Oleh : Suryo Adi Prakoso

“Orang yang hanya berfikir bagi kepentingan perutnya saja, maka harga dirinya serupa dengan apa yang keluar dari isi perutnya” (Ali bin Abi Thalib).

Sebuah idiom yang menggambarkan betapa menyedihkan perhelatan Musda Badko HMI Jatim kali ini. Forum Musda yang sangat panjang ini kian tidak menimbulkan kejelasan yang pasti sehingga sangat melelahkan.  

Bahkan, pakta integritas yang telah dibuat pun tidak mampu menghasilkan Musda yang bermartabat. Sebenarnya, jika kita flashback ke belakang, Musda Badko HMI Jatim kali ini memang penuh tipu daya dan intrik untuk kepentingan salah satu kandidat. 

Kita ambil contoh saat proses verifikasi berkas pencalonan Calon Kandidat Ketua Umum Badko HMI Jatim yang tidak transparan dan terbuka, sehingga terdapat tindakan-tindakan kriminal untuk meloloskan salah satu kandidat dengan cara tipu daya pemalsuan berkas syarat pencalonan Calon Ketua Umum Badko HMI Jatim. 

Selain itu, segala perangkat Musda Badko HMI Jatim, seperti Steering Committee yang cenderung berpihak sangat terlihat jelas. Hal ini dibuktikan dengan tidak terbukanya surat-surat masuk dan tidak terbukanya proses verifikasi surat-surat masuk. 

Sejak awal, seperti berkas ganda utusan cabang, Steering Committee memperlakukannya secara berbeda, sehingga terkesan memiliki standart ganda dalam mengambil keputusan. 

Antara berkas ganda HMI Cabang Pamekasan dan HMI Cabang Surabaya diperlakukan berbeda dalam proses verifikasi utusan. Belum lagi surat masuk dari Ketua Umum HMI Cabang Surabaya 2016-2017 yang menanyakan status keabsahan persyaratan pencalonan salah satu kandidat yang hingga saat ini belum ada tindak lanjut.  

Proses tersebut menunjukkan bahwa, ada keberpihakan dalam pelaksanaan Musda Badko HMI Jatim kali ini. Bahkan, pakta integritas yang dibuat bersama antar kandidat, mentor, dan SC pun dilanggar.  

Perilaku seperti itu yang sangat tidak diharapkan ada di HMI. Upaya mengakomodasi massa melalui koordinasi perangkat pemilu, hingga ancaman untuk di-PJ serta di-drop out merupakan kecurigaan yang hari ini dapat dibuktikan faktanya.  

Sebut saja kehadiran oknum Komisioner KPU Jawa Timur, Arbayanto yang selalu melakukan pendekatan kelanggengan KPU tingkat kabupaten/kota bagi yang mau berpihak kepadanya. Sah memang hal sedemekian itu!. Namun tidak etis untuk dipergunakan di himpunan kita tercinta ini.  

Belum lagi kehadiran orang-orang mengatasnamakan PB HMI mengarahkan untuk mendukung salah satu kandidat dengan selalu membawa nama Ketua Umum PB HMI yang sangat kita hormati. Sah memang hal sedemikian itu dilakukakan !. Tetapi apakah kita membiarkan himpunan kita tercinta ini akan seperti ini.  

Apakah jika kandidat kita terlihat kalah, para punggawa yang berada di belakang layar mengintruksikan untuk chaos. Ini pertanyaan yang harus dijawab untuk kita semua jika kita memang cinta terhadap himpunan kita ini.  

Saya rasa perilaku-perilaku tersebut muncul karena sifat power syndrome bagi punggawa-punggawa HMI. Seperti oknum MPK PB HMI, Azhar Kahfi yang tidak ingin malu di kandangnya sendiri, dan juga yang saya jelaskan tadi, oknum Komisioner KPU harus selalu hadir melanggengkan kekuasaan dengan menggunakan HMI sebagai senjata ampuh untuk mengenyangkan perutnya sendiri. 

Musda menurut saya suatu hal sakral yang kemudian sebagai tonggak perubahan. Saya berharap sekali lagi, semoga Musda Badko HMI Jatim kali ini dapat berjalan lancar dengan mengedepankan kaidah-kaidah etis yang berlandaskan konstitusi HMI.   

“Pengurus Badko HMI Jatim 2018-2020 harus benar-benar mampu memberikan pernyataan yang tegas terhadap keberpihakan SC maupun panitia Musda, supaya Badko HMI Jatim 2018-2020 menjadi tonggak percontohan yang baik di akhir kepengurusannya”.   

"Sang pecundang akan selalu tampak dengan membuat keributan”. 

Semoga kita bukan menjadi pecundang di HMI yang akan melakukan segala cara untuk memenangkan kelompoknya. 

*Penulis adalah Wasekum PTKP Badko HMI Jatim 2018-2020 (Kader HMI Cabang Surabaya).