Telusur.co.id - Melalui berbagai pemikiran, tulisan, dan gaya hidup yang menginspirasi, Kartini meninggalkan makna tersendiri bagi perempuan Indonesia. Setelah era Kartini, banyak perempuan Indonesia yang berjiwa Kartini lahir pada masanya masing-masing. Wanita yang memiliki semangat dan perjuangan yang sama dengan Kartini, dikenal publik.
Tentunya masing-masing memiliki arti yang berbeda sesuai dengan ciri-ciri yang sesuai dengan karakter Kartini. Ini memang tidak bisa dibakukan karena masing-masing individu berhak atas pemahamannya masing-masing. Namun satu hal yang pasti, wanita yang memiliki semangat besar untuk berkarya dan berkontribusi bagi lingkungan dan bangsanya adalah kepribadian Kartini yang sebenarnya.
"Jika kita mengatakan 'Saya tidak bisa!', kita kehilangan keberanian. Ketika kita mengatakan 'Saya bersedia!' mempermudah kami mencapai puncak gunung.” Dua kalimat bermakna ini berasal dari karakter Kartini yang menunjukkan optimisme seseorang yang berjuang melawan keterbatasan diri. Hal ini mengacu pada semangat pantang menyerah yang coba ditanamkan Kartini pada semua perempuan.
Karakter Kartini saat ini mungkin ada di sekitar kita tanpa kita sadari. Bahkan, karakter Kartini mungkin ada pada Anda yang sedang membaca ini. Semua wanita di dunia dapat memanifestasikan semangat Kartini dengan caranya masing-masing. Tidak peduli tua atau muda, kaya atau miskin, selama jiwanya tidak mudah pudar, dia adalah Kartini saat ini.
Untuk semua wanita, teruslah memberanikan diri menuju impian Anda. Seperti semangat Kartini yang berbuah hari ini, kamu tetap memiliki keberanian untuk melanjutkan perjuangan yang kamu mulai, tidak mengecewakan segala pengorbanan, waktu, kesempatan dan usaha. Selamat Hari Kartini untuk semua wanita.
Dalam momentum Hari R.A. Kartini , patutlah berbangga atas lahirnya Kartini-Kartini masa kini yang kian banyak membawa perubahan serta membangun peradaban. Dimaknai pula perempuan Indonesia sudah memiliki Kesetaraan Gender dan keterbukaan dalam hal mengakses berbagai bidang dengan seluas-luasnya.
Diibaratkan jika terdapat keterbukaan dalam hal mengakses berbagai bidang artinya saat ini perempuan harus pandai memanfaatkan peluang dan menjadikan perempuan sebagai sebuah peradaban. Perempuan juga harus mampu memperlihatkan aktualisasi dan eksistensi dirinya ke ranah publik.
Tantangan yang jauh lebih berat atas representasi RA. Kartini masa kini dari tantangan masa sebelumnya, jika melihat masa sebelumnya perempuan masih dipandang sebagai perempuan yang inferior (kelas dua; bermutu rendah), artinya selalu di-nomor-duakan serta mendapat julukan Dapur, Kasur, Sumur atau selalu ditugaskan dalam mengerjakan pekerjaan domestik rumah tangga dalam bahasa Jawa (Macak, Manak, Masak). Namun perempuan masa kini sudah dianggap perempuan modern yang memiliki akses luas serta terbuka dalam menempatkan perannya di manapun.
Tantangan yang sesungguhnya para perempuan, yaitu dituntut untuk mempertanggungjawabkan atas apa yang sudah menjadi pilihannya, ketika seorang perempuan memiliki akses yang luas dan terbuka dimanapun dan apapun itu yang berkaitan dengan peran perempuan, maka ia harus mampu mempertanggungjawabkannya secara positif.
Di era digital, perempuan cerdas yakni perempuan yang dapat memilih dan memilah dalam mempresentasikan dirinya di dunia digital. Perempuan yang hebat juga ialah perempuan yang mampu memperjuangkan dirinya, meningkatkan harga diri, kredibilitas, serta kapabilitas dirinya, dan mampu mengaktualisasikan dirinya untuk membangun peradaban.
Hal yang menjadi catatan penting saat ini jangan sampai para perempuan salah langkah dalam mengaktulisasikan dan mengekspresikan dirinya didunia yang serba digital ini. Jangan pernah lupa pula terhadap apa yang diperjuangkan oleh pahlawan emansipasi wanita yaitu R.A Kartini dengan khas pahlawan wanita yang meninggikan harkat dan martabat serta derajat perempuan yang tinggi.
Selamat Hari Kartini, Perempuan-perempuan Indonesia pembawa perubahan serta pembangun peradaban. Senantiasa berusaha untuk menjadi perempuan yang mampu memberikan kontribusi perubahan dan peradaban yang lebih baik.
Ditulis oleh : Afifatus Sholikhah, S.M., M.M. (Dosen Prodi Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo), Tita Lailatun Nisa, S.Ds. (Manpres Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo Periode 2021-2022), dan Windi Wulandari, S.Ak. (Koordinator Isu Keperempuanan BEM PTNU Jawa Timur)