Oleh : Hariqo Wibawa 

1. Empati. Kita tidak tahu apakah di grup chat ada ODP, positif atau mereka yang keluarganya wafat karena corona. Sebaiknya kurangi bercanda, periksa obrolan sebelum mengirim pesan.

2. Ingat, meninggalnya 300 warga Iran, 30 warga Turki, 5 warga Amerika dan Nigeria, 5 warga Bekasi akibat salah informasi tentang obat corona. Jangan menyebar konten yang tidak jelas pembuatnya dan sumbernya. 

3. Tidak mencetak layar percakapan (screenshot). Pelajari pasal 26 ayat 1 UU ITE No 19/2016.

4. Hati-hati dengan nomor asing, yang tidak mencantumkan nama, tanpa foto profil. Segera tanya, telpon. Jika tidak ada respon, keluarkan dari grup. 

5. Tidak menyebar foto, video dan konten lainnya dalam jumlah banyak, kecuali permintaan anggota. Tidak mengirim banyak tautan berita yang isinya sama.

6. Hindari penggunaan emoticon, emoji dalam hal kematian, kecelakaan, bencana alam atau kabar duka lainnya, baik bagi pengirim pesan maupun yang merespon.

7. Tidak melecehkan, menghina SARA, membuat fitnah. Tidak menggunakan panggilan kampret, kadrun, cebong, dll. Kita bisa dijajah 350 thn oleh “corona” kalau tidak bersatu. 

8. Informasi yang benar, jujur, akurat akan mencegah kita meremehkan corona. Langsung ingatkan siapapun penyebar hoaks sebelum menyebar jauh.

9. Sampaikan jika ada informasi penting terkait corona dari situs resmi dan media kredibel, atau kirim langsung ke beberapa anggota grup.

10. Tidak semua pesan mengenai corona akurat, cek di mesin pencari dan media sosial, tanya 3 – 4 orang orang atau hubungi pemeriksa fakta di no WA: +62 859-2160-0500(Mafindo)

11. Semua bidang ada ahlinya, utamakan menyebar pendapat dari Ahli Kesehatan Masyarakat, Ahli Epidemiologi, IDI, para Dokter, Psikiater, Perawat, Psikolog, media-media yang kredibel serta situs-situs resmi tentang corona.

*Penulis adalah Pengamat Media Sosial, Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi, CEO Global Influencer School, Penulis Buku Seni Mengelola Tim Media Sosial.