telusur.co.id - Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Program Studi Teknik Mesin Vokasi, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) membuat inovasi yaitu pengukus dengan thermometer, agar menghasil kukusan khas yang berkapasitas ± 38 liter dengan merata, lebih efisien waktu dan bahan bakar.
Inovasi ini berawal dari permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di bidang pangan khususnya produksi Bebek Bangkalan yang dimiliki oleh Haji Abdul Cholik yang beralamat di Desa Langkap, Burneh, Bangkalan, Madura.
Yang mana cepat rusaknya kaleng bekas minyak goreng yang digunakan untuk mengukus olahan bebek songkem. Namun proses pengukusan yang lama dan di tengah-tengah proses terjadi kerusakan wadah pengukusnya, bisa dipastikan olahan daging bebek songkem akan gagal proses atau bahkan masih setengah matang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dikembangkan sebuah inovasi pegukus dengan Thermometer yang berfungsi dengan mengetahui suhu maksimal dari thermometer dan tetap terjaga selama proses, didapatkan proses yang lebih cepat, lebih banyak kapasitasnya, dan hasil terpenuhi tersebut.
Inovasi pengukus dengan thermometer yang diciptakan oleh seorang peneliti sekaligus Dosen Program Studi Teknik Mesin, Program Vokasi, Universitas Negeri Surabaya yaitu Firman Yasa Utama sebagai ketua, dan beranggotan yaitu Dyah Riandadari, Ferly Isnomo Abdi, Andita Nataria Fitri Ganda, Diah Wulandari, dan Warju.
Ketua Tim PKM Teknik Mesin Vokasi Unesa, Firman Yasa Utama menyampaikan bahwa, berawal usaha bebek songkem ini pada tahun 2013, telah melakukan berbagai percobaan untuk membuat panci pengukus dari bebragai material. Menurutnya, mulai dengan mencoba menggunakan panci aluminium, material plat, bahkan dengan panci resto.
“Hasil dari semuanya itu belum menghasilkan sesuai target kematangan bebek songkem. Hal ini disebabkan material yang rusak ketika digunakan karena tidak tahan dengan panas api yang terus menerus. Bahkan produksinya dilakukan setiap hari antara 100-300 ekor bebek songkem,” jelas Firman dalam keterangannya. Selasa, (24/1/2023).
Firman mengungkapkan bahwa, bebek songkem merupakan olahan daging bebek yang dilabur bumbu khusus dengan ciri khas dagingnya lembut dan bisa terlepas dari tulang dengan mudah.
"Dari proses pengukusan yang dilakukan hasilnya adalah mengurangi atau menurunkan kadar kolesterol daging bebek atau bisa dikatakan menu bebek yang sangat rendah kolesterol,” tandas ketua tim PKM Unesa.
Lebih lanjut, kata Firman, proses mengukus berlangsung selama 3 jam. Setelah 3 jam, olahan bebek songkem diangkat satu persatu dan kandungan minyak alami/kolesterol bebek akan jatuh di alas bawah dengan tulang dan potong daun pisang.
“Olahan bebek songkem dipilah antara bumbu yang original dan pedas,” tutur Firman. (ari)