telusur.co.id - Pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian Indonesia, bahkan dunia. Trigger ekonomi yang umumnya ditopang oleh trade, tourism, dan investment (TTI), juga dari konsumsi, kini berjalan 30%.

Hal tersebut disampaikan Founder Jamhadi Center, Dr Ir Jamhadi MBA, dalam pertemuan dengan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur, Arief Harsono, di Novotel Jl. Kedung Baruk, Surabaya.

“Untuk konsumsi diutamakan pangan. Berikutnya sandang dan papan,” papar Ketua Yayasan Kedaulatan Pangan Nusantara (YKPN) Jawa Timur tersebut. Rabu, (20/5/2020).

Kendati demikian, Jamhadi tetap yakin bahwa perekonomian tetap tumbuh walau melambat. Besarannya mencapai 2,5% dibandingkan dengan kondisi normal sebesar 5,2%.

Dampak dari perlambatan ekonomi di Jawa Timur ini berujung pengurangan tenaga kerja, dari tenaga kerja outsourching ataupun karyawan tetap.

“Hampir 2 juta jumlah pekerja di berbagai sektor usaha di Jatim dirumahkan,” beber CEO PT Tata Bumi Raya yang pernah jadi Ketua KADIN Surabaya selama 2 periode sebelum jadi Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Surabaya ini.

Disebutkan, sektor paling terdampak adalah industri perhotelan dan manufaktur. Di Jawa Timur, untuk jumlah skala usaha besar sebesar 0,14%, lalu usaha sedang sebesar 2,4%, dan 97% ialah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Dan solusinya, menurut Jamhadi, perlunya melakukan beberapa kebijakan agar ekonomi terus tumbuh bahkan berkembang di masa recovery.

“Kebijakan yang harus dilaksanakan, yang pertama ialah membeli produk lokal buatan industri Indonesia,” terang Ketua IKBA Untag 45 Surabaya ini.

“Kedua, kebutuhan industri termasuk industri makanan dan minuman terhadap bahan baku harus dipenuhi dari bahan baku lokal,” sambungnya.

Berikutnya, memanfaatkan digital ekonomi, terutama Unicorns di Indonesia yang turut mendukung digital ekonomi termasuk delivery system.

Jamhadi mengaku sangat mendukung kebijakan Pemerintah terhadap sektor UMKM.

“Saat ini sektor UMKM sudah menikmati delay payment hingga 6 bulan untuk perpajakan,” ungkapnya.

“Juga ada banyak stimulus ekonomi masyarakat, seperti bantuan langsung tunai (BLT), gratis dan diskon listrik, dan lain-lain. Itu bisa jadi trigger ekonomi,” tukas Dewan Pembina Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Jatim ini.

Hal lain yang harus dilaksanakan, lanjut Jamhadi, Perbankan memberlakukan interest rate yang reasonable sekitar 7% hingga beberapa tahun ke depan, sehingga ekonomi riil nyata bergerak.

“Sektor medis dan industri pertanian harus lebih digiatkan. Perusahaan-perusahaan harus menyiapkan business plan jangka pendek, menengah, dan panjang,” ucapnya.

“Kini saatnya kita bangkit kembali, dan social decision harus dilaksanakan pengusaha besar dalam menjaga stabilitas lingkungan,” tutup Jamhadi. (efo/ari)