Oleh : Suryo Adi Prakoso

Kali ini, saya akan menuliskan keluh-kesah saya terhadap keberadaan organisasi tercinta. Teramat disayangkan, jika lagi-lagi para alumni terkesan menghalalkan segala cara untuk memperebutkan kepentingannya. Apalagi dalam waktu dekat akan diadakan Kongres HMI ke XXXI di Surabaya. 

Proses komunikasi organisasi yang seakan tersendat menjelang Kongres HMI ke XXXI mengisyaratkan beberapa dugaan, yakni : 

1. Mungkin para alumni yang merasa mampu "menyetir" kadernya di kepengurusan HMI di semua tingkatan organisasi. Mereka tidak menginginkan alumni-alumni lain masuk terlalu jauh dalam permainannya. 

2. Mungkin, ada hal yang ditutup-tutupi seperti apa yang pernah saya sebut sebagai "Berkah Kongres". 

3. Post power syndrome. Hal ini menurut saya sangat wajar, mengingat manusia memang terlahir untuk menjadi pemimpi. Sehingga, keinginan berkuasa pun juga merupakan sebuah mimpi. Namun, hal tersebut menjadi tidak wajar jika apa yang diimpikan tersebut menabrak etika maupun proses komunikasi organisasi. 

HMI Cabang Surabaya, setahu saya belum dilantik. Tapi kok aneh ya. Tiba-tiba ada klaim sepihak oleh beberapa alumni (Bawon Adhi Y, Andira Reoputra, Nurendra Bagas, dan Rofiki serta Yogi Pratama, Syafiuddin sebagai operator yang masih berHMI, bukan berarti masih menjadi anggota HMI karena status masa keanggotan yang sudah habis)  menyatakan bahwa segala urusan Kongres HMI ke XXXI di Surabaya beserta dinamika-dinamika di dalamnya sudah selesai, dan terkendali. Seakan-akan mengisyaratkan memang alumni ikut mengendalikan dinamika yang terjadi di HMI.  

"Semua pihak telah menerima, terutama, setelah formateur masuk menjadi salah satu panitia lokal". 

Itu adalah kalimat yang coba dilontarkan alumni HMI untuk mencari simpati alumni HMI lainnya, terlebih alumni HMI Surabaya.  

Aneh seribu kali aneh. Itu adalah cara lama untuk menenangkan suatu kelompok dalam organisasi, dengan merangkul pemimpinnya terlebih dahulu dengan harapan tidak timbul "chaos" di bawah.  

Walaupun tidak diatur secara rinci di "kitab organisasi" kita. Namun seharusnya kita juga tahu dong, jika tingkatan organisasi di HMI baik itu Cabang atau Komisariat yang belum dilantik, maka formateur tidak berhak mengeluarkan opsi-opsi tindakan.  

Apalagi ini ada alumni yang "klaim" bahwa, formateur telah melakukan opsi-opsi tindakan terkait Kongres. Kan aneh ! Kapan formateur memutuskan tindakannnya, la wong belum bisa mengadakan rapat-rapat di tingkat Cabang. Hehehehe.  

Lagi-lagi hal tersebut sangat lucu. Hal tersebut sangat menjelaskan bahwa, memang ada alumni yang bermain untuk mencari "Berkah Kongres" dengan mengendalikan Badko HMI Jawa Timur serta mencoba menggiring isu bahwa "telah ada komunikasi antara Badko HMI Jawa Timur dan HMI Cabang Surabaya".  

Ingat brooo !  HMI Cabang Surabaya belum dilantik. Kok bisa-bisanya ada klaim telah selesai komunikasinya. Kapan diadakan rapat hariannya, rapat presidiumnya juga belum bisa, kok tiba-tiba sudah selesai.  

Saya mengistilahkan hal tersebut sebagai “Pembohongan publik secara terbatas”.  

Payahnya, Ketua Umum Badko HMI Jawa Timur pun cukup mengiya-iyakan klaim para senior tersebut. Walaupun formateur HMI Cabang Surabaya mengiyakan, saya memaklumi, karena beliau masih "tahap belajar".  

Yang saya beri nilai kata "tidak wajar", ya jelas para alumni yang mencoba menenangkan formateur HMI Cabang Surabaya sehingga berkata "iya".  

Tega sekali kau alumni, hingga junior-juniormu kamu korbankan demi kepentingan isi perutmu.  

Saya bingung harus berbicara apalagi dalam tulisan ini.  

Oh iya ada tambahan satu lagi, PB HMI sebagai organisasi induk yang bertanggungjawab atas terselenggaranya Kongres HMI ke XXXI di Surabaya malah belum berusaha berkomunikasi secara etis dengan MD KAHMI Surabaya, yang kebetulan bertempatan sebagai arena Kongres HMI ke XXXI. PB HMI malah sibuk mencari dukungan ke para alumni non struktural. 

Mungkin komunikasi tersebut sudah dilakukan dengan MD KAHMI Surabaya secara non formal. Tapi melihat proses yang terjadi, saya sedikit kecewa ketika MD KAHMI Surabaya dikomunikasikan di menit akhir. Padahal tempat kongres ada di Surabaya.  

Saya ambil contoh semisal, kita mau meminjam halaman rumah tetangga untuk menyelenggarakan sebuah hajatan, yang pertama kali dikomunikasikan pasti kepala rumah tangga pemilik rumah itu, kalau tidak ada ya, berarti dengan siapa yang mewakili rumah tersebut, bukan malah minta izin atau berkomunikasi ke Pak RT nya dulu. Ya jelas tersinggung lah, si pemilik halaman rumah. Itu yang terjadi di himpunan kita tercinta ini.  

Tapi gak masalah lah, toh menemui alumni juga ada baiknya. Tapi alangkah baiknya jika mendahulukan agenda untuk bersilaturahmi dengan MD KAHMI Surabaya jika benar Kongres HMI ke XXXI diadakan di Surabaya, 

Kita tunggu kejutan-kejutan selanjutnya. Salam tertib organisasi. 

*Penulis adalah Wasekum Badko HMI Jawa Timur.