Telusur.co.id - Oleh : Denny JA
- Formula Puisi Esai
Usianya saat ini baru 11 tahun. Tapi ia sudah bisa merasakan peristiwa tersebut sangat tak adil. Mengapa gadis kecil tak boleh melanjutkan sekolah hanya karena ia perempuan?
Taliban yang berkuasa di wilayah Pakistan itu memberi alasan. Tradisi yang suci memberi tanggung jawab untuk keluarga dan masyarakat kepada kaum pria.
Ia merasa ini tradisi yang salah. Bertahun-tahun kemudian, dengan indah ia rumuskan soal tradisi itu.
Bahwa tradisi tidak dikirim dari surga. Tradisi tidak diciptakan Tuhan. Kita lah yang menciptakan tradisi itu. Kita pula yang bisa mengubahnya jika kita merasa tradisi itu tak adil.
Ia menuliskan kegelisahannya soal ketidak adilan yang dialami gadis yang tak bisa sekolah itu dalam blog pribadi, dalam bahasa Urdu. Ia pun menggunakan nama samaran: Gul Makai.
Kisah gadis kecil ini sampai pada jurnalis Adam B. Ellick. Sang jurnalis membuat dokumentasi New York Times tentang penulis cilik ini.
Sisanya adalah peristiwa yang lebih besar lagi. Gadis cilik itu di tahun 2014, mendapatkan Nobel Perdamaian dalam usia 17 tahun. Ia dikenang sebagai penerima Nobel Perdamaian paling muda dalam sejarah.
Ya. Gadis cilik ini bernama Malala Yousafzai. (1)
Kasus di atas memberikan kita inspirasi. Betapa tak terduga efek dari sebuah tulisan.
Malala sebagai bocah memang tak punya kekuatan mengubah ketidakadilan yang ia saksikan. Tapi tulisannya mengilhami mereka yang lebih kuat untuk bertindak.
Siapapun kita, sekecil apapun sumbangan kita, selalu berguna untuk khalayak banyak jika kita mengabarkan ketidakadilan yang kita ketahui.
Banyak cara mengabarkan ketidakadilan itu. Satu cara yang mudah, tuliskan kisah ketidakadilan itu dalam puisi esai.
Mengapa dalam puisi esai? Dalam puisi esai, kisah ketidakadilan itu disampaikan dalam bentuk fiksi, dengan catatan kaki untuk merujuk pada peristiwa yang sebenarnya.
Melalui puisi esai, kisah ketidakadilan itu disampaikan secara lebih dramatis agar lebih menyentuh, lebih lama tinggal dalam memori, dan lebih menginspirasi.
Ini 10 langkah dan prinsip untuk mengabarkan ketidakadilan dan isu kemanusiaan dalam puisi esai. (2)
1. Rasakan dan cari kasus ketidakadilan yang menyentuh kita. Itu bisa kasus diskriminasi yang dialami seseorang. Atau itu kasus hak asasi seseorang yang dilanggar. Atau itu soal kekuasaan yang semena- mena. Atau soal isu kemanusiaan apa saja yang meresahkan.
2. Cari kasus itu dalam berita online dari sumber berita yang kredibel. Mengapa harus dalam berita? Itu sebagai satu ukuran bahwa kasus ketidak adilan itu sudah menjadi perhatian publik.
3. Jadikan sumber berita itu sebagai catatan kaki untuk menuliskan puisi esai. Berbeda dengan jenis puisi lain, puisi esai harus merujuk pada satu peristiwa sebenarnya.
Catatan kaki itu adalah sumber dan ibu kandung bagi puisi esai. Peran catatan kaki sangat sentral dan wajib ada.
Catatan kaki itu bukan deskripsi atau definisi sebuah kata sebagai penjelas tetapi deskripsi fakta yang diberitakan berupa tulisan di media sebagai acuan seluruh isi puisi esai itu.
4. Kumpulkan aneka fakta penting soal peristiwa yang tak adil itu. Hal apa yang unik, menarik atau sangat ekstrem memengaruhi perasaan manusia dari sebuah peristiwa.
Hadirkan elemen penting peristiwa itu dalam puisi esai.
5. Namun agar peristiwa itu lebih menyentuh hati, ciptakan drama di seputar peristiwa itu. Drama itu adalah fiksi. Ciptakan beberapa tokoh imajinasi kita sendiri yang terlibat dalam kisah itu.
Imajinasi itu juga fiksi yang menjadi ciri dalam puisi esai yang diramu dari fakta yang tertera dalam catatan kaki.
6. Seberapa panjang dan pendek puisi esai? Itu dibuat fleksibel saja. Yang penting dalam satu puisi esai, peristiwa ketidakadilan itu dan drama imajinasi kita cukup lengkap.
7. Bagaimana cara penulisan puisi esai? Tentu tidak berbeda seperti menulis puisi pada umumnya, bentuknya berbait-bait dengan diksi pilihan yang puitis. Yang membedakan adalah unsur fakta dan fiksi yang menjadi bagian penting dalam puisi esai, dilengkapi dengan catatan kaki. Fungsi catatan kaki adalah membantu pembaca yang ingin memahami fakta yang ditampilkan lebih jauh.
Tentu saja kaidah penulisan juga harus dicermati, antara lain penulisan kata harus tepat sesuai kaidah bahasa Indonesia. Baik dan benar sesuai kaidah penulisan dan tidak harus baku.
8. Bayangkan saja, puisi esai ini akan difilmkan, dalam film pendek ataupun film panjang. Dalam puisi esai itu, ada drama yang cukup seperti dalam cerpen atau novel.
9. Contoh puisi esai itu dapat dilihat salah satunya dalam buku baru Denny JA: Jeritan Setelah Kebebasan (2022), atau versi panjangnya dalam Atas Nama Cinta (2012).
10. Inti puisi esai adalah adaptasi kejadian / fakta yang sebenarnya, yang difiksikan agar lebih menyentuh hati, nurani, dan kemanusiaan.
Setiap bulan Desember, mulai tahun 2022, akan dibuat “Bulan Puisi Esai”. Di bulan itu, bersamaan dengan bulan yang memperingati Hak Asasi Manusia di bulan Desember, akan lebih diorganisir ajakan mengabarkan ketidakadilan dalam puisi esai.
CATATAN
1. Malala Yousafzai mendapatkan Nobel Perdamaian dalam usia paling muda.
2. Terima kasih banyak kepada teman teman komunitas puisi esai yang sudah memperkaya 10 langkah dan prinsip ini.
*Penulis adalah Konsultan Politik, Founder LSI-Denny JA, Penggagas Puisi Esai, Sastrawan dan Penulis Buku.