telusur.co.id - Menuju peringatan Hari Bumi Sedunia, Karang Taruna (Kartar) Kel. Petemon Kec. Sawahan, Kota Surabaya menggelar diskusi dan screening film bertema lingkungan. Film bertajuk "Kinipan" karya Watchdoc Indonesia ini dipilih karena mengangkat isu tentang deforestation dan alih fungsi lahan di desa Kinipan.
Film dokumenter karya Dandhy Dwi Laksono, Founder Watchdoc dan Indra Jati sebagai sutradara dengan durasi 2:37 jam ini dibagi beberapa chapter atau babak yang saling berkaitan, salah satunya tentang konflik kepentingan, dimana penggundulan hutan yang diklaim milik masyarakat adat Kinipan untuk dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit oleh investor.
Selain itu, film yang memuat kritik terkait kebijakan lingkungan hidup pemerintah yang berlawanan dengan kehendak masyarakat adat Kinipan.
Bertempat di Aula Kelurahan Petemon, Wahyu Eka Setiawan, perwakilan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jatim menceritakan kepada puluhan pemuda yang menjadi peserta diskusi bahwa, Deforestasi yang terjadi di daerah Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah dari 4000-6000 hektar luas area hutan adat milik masyarakat Kinipan.
Sebanyak 3600 hektar sudah di eksploitasi atau sudah di gunduli diubah menjadi perkebunan sawit. Aktivitas yang sudah terjadi di desa Kinipan ini membuat masyarakat adat terpinggirkan di wilayahnya sendiri.
"Dengan adanya penggundulan hutan dan alih fungsi hutan ini membuat masyarakat adat Kinipan tidak bisa lagi berburu, sungai sebagai sumber air sudah menjadi keruh dan stabilitas kegiatan sehari-hari mereka terganggu. Maka dari itu, mereka mati-matian mempertahankan tanah atau hutan adat mereka untuk tidak di eksploitasi besar-besaran lagi," beber Wahyu. Kamis, (08/4/2021).
Durasi film yang panjang dengan bobot isi yang berkualitas nyatanya tidak membuat puluhan pemuda yang menjadi peserta kegiatan tidak merasa bosan. Justru sebaliknya, antusiasme pasca pemutaran film yang dilanjutkan dengan diskusi, berbagai respon diberikan mereka.
Salah satunya, seperti yang disampaikan oleh Bajing, sebutan salah satu perwakilan dari Aliansi Literasi Surabaya yang menyayangkan adanya organisasi lingkungan yang juga menjadi salah satu pemilik saham perusahaan yang melakukan restorasi hutan di wilayah desa Kinipan.
Wahyu Eka menyebutkan, pemutaran film ini menjadi momentum untuk pemuda agar bisa mengambil peran dengan melakukan aksi nyata yang bisa dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk peduli lingkungan.
Dengan melakukan aksi nyata atau hal kecil seperti melakukan penghijauan di rumah atau memanfaatkan lahan kosong, pemilahan sampah hingga melakukan pengurangan sampah.
Di akhir sesi diskusi dan pemutaran film ini, karang taruna kelurahan Petemon juga menggalang dana atau patungan melalui kotak bantuan yang ada di belakang untuk korban bencana alam yang ada di NTT.
"Sebagai penutup agenda kita malam ini, kami juga melakukan galang dana atau patungan untuk saudara kita yang menjadi korban bencana alam di NTT.
Ini juga sebagai respon kita bahwa ketika alam sudah mulai rusak, alam meresponnya secara langsung kepada kita," terang Ketua Kartar Kel. Petemon, Ulung Hananto. (ari)