telusur.co.id - Aliansi Pemuda Peduli Rakyat (ALPART) Pamekasan bersama 17 orang korban penipuan yang dilakukan oleh oknum pegawai bank BRI berinisial MLA menggelar audiensi ke kantor BRI Cabang Pamekasan dalam rangka mempertanyakan kelanjutan kasus yang diduga tidak ada kejelasan.

Tujuan kedatangan 17 orang korban beserta LSM ALPART tersebut dalam rangka mempertanyakan haknya, dimana korban menginginkan berdiskusi dengan pimpinan Bank. 

Akan tetapi, setibanya di Kantor BRI Cabang Pamekasan, LSM ALPART beserta para korban kecewa, karena pimpinan BRI Cabang Pamekasan, Darwis tidak menemui para korban dengan alasan ada kegiatan di Surabaya. 

Pertemuan itu hanya diterima oleh perwakilan BRI. Sedangkan para korban menginginkan kehadiran pimpinan BRI Cabang Pamekasan guna meminta pertanggungjawaban, yang mana pimpinan bank BRI Cabang Pamekasan terkesan enggan bertanggungjawab. 

Audiensi ini, dihadiri beberapa elemen penting, antara lain, Kapolres Pamekasan, AKBP Apip Ginanjar, Kasat Reskrim Polres Pamekasan, AKP Adhi Putranto Utomo, dua Anggota DPRD Pamekasan (Rasyid Fansori dan Ali Maskur), manajer BRI Pamekasan, Wawan dan Kuasa Hukum BRI Cabang Pamekasan, Marsuto Alfianto.

Dikonfirmasi via telepon selaku koordinator korban mengatakan, kedatangannya beserta para korban penipuan sebesar Rp 8,2 miliar tersebut, guna meminta pertanggungjawaban  pihak bank BRI berkaitan dengan kasus tersebut. Karena sudah mencatut dan melibatkan nama besar lembaga Bank. 

“Kami datang ke kantor BRI Cabang dalam rangka mengawal tindak lanjut kasus penipuan oleh oknum eks karyawan BRI Pamekasan yang telah merugikan banyak nasabah,” terang Ibas. Rabu, (03/2/2021). 

Kasus tersebut sudah berjalan 4 bulan, namun hingga saat ini, masih belum ada kepastian hukum. Ibas mewakili para korban meminta kepastian hukum dari Polres Pamekasan dan mendesak untuk segera menangkap tersangka yang statusnya sebagai DPO. Selain itu, pihaknya akan terus mengawal kasus ini. 

"Langkah ke depan adalah korban akan menindaklanjuti dengan aksi pada tanggal 8 Februari nanti,” jelasnya. 

Mangkirnya Darwis selaku Pimpinan BRI Cabang Pamekasan ini membuat para korban kecewa, sehingga ketika audiensi baru dimulai sempat terjadi kericuhan, dimana salah satu korban emosi, dan mengangkat kursi, namun hal itu dicegah oleh aparat kepolisian.   

Kekecewaan para korban tersebut meluap, karena yang seharusnya pada kesempatan itu para korban mendapatkan hasil yang positif, namun pada kenyataannya, pertemuan kali ini hanya menghasilkan komitmen bersama.  

Sementara itu, manajer BRI Pamekasan, Wawan berjanji akan melakukan koordinasi untuk menghadirkan langsung pimpinan bank BRI Pamekasan pada hari Senin, (08/2). 

“Kami melakukan nota kesepakatan untuk menghadirkan pimpinan pada pertemuan selanjutnya,” lugasnya. 

Komitmen ini disepakati dan ditandangani bermaterai oleh perwakilan korban dan seluruh perwakilan yang hadir pada audensi tersebut. Jika komitmen itu tidak terpenuhi, maka konsekuensinya kasus ini ditanggung oleh Darwis selaku pimpinan BRI Cabang Pamekasan.  

Di samping itu, Muhammad Darwis pimpinan bank BRI tidak hadir dengan dalih sedang di luar kota. Sementara, saat ditelepon di saat diskusi melalui nomor selulernya tidak ada jawaban. 

Pengakuan korban, bahwa dari awal kasus mencuat hingga sampai saat ini, para korban belum bisa berkomunikasi atau berdialog secara langsung dengan Darwis pimpinan bank BRI Cabang Pamekasan. 

Selain itu, LSM ALPART beserta para korban mendesak agar Polres Pamekasan segera membentuk Tim Khusus untuk mencari DPO (MLA) sebagai pelaku utama penipuan. 

“Polres Pamekasan menunjuk Kasat Reskrim AKP Adhi Putranto Utomo sebagai ketua tim pencari pelaku,” lanjut Basri, perwakilan LSM ALPART Pamekasan. 

Terjadinya kasus penyelewengan senilai Rp 8,2 miliar oleh oknum pegawai BRI dengan modus penawaran investasi berupa saham virtual tersebut. Berawal dari oknum pegawai bank BRI yang menawarkan jual-beli nilai aset hingga ratusan juta rupiah dengan mengatasnamakan program dari bank BRI. Alhasil, kasus itu membuat puluhan korban tertipu. (ari)