telusur.co.id - Pergelaran Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) atau Lomba baca kitab yang di selenggarakan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Timur (Jatim) menuai kekecewaan dari sejumlah pihak.
Diketahui sebelumnya, kegiatan lomba baca kitab tersebut dipusatkan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto selama 4 hari berturut-turut (05-08/62023) tersebut telah diikuti oleh 1.148 santri dari seluruh Jawa Timur telah usai digelar.
Kegiatan yang melibatkan 90 dewan juri, 30 panitera dan ratusan panitia tersebut telah menghasilkan para juara yang akan menjadi kafilah Jawa Timur pada ajang MQK Nasional ke-7 di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan bulan Juli 2023 mendatang.
Tetapi sayangnya, para juara tidak langsung membawa piala dan juga uang pembinaan. Mereka hanya membawa pulang map yang berisi piagam penghargaan. Itupun hanya sebagaian yang diberikan piagam penghargaan, sebagiannya lagi juga belum mendapatkan. Hal tersebut membuat banyak pihak bereaksi.
Reaksi kekecewaan salah satunya diungkapkan oleh Ketua Harian Nusa Bangsa Indonesia (NBI) Holding, Sugiharto mengaku kecewa terhadap perhelatan MQK ini dirasa sangat mengecewakan pasalnya para juara terutama untuk juara peringkat 1, 2, dan 3 tidak diberikan penghargaan yang layak sebagai bentuk penghormatan. Sebab menurutnya, MQK merupakan gelaran prestisius bagi santri dan pesantren.
“Tidak habis pikir para juara hanya dikasih map atau piagam saja. Itupun hanya sebagaian yang dikasih,” ujarnya kepada media ini. Sabtu, (10/6/2023).
Pria yang akrab disapa Totok ini, menurutnya panitia menunjukkan ketidakseriusannya dan tidak profesional dalam mempersiapkan acara besar dan sangat mulia tersebut. Harusnya, kejadian itu tidak perlu terjadi.
"Kami berharap Kinerja Kemenag ini dievaluasi oleh Komisi VIII DPR RI. Kasihan para santri yang juara pulang dengan tangan hampa," tegasnya.
Meski sebenarnya, kata Totok, para santri yang juara tidak mengharapkan itu. Tapi bentuk penghargaan serta sebagai motivasi harus diberikan secara langsung oleh Kemenag.
"Masak ada hadiah diserahkan ke daerah masing-masing. Namanya hadiah itu ya harusnya diterima di atas panggung oleh para juara. Kalau tidak siap ya jangan ngadakan acara,” lugasnya dengan nada tinggi.
Belum lagi lanjut Totok, Jatim akan jadi tuan rumah pada pelaksanaan MQK Nasional. Pihaknya berharap Presiden RI, Joko Widodo menegur kinerja Menteri Agama beserta jajarannya.
"Kalau yang level Jatim saja tidak becus, bagaimana nanti kalau level nasional. Ini masalah serius. Kemenag harus peka, apalagi Menterinya dari kalangan santri," urainya.
Sementara itu, Ketua Panitia MQK tahun 2023, Mohammad As'adul Anam menyampaikan bahwa, terkait penghargaan kepada santri belum diberikan karena memang waktu yang tidak memungkinkan, serta anggaran yang belum cair.
"Saat penutupan sudah disampaikan MC, pemberian piagam dan lainnya akan diberikan melalui Kasi PD Pontren Kabupaten/Kota untuk didistribusikan ke para juara," papar Anam, sebagaimana ditulis NU Online Jatim. Jumat, (09/6/2023).
Pria yang juga Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur itu menambahkan, untuk sementara yang diberikan adalah piagam dari beberapa majelis.
Pasalnya, saat penutupan baru 6 majelis dan selebihnya akan diberikan kepada Kasi PD Pontren Kemenag Kabupaten/Kota untuk disampaikan kepada para juara beserta dengan uang pembinaan.
"Jadi tidak benar kalau tidak ada penghargaan tapi memang belum tersampaikan kepada para santri. Itu dikarenakan waktu menunjukkan pukul 00.25 sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan semua," sebutnya. (ari)