telusur.co.id - Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur bersama Dinas P3AKB Kabupaten Bojonegoro menyelenggarakan kegiatan Advokasi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting oleh Mitra Kerja melalui Promosi dan KIE Pengasuhan Balita. Kegiatan ini bertempat di Islamic Center Bojonegoro. Minggu, (03/12/2023).

Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati yang diwakili oleh Pembina Program KSPK, Yuni Dwi Tjadikijanto, dan Kepala Bidang KBKS DP3AKB Kabupaten Bojonegoro, Fathur Rohim.

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Anggota Komisi IX DPR RI, Abidin Fikri. Peserta yang hadir berjumlah 900 orang, terdiri dari keluarga yang memiliki balita, keluarga yang memiliki remaja, Kader BKB, Anggota TPK, dan Penyuluh KB di Kabupaten Bojonegoro.

Yuni dalam sambutannya menyampaikan bahwa, upaya percepatan penurunan angka stunting perlu dilakukan oleh semua pihak. 

BKKBN selaku koordinator pelaksana, tengah berupaya melakukan pencegahan stunting sejak dari hulu, yaitu sejak dari calon pengantin. 

BKKBN mengimbau seluruh calon pengantin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan memperhatikan usia pernikahan. Usia ideal minimal untuk menikah bagi laki laki adalah 25 tahun sedangkan bagi perempuan 21 tahun.

Selain itu, perlu ada perencanaan jumlah anak yang akan dimiliki. Setelah calon pengantin menikah dan terjadi kehamilan, maka harus benar-benar memperhatikan kesehatan dan asupan gizinya. Hal ini terus berlanjut hingga anak tersebut lahir.

Anak usia 0-6 bulan diupayakan menerima ASI Ekslusif. Setelah itu, pada saat anak usia 6 bulan - 2 tahun, mulai MPASI. Tahapan-tahapan ini merupakan upaya untuk memaksimalkan pengasuhan di masa 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), yaitu sejak hamil hingga anak usia 2 tahun.

Yuni melanjutkan bahwa, masa 1000 HPK adalah masa penentu bagi masa depan anak. Hal ini karena pada masa ini terjadi pembentukan otak sebesar 80%, 20% sisanya adalah setelah usia 2 tahun hingga dewasa.

Apabila masa ini tidak dimaksimalkan dengan baik oleh para orang tua, tumbuh kembang anak akan tertinggal dan kalau sudah tertinggal di masa ini, akan sulit dikejar. Stunting juga merupakan salah satu dampak yang terjadi apabila orang tua abai terhadap 1000 HPK.

Anak yang stunting pada saat dewasa juga akan memiliki kecerdasan yang kurang dan berpotensi untuk sering terkena penyakit.

Mengingat pentingnya pengasuhan di masa 1000 HPK, Yuni menutup sambutannya dengan mengajak 900 keluarga baduta dan balita yang hadir untuk betul-betul belajar pengasuhan. Datang ke kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) merupakan salah satu solusinya.

“Di kelompok BKB, Bapak/Ibu bisa belajar pola asuh yang baik kepada anak, terutama Balita dan Baduta. Di dalam BKB juga ada Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH). Jadi, bagi Bapak/Ibu yang ingin menjadi orang tua hebat dan memiliki anak-anak yang berkualitas, ayo ke BKB," tutur Yuni.

Sejalan dengan itu, Abidin juga menegaskan bahwa, penanganan stunting itu sangat penting. Apabila orang tua tidak paham tentang pengasuhan, generasi berikutnya tidak akan tertangani dengan baik, salah satunya menyebabkan stunting. 

Bayi yang diasuh oleh orang tua yang paham pengasuhan, hasilnya akan berbeda dengan orang tua yang tidak paham. 

Sebelum membuka kegiatan secara resmi, Abidin mengajak seluruh peserta yang hadir untuk bergotong royong mengatasi stunting.

“Bapak-bapak dan ibu-ibu semua, ayo kita bergotong royong mengatasi stunting. Tugas kita adalah setelah pulang dari kegiatan hari ini, menyalurkan pengetahuan kita ke orang-orang di sekitar kita,” urai Abidin menutup sambutannya.

Setelah pembukaan, seluruh peserta menerima 3 (tiga) materi. Materi pertama ialah Penerapan 8 Fungsi Keluarga di masa 1000 HPK yang disampaikan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur. Materi selanjutnya ialah Optimalisasi Stimulasi Tumbuh Kembang Fisik dan Otak pada 1000 HPK yang disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak, dr. Iffa Ahsanur Rasyida, Sp.A.

Sementara materi ketiga adalah Stimulasi Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan Tingkah Laku Sosial yang disampaikan oleh psikolog, Alif Robath, S.Psi. Melalui seluruh materi ini diharapkan peserta dapat menjadi agen di wilayah masing-masing untuk mencegah terjadinya bayi terlahir stunting di Jawa Timur, khususnya di kabupaten Bojonegoro. (ari)