telusur.co.id - Banjir yang menimpa area lingkar tambang (lelilef), tempat dimana PT Indonesia Weda Bay Industrial (IWIP) beroperasi manjadi sorotan masyarakat Halmahera Tengah (Halteng). Pasalnya, banjir tersebut menerobos sampai ke bandara lelilef).
Banjir yang terjadi pada 18 Mei 2021 itu, mengundang bicara dari Associate director media and public relations departemen, Agnes Megawati yang mengatakan, banjir terjadi akibat dari curah hujan yang deras.
“Setelah kami amati curah hujan yang deras itu membawa sampah organik dan kotoran lainnya menutupi saluran air. Dan lewat laporan Health safety Enviroment PT IWIP yang melakukan monitoring selama 24 jam. ternyata, curah hujan tinggi di angka 103.2 mm per hari,” bebernya.
Secara terpisah, Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Literasi, Forum Mahasiswa Pascasarja (FORMAPAS) Halmahera Tengah Jabodetabek, Faisal menyampaikan, rasa kekecewaannya terhadap PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (PT Iwip) yang tidak menerima hujan sebagai suatu fenomena alam.
“Kita tidak harus menyalahkan hujan, hujan itu fenomena alam. yang itu kapan dan dimanapun hujan akan tetap ada. Yang harus menjadi ikhtiar PT Iwip atas bencana alam itu adalah upaya penangganan banjir tersebut, karena banjir itu sinyalir operasi PT Iwip yang membuka lahan berskala besar, dan akhirnya pohon-pohon harus di tebang sehingga tidak ada lagi daya serap air,” ucapnya.
Faisal juga menambahkan, banjir yang terjadi bukan baru sekali.
“Ini bukan baru sekali terjadi, bagi saya ini benar kelalaian PT IWIP yang tidak serius atau mungkin lamban dalam memutuskan langka-langkah alternatif. Mestinya, perusahan tidak hanya sampai pada pengamatan intensitas curah hujan, apakah rendah atau tunggi, akan tetapi sudah harus membuat pemetaan tentang pergerakan air, titik-titik genangan air dan mengamati secara jelas topografi daerah tersebut,” imbuh Faisal. (ari)