berpesan kepada kepengurusan baru, yang dipimpin oleh Akhmad Hani Nadif, untuk mengambil peran sebagai intelektual dalam mengedukasi masyarakat. Dengan mengusung semangat literasi, MASIKA ICMI Surabaya berusaha membuat kontribusi dalam upaya deradikalisasi. 

Nadif sendiri ketika dihubungi Sabtu, (02/4) mengatakan bahwa, akar dari radikalisme bersumber dari kurangnya wawasan sehingga kabur dalam memandang agama.  

“Ini kan akibat dari kurangnya wawasan, sehingga minim toleransi dan kabur memandang agama. Maka itu, MASIKA ICMI Surabaya ke depan berusaha menumbuhkan budaya literasi, yaitu semangat baca dan belajar keilmuan yang luas, supaya tidak mudah dipengaruhi oleh ideologi radikal.  

Karena disadari atau tidak, pandangan radikal itu tumbuh dari ceramah-ceramah penuh kemarahan, budaya takfiri atau mengkafirkan orang lain. Itu harus diperangi dengan wawasan,” bebernya menutup wawancara. (ari)