Oleh : Siti Fatimah

Apa yang terpikir di benak kita ketika kita mendengar kata seks? Pornografi, vulgar, menjijikkan dll. Sebagian besar masyarakat menganggap membicarakan seks itu adalah sesuatu hal yang tabu dan tak layak dibicarakan. Ketika anak kita bertanya soal seksualitasnya pasti kita dengan cepat akan mengalihkannya dan akan mengatakan “ehhhhh tidak baik ngomong gitu, masih kecil nanti kalo sudah besar kan tau sendiri.”

Sikap seperti itulah yang salah, karena anak memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal, bila kita sebagai orang tua tidak bisa mengarahkan dengan baik, tidak bisa memberikan informasi yang jelas cenderung mereka akan mencari informasi dari orang lain dan teman-temannya, informasi tersebut belum tentulah informasi yang baik.

Sedikit sekali masyarakat terutama orangtua yang peduli akan pendidikan seks dan menempatkan bahwa seks adalah sesuatu yang penting. Bahkan banyak orang tua yang tidak memberikan pendidikan seks pada anak, dengan alasan anak akan tabu dengan sendirinya. Selama ini seks identik dengan orang dewasa saja.

Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. 

Tepatnya dimulai saat anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa melakukan komunikasi dua arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan pengenalan organ tubuh internal. 

Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh secara sederhana.

Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya mengancam para anak-anak dan remaja yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. 

Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh orang tuanya. Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja.

Metode yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak antara lain sebagai berikut : 

1.      Metode pembiasaan
Metode pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks melalui cara membiasakan anak agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang berbau porno, membiasakan anak tidur terpisah dengan orang tuanya, membiasakan anak menjaga kebersihan alat kelaminnya, membiasakan anak untuk tidak berkhalwat dengan lawan jenisnya tanpa didampingi muhrimnya dimulai dengan hal kecil misalnya, pemisahan tempat duduk di kelas, serta membiasakan anak berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran islam.
 
2.       Metode keteladanan
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap anak-anak yang belum begitu kritis akan banyak mempengaruhi tingkah laku sehari-harinya. Dalam pendidikan seks anak harus diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian, serta dalam peribadatan. Apa yang disampaikan guru akan lebih mudah diserap oleh peserta didik jika dibarengi dengan upaya pemberian keteladanan dan contoh yang nyata terhadap siswa.

3.      Metode pemberian hadiah dan hukuman
Dalam pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman dapat diterapkan dalam rangka menanamkan aturan-aturan islami menyangkut masalah ibadah dan etika, khususnya etika seksual. 

Bagi anak yang telah mematuhi aturan yang dicanangkan kepada mereka, mereka berhak mendapat hadiah meskipun hanya sanjungan dan pujian. Namun apabila melanggar, mereka harus diberi hukuman meskipun hanya berupa teguran.

4.       Metode tanya jawab dan dialog
Metode Tanya jawab dan dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-dasar pendidikan seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling umum adalah selalu ingin tahu terutama dalam hal-hal yang menarik perhatiannya. 

Metode tanya jawab tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan sharing tentang hal-hal yang diluar akademis, tentang permasalahan aktual seputar permasalahan remaja dan pendidikan seks.

5.      Metode pengawasan
Anak hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup aurat dan memberikan pengertian mengenai bahaya yang timbul akibat aurat terlihat orang lain. Anak juga perlu diawasi dalam pergaulannya agar terhindar dari pergaulan bebas dengan tujuan agar anak mampu memahami etika bergaul dalam islam.

*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling Islam Institut Ummul Quro Al-Islami (IUQI) Bogor.