telusur.co.id - Pekerjaan sosial dan politik adalah dua hal yang saling berkaitan. Pekerjaan sosial membela kepentingan publik dan melakukan advokasi dan kontrol sosial di kehidupan sehari-hari, sedangkan politik menguatkannya melalui kekuasaan.

Bagi Dadang Setiawan, pekerjaan sosial adalah sudah menjadi obsesi sepanjang hidup. Meskipun sudah tidak lagi secara formal bekerja di lembaga formal, tetapi pekerjaan sosial tetap menjadi passionnya.

Mengutip Barbara Ann Mikulski, Dadang mengatakan bahwa, politik adalah pekerjaan sosial dengan kekuasaan.

Barbara Ann Mikulski adalah seorang pekerja sosial yang sukses melenggang menjadi anggota parlemen dan senator Amerika Serikat.

"Artinya, Barbara memandang politik sebagai sebagai pekerjaan sosial setting makro,” ujar Dadang saat dihubungi via WA. Selasa, (21/3/2023) malam.

Karir dalam dunia pekerjaan sosial, Dadang Setiawan bisa dikatakan cukup mumpuni. Ia pernah menjadi pekerja Sosial perlindungan anak di Kementerian Sosial, pernah terlibat dalam peogram layanan dukungan psikososial bagi penyintas covid¹⁹ di wisma atlet bersama BNPB, dan juga pernah menjadi pekerja sosial pada program perlindungan anak dalam situasi darurat bencana bersama UNICEF di Sulawesi Tengah pada 2018 silam.

"Saya sudah pernah bekerja pada organisasi setingkat kementrian/lembaga di Indonesia, bekerja sama dengan lembaga Internasional, dan kini memimpin NGO yang juga bergerak pada issue kesejahteraan sosial. Karena itu pengalaman saya sudah mentok," kata bapak tiga anak ini.

Di organisasi profesi Dadang juga mempunyai pengalaman segudang. Iya pernah tergabung menjadi pengurus DPD Independen Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) Jawa Timur, dan saat ini Dadang adalah Pengurus DPP Asosiasi Pekerja Sosial Anak dan Keluarga (APSAKI).

Pengalaman tiga belas (13) tahun dalam praktik pekerjaan sosial, dan terinspirasi quotes terkenal Barbara Ann Mukulski "Politik Is Social Work With Power", serta dorongan dari mantan dosen, senior dan rekan sejawat pekerja sosial, Dadang menganggap perlu dan sudah waktunya naik kelas ke pekerjaan sosial setting makro, yakni politik.

"Kalau mau terjun ke issue kesejahteraan sosial jangan tanggung-tanggung, harus total," tegas Dadang.

Ia memutuskan untuk masuk partai politik dan pilihannya jatuh ke Partai Ummat. 

“Saya punya kedekatan ideologis dengan Partai Ummat," ungkap dia.

Dadang melihat, Partai Ummat sebagai partai yang inklusif dan menjunjung pluralisme, meskipun basisnya Islam. Islam adalah Rahmat bagi semesta alam, bukan rahmat bagi orang Islam saja. 2024 nanti Dadang berniat mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif (Caleg) untuk DPRD Kota Surabaya dari daerah pemilihan 5 yang meliputi wilayah Tandes, Benowo, Pakal, Sambikerep, Lakarsantri, Wiyung, Karang Pilang, Dukuh Pakis, dan Asemrowo.

Dapil 5 Surabaya disebut sebagai dapil maut karena berkumpul caleg-caleg kelas berat (incumbent). Dari PDIP ada Saifudin Zuhri, Siti Mariyam, dari Golkar ada nama Akmarawita, dan dari Demokrat ada Mochamad Machmud. 

Ditanya mengenai kansnya, Dadang mengatakan sangat optimistis, soal basis suara sedang dalam tahap konsolidasi dan tentunya itu basis idealis, bukan pragmatis yang mengedepankan "pokok e wani piro,” ujar Dadang sambil tersenyum.

Persaingan dengan beberapa nama petahana diakuinya sangat berat karena petahana punya resource yang berlebih. 

“Tugas saya hanya mensucikan niat, ikhtiar semaksimal dan sebaik mungkin (politik bermartabat), selanjutnya berdo'a dan tawakal. Sebagai seorang muslim saya mengimani Qodarullah adalah pasti yang terbaik,” tutup Dadang. (ari)