telusur.co.id - Kecanggihan teknologi telah memberi peluang percepatan dalam segala hal, tak terkecuali dalam hal komunikasi. Sosial media pun sekarang ini telah menjadi tolok ukur untuk mencari sebuah informasi sehingga memunculkan persepsi dan pretensi pada setiap orang.
Kita dapat menemukan konten positif yang memiliki manfaat dan dapat pula memperoleh konten yang berisikan hal negatif berupa hoax dan ujaran kebencian (hate speech).
Tak jarang, konten hoax tersebut disebarkan melalui pesan singkat atau broadcast layanan aplikasi perpesanan lain misalnya seperti Whatsapp, BBM dan Telegram.
Tanpa disadari setiap broadcast (pesan berantai) dapat terkirim hanya dalam hitungan sepersekian detik (milisecond) dan boom langsung sampai pada sang penerima (receiver) saat itu juga.
Isi pesan tersebut layaknya virus yang menyerang pada tubuh manusia, sangat cepat sekali menyebar dan mudah sekali terserap lalu menggerogoti rangsang otak (nervous system).
Contoh seperti seorang ibu rumah tangga Warga Wonokusumo, Kecamatan Semampir Kota Surabaya ditangkap polisi gara-gara informasi Virus Corona.
Perempuan berinisial MF (27) bernasib sial, karena semula berniat mengingatkan agar waspada terhadap virus corona (Covid-19) yang mulai mewabah di Indonesia, malah ditangkap polisi.
Dia ditangkap, lantaran, kata-kata dalam pesan yang diunggah di akun media sosialnya hoaks alias berita bohong yang tidak jelas sumbernya. Hal itu diakui oleh MF yang kekinian telah ditetapkan menjadi tersangka.
"Jadi, tersangka MF ini menyampaikan berita bohong yang meresahkan masyarakat terutama Surabaya dengan caption; 'Pasien virus corona sudah ada di RSUD dr. Soetomo, Sudabaya.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah. Dan selalu jaga kesehatan dolor-dolor'," lugas Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko. Seperti yang dikutip Lensanasional.co.id. Senin, (09/3/2020).
Tersangka MF menceritakan, awalnya dirinya mendapat informasi dari grup WhatsApp (WA) wali murid. Dalam informasi yang diunggahnya, disebut ada pasien Virus Sorona dirawat di RSUD dr Soetomo, Surabaya.
"Dari situ saya ambil dan saya unggah di facebook saya (Dilla)," terang MF.
MF sendiri mengakui, jika apa yang disebar adalah hoaks. Dia juga tidak mengetahui kebenaran pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut apakah benar-benar positif Virus Corona.
"Saya minta maaf. Saya akui saya salah karena informasi itu ternyata bohong," sesalnya.
Kekinian, penyidik Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Jatim masih terus melakukan pemeriksaan terhadap tersangka untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.
Ketua Surabaya Digital City (SDC), Aldy Lazuardy saat dihubungi via telpon, dirinya mengatakan, karena media sosial semua orang bebas memposting apapun, tapi SDC sejauh ini berusaha memfilter dan meminimalisir akun bodong dan berita yang terindikasi HOAX.
Perlu diketahui, lanjut Aldy, teman-teman semua, bahwasanya di dalam tubuh SDC itu banyak teman-teman polisi, intel, TNI, BIN, Wantanas, semua pada kumpul disitu. Jadi, wajar, anggota Polri langsung bertindak cepat, karena nanti bakal meresahkan warga
“SDC ini aktif memerangi hoax, karena kami bagian dari citizen journalism Polrestabes Surabaya dan Polda Jatim. Bahkan saya sendiri, Ketua admin Dewan Cuner Surabaya, dimana didalamnya juga banyak dari TNI, Polri, Pemkot, dan masyarakat yang peduli dunia digital di Surabaya,” ungkapnya.
Lanjut Aldy, Hoax itu akan selalu ada mas di grup manapun,karena ini media sosial berbeda dengan media massa atau online yg ada dewan redaksi dan memverifikasi suatu berita
“Paling tidak, saya sebagai Ketua Grup, berusaha mengingatkan admin dan moderator untuk lebih selektif lagi dalam filterisasi postingan. Saya juga sering mengingatkan Facebook Indonesia untuk menambah algoritma yang mendeteksi adanya berita hoax atau bukan, mudah kok. Masalahnya facebook mau atau tidak?” tegas Aldy.
“Saya berharap, tidak ada lagi warga yang menyebarkan hoax, ingat Saring Before Sharing sebelum posting. Dan saya harap juga Pemkot Surabaya juga ikut andil dalam edukasi internet sehat. (th/ari)