telusur.co.id - Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia terkena dampak yang sangat berat selama masa pandemi Covid-19. Kantor Kamar Dagang Indonesia (KADIN) memperkirakan setidaknya ada 30 juta UMKM Indonesia yang terdampak oleh pandemi ini. 

Wirausahawan perempuan menjadi salah satu kelompok yang terkena imbas paling tinggi, di mana studi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menunjukkan sekitar 22 persen usaha yang dipimpin oleh perempuan di wilayah Asia Timur dan Pasifik terpaksa tutup akibat pandemi. Angka ini cukup tinggi dibandingkan usaha yang tutup dan dipimpin oleh laki-laki, yaitu sekitar 16 persen.   

Minimnya pengetahuan dan kemampuan adaptif untuk mengelola bisnis merupakan salah satu faktor penyebab rapuhnya UMKM terhadap pandemi. Kondisi ini akan menjadi semakin pelik apabila penetrasi teknologi informasi tidak mampu diadopsi oleh wirausahawan perempuan, sehingga gap antara pelaku UMKM dengan bisnis besar akan semakin lebar. 

Hal ini juga menjadi perhatian utama Archipelagic & Island States (AIS) Forum, yang digagas oleh UNDP pada tahun 2018. Oleh karenanya, pada kuartal akhir 2021 ini, AIS Forum menggandeng PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkit (PJB UP) Paiton meluncurkan Womenpreneurship Support Program, yang menyasar wirausahawan perempuan di wilayah pesisir Indonesia.   

Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) Republik Indonesia, terkait UMKM tahun 2015-2019, hampir 50% kepemilikan usaha tersebut dikelola oleh perempuan.  

Senior Adviser for Climate and Environmental Governance, Program Manager of AIS Forum Secretariat, Abdul Wahid Situmorang mengatakan, “Dewasa ini makin banyak perempuan yang berkreasi menciptakan bisnis mereka sendiri, mengupayakan ekonomi yang berkelanjutan bagi keluarganya, dan menjadi pembuka lapangan kerja bagi komunitas di lingkungannya.  

“Kami di AIS Forum berkomitmen untuk memberdayakan wirausahawan perempuan di wilayah pesisir melalui Womenpreneurship Support Program di bawah inisiatif Blue Startup Hub kami, yang menjadi program utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang tergabung dalam AIS Forum.  

“Kami harap dengan program ini, wirausahawan perempuan dapat memperluas jangkauan usahanya dengan beradaptasi mengikuti tren terkini serta dapat meningkatkan produktivitas bisnis mereka,” ucapnya. 

Womenpreneurship Support Program yang digagas bersama AIS Forum dan PJB UP Paiton ini merupakan komitmen jangka panjang. Program ini akan dimulai dengan peningkatan kapasitas pengetahuan digital bagi para wirausahawan perempuan di Desa Banyuglugur dan Desa Binor, wilayah pesisir pantai perbatasan antara Kabupaten Probolinggo dan Situbondo, Jawa Timur.  

Rencana pemberdayaan ini merupakan bagian dari kerangka besar Corporate Social Responsbility (CSR) PJB UP Paiton yang akan berlangsung hingga 2023 nanti.   

“Posisi pembangkit PJB UP Paiton yang berada di area pesisir mendorong kami untuk berkolaborasi bersama masyarakat dalam memanfaatkan potensi laut untuk dikembangkan lebih besar lagi.  

Harapannya, perekonomian masyarakat pesisir semakin meningkat dan lebih baik. Wirausahawan di wilayah Banyuglugur dan Binor ini sudah memulai dengan menghasilkan berbagai produk olahan berbahan dasar ikan.  

Nilai jual produk ini sangat tinggi, sehingga sudah sangat tepat sekali jika dapat dipromosikan ke pasar yang lebih luas, sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang berkelanjutan bagi wirausahawan perempuan binaan kami ini.  

Kami bangga bermitra dengan AIS Forum untuk memberikan pelatihan demi meningkatkan mata pencaharian mereka sekaligus melestarikan lingkungan dengan menerapkan praktik bisnis yang berkelanjutan,” terang General Manager PT PJB UP Paiton, Maryono. 

Womenpreneurship Support Program ini akan berfokus untuk memberikan pelatihan dan pengembangan kapasitas wirausahawan perempuan di Desa Banyuglugur sebagai salah satu proyek pilot, selama kurang lebih lima (5) bulan.  

Rangkaian pelatihan mingguan yang diselenggarakan secara daring ini akan memberikan materi literasi digital, pengembangan bisnis, perencanaan serta literasi finansial, usaha ramah lingkungan, dan strategi pemasaran.  

Di Indonesia, Womenpreneurship Support Program ini sendiri akan menyasar hingga 1.500 pengusaha UMKM dari kelompok marjinal termasuk perempuan, anak muda, dan penyandang disabilitas.  

Program ini akan menyasar 10 lokasi, utamanya wilayah Tengah dan Timur Indonesia, mencakup Manado, Palu, Bali, Mandalika, Lombok, Pulau Timor, Sumba, Kupang, Ambon, dan Papua sebagai titik-titik potensial.    

“Program ini kami harapkan dapat menjembatani gap informasi dan digital yang ada di wirausahawan UMKM di Indonesia, terutama pada usaha-usaha yang dipimpin oleh perempuan agar memiliki kemampuan untuk berkompetisi secara global.  

Dengan kerjasama ini serta pengalaman kami bersama organisasi dan mitra di 47 negara di dunia, kami yakin pemberdayaan jangka panjang ini akan mendukung pengembangan blue economy yang berkelanjutan dengan memberikan kesempatan yang sama bagi kelompok marjinal untuk berkembang,” tutur Abdul Wahid. (ari)