telusur.co.idOleh : Inas Nasrullah Zubir

Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024 telah menargetkan bisa mengurangi angka kemiskinan secara signifikan hingga di bawah 9% pada akhir masa kepemimpinannya pada 2029.

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar misalnya menargetkan mampu menurunkan angka kemiskinan ke level 4%-5% hingga 2029, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di level 2,5% pada 2029, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di level 6% pada akhir 2029.

Apakah 3 pasang capres tersebut sudah menganalisa tren penurunan angka kemiskinan dari presiden-presiden sebelumnya di periode pertama kepemimpinan mereka? SBY hanya mampu menurunkan 2,51% saja dari tahun 2004 hingga tahun 2009, kemudian Jokowi menurunkan hanya 2,03% saja dari tahun 2014 hingga tahun 2019.

Artinya bahwa tren tersebut dalam 5 tahun, paling tinggi hanya 2,5 persen saja, sedangkan tren penurunan dari tahun 2019 sebesar 9,41% hingga 2023 sebesar 9,36% yang justru tren-nya semakin mengecil hanya 0,5% saja! Sehingga angka kemiskinan yang ditagetkan oleh ketiga capres tersebut di atas terlalu absurd karena tidak membaca dan menganalisa data.

Sebagai perbandingan bahwa, di beberapa negara maju yang jumlah penduduknya besar, angka kemiskinan masih tinggi, misalnya Jepang dengan angka kemiskinan 15,7% atau Amerika dengan angka kemiskinan 12,4%. Ternyata pemerintahan negara maju juga kesulitan untuk mengendalikan kemiskinan.

Kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain upah minimum yang tidak memadai, rendahnya etos kerja masyarakat itu sendiri, dan meningkatnya angka pengangguran setiap tahun.

Yang artinya bahwa, kemiskinan tidak sepenuhnya bisa dikendalikan hanya oleh negara saja, tapi juga tergantung dari kemampuan perusahaan dalam mengupah buruh, seberapa besar etos kerja masyarakat dan tingginya PHK akibat perusahaan bangkrut. 

Apakah ketiga pasangan Capres tersebut bisa mengendalikan itu semua? Omong kosong!

Jadi seharusnya yang dijadikan target oleh 3 pasang capres adalah pertumbuhan sektor riil, misalnya saja berapa target investasi dalam 5 tahun kekuasaan mereka untuk menciptakan berapa banyak lapangan kerja, atau seperti apa peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengoptimalkan pendidikan dan pelatihan untuk menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan inovatif, sehingga tidak perlu lagi impor TKA.

Apakah ada program dari ketiga capres tersebut yang memiliki target di atas? padahal kalau target tersebut bisa dicapai, maka kemiskinan akan turun dengan sendirinya.

*Penulis adalah Politisi Senior Partai Hanura.